"Na Jaemin? Bagaimana kau bisa berada di sini?"

Jaemin tidak bisa mempercayai penglihatannya. Dia bisa melihat Jeno benar-benar berada di hotel ini. Jeno kini berdiri di hadapannya, Jeno kekasihnya, Jeno yang dia cintai begitu dalam.

Sebenarnya Jaemin hanya ingin memastikan kalau apa yang dikatakan Nakyung adalah kebohongan. Jeno tidak mungkin berada di hotel ini, dia sudah menunggu pria ini sepanjang malam di rumah. Jeno hanya sedang bekerja lembur di kantor. Tetapi kenyataanya kini tepat di hadapannya. Jaemin tidak bisa menerima hal itu, kini dia berada di situasi yang tidak bisa dia atasi. Rasanya dia ingin segera lari. Jaemin pun tidak sanggup untuk membendung air matanya lagi.

"Kau pembohong! Kau berjanji akan memberikanku segalanya. Tetapi sekarang kau sudah merusak semua janjimu!"

Setelah mengatakan hal itu, Jaemin segera berlari meninggalkan hotel.

"Tunggu Na Jaemin! Kembali! Dengarkan penjelasanku dulu!" teriak Jeno.

Tapi Jaemin tidak mendengar teriakan Jeno lagi. Jeno meninju keras pintu kamarnya, dia segera masuk lalu berganti pakaian. Setelah berganti pakaian, dia berjalan menuju kamar yang berada di sebelahnya, kemudian mengetuk pintu. Karina keluar dari kamar itu. Melihat kalau Jeno yang mengetuk pintu, dia pun mempersilahkan Jeno untuk masuk.

"Masuklah."

"Tidak perlu. Cepat kembalikan ponselku sekarang!"

Jeno terlihat emosi. Karina pun menyerahkan ponsel milik Jeno.

"Aku akan mengatakannya dengan jelas sekarang."

Jeno tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Jaemin sudah kabur sejak tadi. Setiap kali masalah muncul, Jaemin pasti memilih untuk lari dan tidak mau menunggunya memberikan penjelasan.

"Aku sudah cukup muak dengan rencanamu dan Nakyung. Sekarang kau cepat kembali dengannya ke Busan. Aku tidak ingin melihat kau berada disini lagi. Mengerti!"

"Jeno, kau benar-benar sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi padaku? Perasaan yang sama seperti pada pria itu? Bagaimana dengan kenangan kita dulu?" Karina mencoba untuk membujuk Jeno.

"Berhenti membahas masa lalu. Dulu aku belum paham apa itu cinta. Saat itu aku hanya bermain-main denganmu. Paham?!"

Wajah Karina berubah pucat.

"Aku tidak menduga kau bisa berkata seperti itu! Kau begitu takut aku akan menyakiti Jaemin?! Pernahkah kau berpikir bahwa saat ini kau sedang menyakitiku?! Walaupun kau mengelak, tetapi kita berdua pernah benar-benar merasakan cinta yang sebenarnya."

"Kau yang membuatku mengatakannya. Kau yang memaksaku untuk bersikap seperti ini padamu. Aku peringatkan dirimu, jangan membuat masalah apapun lagi disini. Aku bukan hanya tidak menyukaimu sekarang, aku bahkan tidak pernah benar-benar menyukaimu sejak dulu. Sudah jelas? Sekarang kau cepatlah berkemas dan pergi."

Setelah berkata seperti itu Jeno segera meninggalkan Karina yang seperti akan menangis, pria itu kemudian menghubungi Nakyung.

"Aku peringatkan dirimu, saat ini aku sudah sangat marah. Kau seharusnya paham seperti apa konsekuensinya karena membuatku marah. Ulahmu yang dulu masih bisa aku maafkan, tapi kali ini aku tidak akan membiarkanmu begitu saja. Segera kembali dan jangan salahkan aku kalau aku membencimu. Dan katakan pada rubah tua itu. Jika dia terus bertingkah, jangan salahkan apabila aku mengambil semua 40% saham miliknya hingga dia benar-benar tidak memiliki apapun lagi. Kami berdua tidak melakukan kesalahan apapun. Tidak satupun dari kalian yang berhak membuat Jaemin menangis."

