ingat.

493 124 28
                                    

"Gue bilang juga apa? Bandel sih lo main kabur gitu aja."

Una kini tengah terduduk sambil menatap kakinya, menunduk. Di hadapannya ada Jeffandra yang sedang menceramahinya habis-habisan, karena kejadian kemarin. Kemarin dia berhasil selamat dari amukan Jeff, karena Jeff sudah tidur terlebih dahulu di bandingkan dia.

"Beruntung ada Jeka, coba kalo ga? Lo udah- Argh! Udahlah." Geram Jeff, lalu menyambar dengan kasar kunci mobil yang berada di atas mejanya.

Una terkejut saat Jeff mengambil kunci di atas meja dengan kasar, ia selalu takut apabila Jeff sudah marah begini. "M-mau kemana?" Tanya Una lirih.

"Kemana aja terserah gue." Sungut Jeff dengan ketus sambil berjalan menuju tangga rumahnya. Una mengikutinya dari belakang.

"Jeff, maafin gue. Iya, gue tau. Gue salah karena kabur gitu aja ga izin dari lo." Una merengek sambil memegang tangan Jeff, manahan lelaki itu untuk menuruni tangga.

Namun, lelaki itu sama sekali tidak menggubris sepupu perempuannya itu. Ia terus menuruni tangga, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Una.

"Jeff, ayolah maafin gue ya? Lagian lo pelit juga sih, masa gue ga dibolehin main sama Yuju dan Jiho, kan gue kangen sama mereka bedua." Una berujar dengan nada memelasnya.

"Gue tau kalo lo main tuh bakalan lupa sama waktu dan terbukti kan?" Sungut Jeff malas.

"Yaudah kan gue udah minta maaf, Jeffandra." Una kini menghalangi jalan Jeff dengan berdiri di depan lelaki itu. Una memandang dengan tatapan berbinarnya, "Lagian kok lo bisa tahu, sih?' Una berujar lirih dan sepelan mungkin, namun sayangnya itu terdengar oleh telinga Jeff.

"Jadi, gue ga perlu tahu nih? Gitu ya, Na?" Sinis Jeff. "Harusnya lo bersyukur Jeka ngasih tau gue. Gue tuh khawatir, Na. Banget. Tapi lo begini, selama ini lo anggap gue apa sih."

Una tau bahwa Jeff benar-benar marah saat ini, dan kata-kata yang keluar dari Jeff membuat Una merasakan sakit hatinya. Menyesali apa yang dia perbuat. Sungguh, Una menyesali perbuatannya kemarin.

"Jeff, udahan marahnya gue salah iya." Air mata akhirnya mengaliri pipi Una membuat jalur sendiri untuk turunnya air tersebut.

Jeff yang melihat sepupu kesayangannya itu menangis menjadi tidak tega, ia pun akhirnya memeluk erat Una. "Gue khawatir lo ngerti, kan?" Ujarnya lirih.

Jeff bisa merasakan gerakan kepala terasa di dadanya, ia yakin Una mengangguk mengerti ucapannya. Ia mengusal lembut punggung Una, guna menenangkan gadis mungil itu. Ia juga akhirnya membawa Una ke depan sofa ruang tamu, karena posisinya mereka sudah dekat dengan pintu keluar.

"Ada yang sakit ga, kemarin?" Tanya Jeff yang kini melepaskan pelukannya dari Una dan meneliti gadis itu dari atas sampai bawah.

Una menggeleng sambil terisak, "Gak ada. T-tapi, Jeka kemarin luka-luka. Hiks, gue kasian." Ucap Una tergagap karena isakannya.

"Udah-udah, lagian kan dia juga udah ngobatin dirinya sendiri." Jeff mengelus rambut Una dengan lembut. "Lain kali dengerin gue. Lo tau sendiri, gue ga bisa marah sama lo."

Una menganggukan kepalanya tetap dengan isakan, ia merasa beruntung memiliki sepupu seperti Jeff. Ia pun memeluk erat lelaki itu, mendekapnya seakan tidak ingin kehilangan lelaki itu. "Makasih banget Jeff."

Jeff hanya mengangguk sambil membalas pelukan yang Una berikan. "Inget ya, gue selalu khawatir sama lo, Na. Lo itu udah kayak adek gue sendiri."

"Lo juga abang tersayang gue!!" Seru Una dan mengeratkan pelukannya kepada Jeff. Tak lama kemudian, Jeff pun akhirnya melepaskan pelukannya itu.

Jauh ; j.jk x j.ehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang