kepergian yang lain.

431 104 66
                                    

Sidang kasus kematian kedua orang tua Jeka sudah selesai dan sidang itu dimenangkan oleh Jeff. Haris melayangkan tatapan penuh amarah kepada Jeff dan juga kepada Dionel—Ayahnya Jeff. Jeff hanya tertunduk sendu, dia bingung ingin bereaksi seperti apa. Haruskan ia senang atau sedih. Posisinya membingungkan. Sang ayah, menepuk pundaknya dan mengusapnya tenang, seakan berkata 'kamu sudah melakukan hal yang baik'. Jeff hanya mengangguk melihat itu, ia pun langsung memeluk sang ayah.

"Maafkan ayah, nak. Selama ini ayah terlihat begitu jauh denganmu dan juga selalu tegas kepadamu. Di balik itu, ayah hanya ingin kamu menghadapi kenyataan yang menyakitkan seperti ini. Dan kamu melakukan hal yang benar." Dionel membalas pelukan putranya dengan bangga dan senyuman tersungging di wajahnya.

"Maafin Jeff juga, Yah. Harusnya Jeff ga kesal sama ayah sampai segitunya. Harusnya Jeff mengerti ajaran ayah."

Ayah dan anak itu saling memeluk, berusaha menenangkan satu sama lain. Jujur saja, memang Dionel selalu berlaku keras dan mengekang Jeff serta memaksanya, tapi itu untuk kebaikan anaknya. Biarlah mereka belajar dari kasus ini, bahwa semua ayah menyayangi anaknya. Meskipun Haris yang mengusir Yerin, tetapi dia memiliki perasaan sayang kepada anak gadisnya sehingga membuat dia menghilangkan nyawa orang lain.

Jeka dan Jiho berdampingan menghampiri Jeff. Sejujurnya, Jiho tak ingin ini dia lakukan karena paksaan dari Jeka. Entah apa tujuan lelaki dingin itu.

"Jeff." Panggilan dari Jeka berhasil mengurai pelukan ayah dan anak tersebut.

"Oh? Jeka!" Dionel menyahut panggilan Jeka kepada anaknya dan memeluk Jeka. "Maafkan, Om. Om tak tahu apa yang di lalui Sean selama ini. Seharusnya Om lebih teliti lagi."

Ya, memang sebenarnya Dionel dan Sean adalah teman saat kampus. Dionel yang sebagai kakak tingkat sangat akrab kepada Sean yang masih menjadi Mahasiswa baru itu. Dari sana mereka berdua dekat dan saat Dionel selesai kuliah, mereka berdua kehilangan kontak satu sama lain.

"Gapapa, Om. Saya juga lemah baru mencari tahu sekarang."

Dionel melepaskan pelukannya dari Jeka, ia melihat seorang perempuan yang terasa familiar di ingatannya. "Ini..."

"Jiho, Om. Calon tunangan saya."

"Ah..."

Jiho memberikan salam dengan menyatukan kedua tangannya dan Dionel hanya mengangguk saja.

Sementara Jeff, lelaki itu tersenyum kecut mendengar ucapan Jeka.

"Kalau begitu, saya pergi dulu ya." Dionel melirik sekilas ke arah Jeff dan berlalu dari ruang sidang tersebut.

"Makasih banget, Jeff. Karenamu semuanya selesai."

"Sebagai sahabat bukannya harus saling membantu, Jek?"

Jeka mengangguk kecil, "Benar sekali. Ayo kita menyusul Enu, saya akan memberikan sesuatu padamu sebagai imbalan."

Jeff tersenyum sinis. "Imbalan? Kebahagiaan gue udah lo ambil semua dan ga ada satu pun barang yang bisa ngegantiin 'dia'."

Ucapannya membalas kepada Jeka, tapi tatapannya mengarah kepada Jiho yang tengah menundukkan kepalanya. Setelah itu, Jeff berlalu pergi meninggalkan kedua orang itu.

"Kamu lihat, Jiho? Bukan hanya kamu yang dibenci oleh Una. Saya pun dibenci oleh Jeff, sahabat saya sendiri."

"Lo nyadar? Dan lo masih ga mau ngelawan? Gue udah ngelawan bokap sama nyokap gue, Jek. Gue nolak perjodohan ini dan mereka ngasih semua keputusan ke Bang Wisnu. Kalo Bang Wisnu nolak, perjodohan ini batal."

"Dan saya tak akan pernah membujuk Wisnu."

Jeka melangkah pergi, keluar dari ruang sidang. Jiho melirik sinis ke arah Jeka dan kakinya mengikuti kemana arah lelaki itu membawanya.

Jauh ; j.jk x j.ehWhere stories live. Discover now