Setelah itu Jeno memutuskan panggilan dan mematikan ponselnya. Jeno melemparkan ponselnya kedalam mobil. Dia berkendara ke semua tempat yang mungkin bisa menemukan Jaemin. Ketika mengingat kembali kedua mata Jaemin yang sembab karena menangis, hatinya terasa sakit.

🐁🐁🐁

Setelah meninggalkan hotel, Jaemin berpapasan dengan Renjun. Pria itu dengan masih keras kepala membawa Jaemin ke rumahnya. Jaemin masih terus menangis di sepanjang jalan menuju rumah Renjun. Dia tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya.

Renjun menuangkan segelas air minum untuk Jaemin dan beranjak duduk di depannya. Renjun terlihat menujukkan ekspresi aku-tahu-hal-seperti-ini-pasti-akan-terjadi saat menatap Jaemin.

"Walaupun kau memintaku untuk menyerah, dan aku juga hampir saja akan menyerah menyukaimu. Tetapi aku sungguh belum bisa melakukannya. Karena itulah aku berniat menunggu di apartemen. Tapi ternyata aku melihatmu keluar dari apartemen sambil menangis. Jadi aku pun mengikutimu. Bukankah aku sudah memperingatkanmu sebelumnya?"

"Aku sedang tidak ingin mendengarkan apapun saat ini. Bisakah kau membiarkan aku tenang sebentar? Anggap saja aku sedang memohon padamu."

Akhirnya Renjun tidak mengatakan apapun lagi setelahnya. Dia ingin mendekat untuk menghapus air mata Jaemin, tetapi Jaemin menghindarinya. Jaemin kini memeluk erat kedua kakinya, diam tanpa bergerak sedikitpun. Perasaannya sangat aneh. Sudah jelas dia marah pada Jeno, tetapi kenapa saat dia melihat ke arah ponselnya, Jaemin masih ingin tahu apa yang ingin Jeno katakan padanya.

Jadi dengan menghianati perasaannya sendiri, Jaemin pun menyalakan kembali ponselnya. Begitu ponselnya menyala, benda tersebut terus bergetar. Semuanya adalah pesan dari Jeno.

10.20 am
Na Jaemin, dimana kau? Aku sudah mencari mu kemanapun.

11.33 am
Jaemin, kenapa kau selalu saja lari dan tidak mendengarkan penjelasanku terlebih dulu?

12.14 pm
Berapa lama lagi kau ingin membuatku mencarimu?

14.20 pm
Wtf! Dimana kau?! Aku sudah mencarimu sepanjang hari.

15.10 pm
Aku lelah. Silahkan kau pergi kemanapun yang kau mau. Aku tidak akan mengganggumu lagi!

17.46 pm
Kembalilah, Jaemin.

20.10 pm
Setidaknya katakanlah sesuatu. Biarkan aku tahu kalau kau sedang baik-baik saja.

Membaca semua pesan itu membuat Jaemin kembali menangis. Air matanya kini tidak berhenti mengalir. Jaemin terus memikirkan Jeno hingga dia tertidur di sofa. Bahkan Jaemin bermimpi tentang Jeno.

Renjun hanya bisa memperhatikan dari jauh, merasa sakit saat melihat Jaemin yang seperti ini. Dia beranjak duduk di lantai di depan sofa tempat Jaemin tidur. Dengan lembut dia menyentuh wajah Jaemin yang berbekas air mata.

Tiba-tiba ponsel milik Jaemin berdering. Renjun bisa melihat kalau Jeno lah yang menelpon. Suara dering ponsel itu tidak membangunkan Jaemin. Renjun menatap ke arah Jaemin, lalu dia mengangkat panggilan telpon itu.

"Dia sedang tidur. Jangan menelpon lagi."

Setelah itu Renjun memutuskan panggilan dan mematikan ponsel Jaemin.



Tbc~


[ piceboo & Angelina, 2021 ]

[✔️] Boyfriend | NominWhere stories live. Discover now