Jaemin menggantungkan kata-katanya.

🐁🐁🐁

Jeno tidak mengatakan apapun, dia mendengarkan Jaemin yang berkata cukup banyak. Jeno bisa melihat ekspresi di wajah Jaemin yang terlihat sedih. Jeno menekan puntung rokoknya ke asbak, duduk di atas sofa lalu menyalakan televisi.

"Hanya karena hal sepele seperti itu kau marah?"

"Hal sepele? Itu bukanlah hal yang sepele! Kau... kau..." Jaemin yang sedang marah merasa sulit untuk berbicara.

"Kau... kau.... Apa yang kau?"

"Apa kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan tadi? Apa karena aku sudah memergokimu lalu kau ingin mengelak? Katakan padaku, apa Shotaro inilah yang akan menghancurkan hubungan kita berdua nantinya? Rubah licik itu."

Ekspresi di wajah Jaemin terlihat campur aduk karena perkataan seriusnya tadi dianggap sepele oleh Jeno. Jaemin nyaris terlihat seperti akan menangis.

Jeno menepuk-nepukkan tangannya di tempat kosong disebelahnya. "Kemarilah, aku akan mengatakan padamu kenapa aku menganggap hal itu persoalan sepele."

Jaemin menurut dan duduk di sebelah Jeno.

"Pertama, benar kalau aku memperlakukan Shotaro berbeda jika dibandingkan dengan pegawai lainnya—" belum selesai Jeno bicara, Jaemin sudah langsung melompat bangun dari sofa.

"Inilah yang tadi aku katakan, apa yang akan kau katakan selanjutnya... Tidak! Aku tidak akan sanggup menanggung stres seperti ini."

Jeno sekali lagi menarik Jaemin untuk kembali duduk.

"Dengarkan aku dulu. Shotaro adalah temanku sejak masih kecil di Busan. Ayahnya adalah pegawai di kantor Ayahku, karena itulah kami berdua sudah saling mengenal sejak kecil. Dan soal semua hal yang sudah terjadi di masa lalu itu, aku pikir tidak ada hal penting apapun yang harus aku ceritakan padamu. Memang benar kalau dia tahu banyak mengenai masa laluku dulu, lalu kenapa? Sekarang kau lah satu-satunya orang yang tahu semua tentang diriku dan juga segala hal yang akan terjadi nanti kedepannya. Kau merasa kalau aku menganggapmu seperti orang asing? Apa orang asing akan mau memberikanmu uang saku setiap hari? Apa orang yang menganggapmu sebagai orang asing akan tidur bersamamu setiap malam? Apa orang asing akan bersedia mengantar dan menjemputmu kerja setiap hari? Dan hal yang terakhir, jika dia memang terlihat lebih menarik daripada kau, tapi bukankah aku sudah pernah mengatakan sebelumnya padamu— Jika aku hanya menyukai seseorang dari tampilan luarnya, maka aku tidak akan memilihmu sejak awal."

Perkataan Jeno terdengar lembut dan menenangkan. Tapi sikapnya saat mengatakan hal itu tidak benar, Jeno terlihat sibuk mengganti-ganti siaran televisi. Matanya tidak menatap ke arah Jaemin, tetapi ke layar TV.

"Kalau begitu, kau tidak pernah sekalipun menyukainya?"

"Kenapa aku harus menyukainya? Jika aku benar-benar ingin mencari seseorang yang berwajah cantik seperti dia, lebih baik aku langsung saja mencari seorang wanita. Untuk apa aku memilih dia?"

"Tapi tadi dia mengatakan kalau kau menolak untuk mengurus perusahan besar milik Ayahmu, dan dia juga mengatakan kalau sebelumnya banyak orang yang lebih menarik daripada aku tetapi kau malah memilih bersama denganku. Dia bilang dia merasa kasihan untukmu."

"Bocah itu. Dia sudah bicara terlalu banyak! Aku hanya tidak ingin mengurus perusahaan Ayah, tapi aku tetap masih memiliki sahamku disana. Apa yang perlu aku sesali? Dan soal mereka yang mengejar-ngejarku, apa yang bisa aku lakukan? Begitu banyak orang yang menyukai priamu ini diluar sana, aku tidak bisa melakukan apapun."

Jeno membantu Jaemin menjawab setiap pertanyaan yang mengganggunya. Jaemin mendengarkan dengan seksama. Kenapa ketika Jaemin sudah mendengarkan penjelasan dari Jeno, dia mulai merasa kalau persoalan itu sebenarnya hanya persoalan sepele?

Kenapa tadi dia begitu marah? Jaemin sendiri pun lupa kenapa.

Jaemin kini merasa lebih tenang dan santai dari pada sebelumnya. Walaupun dia tidak tahu bagaimana dengan Shotaro, tapi setidaknya Jaemin tahu kalau Jeno tidak tertarik dengan pria itu. Sambil berpikir seperti itu, semua kekhawatiran dan kesedihan Jaemin lenyap. Jaemin pun beranjak bangun dari sofa.

"Aku akan memasak makan malam untuk kita."

Sambil berkata seperti itu, Jaemin terkikik senang menuju ke dapur. Jeno memanggil Jaemin tetapi tetap dengan pandangannya yang kearah layar TV.

"Na Jaemin, jangan selalu membandingkan dirimu dengan orang lain. Karena bagiku, kau lah satu-satunya yang paling istimewa. Hanya alasan itu saja sudah membuatmu menang dibandingkan lainnya."

Jaemin tidak mengatakan apapun lagi. Dari sejak dia mulai memasak hingga selesai, Jaemin terus menyanyi nada-nada bahagia di dapur.



Tbc~


[ piceboo & Angelina, 2020 ]

[✔️] Boyfriend | NominWhere stories live. Discover now