satu selesai.

416 109 10
                                    

Una kini tengah bersama dengan Yuju. Una sengaja mengunjungi apartemen milik Yuju dan tunangannya, karena ia merasa telah lama tak bertemu Yuju.

"Gue yakin lo ada masalah."

Memang Yuju yang paling mengerti dirinya. Tanpa di jelaskan, sahabatnya itu pun tahu bahwa ia tengah dilanda masalah.

Una mengangguk sekilas. "Silahkan sekarang cerita." Tukas Yuju.

Setelah mengeluarkan helaan napas yang besar. Una mengeluarkan kalimatnya. "Yang pertama, Jeka. Gue bahagia banget dia udah mulai ngedeket ke gue akhir-akhir ini. Tapi, sikapnya yang kayak kulkas itu beneran buat gue bingung, Yu."

"Iya lo harusnya tetep bahagia. Jangan bingung, karena gimana pun sikap dia dari dulu begitu dan lagi agama yang di anutnya." Yuju mencoba memberikan kalimat positif kepada Una. "Dan lagi, seharusnya lo sangat-sangat berbahagia karena usaha lo ga sia-sia."

Una mengangguk. "Yang kedua, masalah kak Sha."

"Hah?"

"Lo gatau kan kalo kak Sha udah ada di rumah Jeff?" Yuju menggeleng. "Kak Sha berantem sama suaminya. Dia mau balik ke rumah mama sama papa, tapi kan udah ga di anggap anak lagi. Jadi, dia ke rumah om Dion."

Yuju mengusap bahu sang sahabat dengan lembut. "Kenapa keluarga gue ancur banget sih, Yu? Apa yang udah di lakuin sama gue?"

Luruh sudah pertahanan dari Una. Ia membiarkan air matanya turun dengan deras, sangat deras sampai membuat Yuju sesak melihatnya. Dengan segera Yuju merengkuh Una ke dalam pelukannya dan berusaha menenangkan sahabatnya.

"Lo jangan terlalu bersedih, Una. Banyak yang sedih di sini selain lo. Contohnya kak Sha, Na. Dia yang paling butuh dukungan dari lo." Yuju mengusap dengan lembut punggung sahabatnya itu. "Sepedih apapun lo harus tetep jadi kebahagiaan bagi orang lain."

"Bukankah lebih baik kita menjadi kebahagiaan orang lain? Dibanding menjadi tangisan orang lain?"

Kalimat prinsipnya terucapkan dan ia menangis bersama dengan sang sahabat yang ada di dalam pelukannya.

♧♧♧

"Kenapa Mohan di bawa-bawa, Na? Apa hubungannya sama Vincent?" Theo bertanya dengan frustasi setelah terdiam begitu lama.

Dengan tenang Bona berusaha menjelaskan. "Lima tahun lalu, Mas tahu sendiri kan?" Bona mengeluarkan air matanya. "Mas Mohan meninggal tertabrak mobil yang bertabrakan dengan adik Jeka juga kekasih Jeka. Entah gimana bisa kebetulan itu terjadi. A‐aku, hiks–"

"Gue sama Bona bener-bener ngerasa janggal, Yo." Lanjut Vincent saat melihat Bona kembali menangis mengenang mendiang suaminya itu.

"Bisa jelasin ke aku? Apa hubungannya mas Mohan sama masalah ini?" Yerin yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara.

"Jelasin semuanya, Vin. Jangan sampai ada yang ketinggalan satu pun."

Vincent mengangguk setelah mendapat anggukan dari Bona dan mendengar ucapan Theo.

"Yerin, dengerin ini semua. Ini alasan terbesar aku karena ga cerita sama kamu." Yerin mengangguk.

"Waktu itu Bona datengin gue sambil bawa kotak yang lusuh banget dan juga dia nangis. Lo lihat di foto yang pertama ini, Yo. Ada kotak warna coklat lusuh gitu."

Theo dan Yerin membenarkan ucapan Vincent. "Nah di dalam kotak itu ngebuat gue kaget banget. Selama dua belas tahun gue sama Jeka dan Wonu nyari bukti susah payah tentang kejadian pesawat ortu mereka yang meledak dan ternyata bukti itu semua ada di dalam kotak yang di kasih Bona ke gue."

Jauh ; j.jk x j.ehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang