masalah yang ada.

517 130 37
                                    

BUGH!

Hantaman itu tidak bisa di bilang pelan. Salah satu dari gerombolan yang mengerubungi Una terlempar jauh ke atas aspal. Membuat yang lainnya terkejut, begitupula dengan Una yang masih meneteskan air matanya.

"Saya rasa, tidak baik untuk kalian mengerubungi satu wanita dan berkata tidak senonoh di depannya." Ucap sang lelaki dengan jaket hitam melekat di tubuhnya. Una akhirnya tersenyum lebar merasa bahwa do'anya di kabulkan dengan cepat oleh sang Tuhan. Ia pun berlari menuju ke belakang tempat dimana lelaki itu berdiri.

"Maksud lo apa?! Kita ga ada urusan sama lo. Tiba-tiba dateng ngeganggu." Sungut lelaki yang berada di depan Una.

"Jelas saja, saya datang karena kalian mengganggu seorang wanita hingga dia menangis." Balas lelaki itu.

"Terus apa urusannya sama lo, hah?" Tanya lelaki yang lain.

"Sesama manusia tentunya harus saling tolong menolong dan wanita itu berada dalam masalah karena di kelilingi oleh sampah, seperti kalian." Balas lelaki itu.

"Kurang ajar."

Terjadilah perkelahian antara seorang pemuda dan segerombolan lelaki yang mabuk. Satu persatu gerombolan itu menyerang ke arah sang pemuda yang bertarung dengan tangan kosong.

Pemuda itu memberikan pukulan pada rahang salah satu lelaki yang menyerangnya, ia mengeluarkan seluruh kebolehan bela dirinya. Namun, saat ia sedang menghajar salah satu leleki mabuk itu, dirinya harus merasakan sakit di punggung karena serangan dari belakang.

"JEKA!"

Una menangis, berteriak takut. Jeka yang baru saja terjatuh karena punggunhnya sakit, menyunggingkan senyumannya guna menenangkan Una.

Lagi, Jeka menendang perut lelaki yang tadi sudah memukul punggung nya dan menyebabkan rasa sakit. Ia kini terus memukuli lelaki itu dengan membabi buta, tiba-tiba saja rahangnya terkena tonjokan dari salah satu teman lelaki itu. Mendesis sebentar, sebelum akhirnya membalas perbuatan itu.

"Saya rasa, tidak ada gunanya bertarung dengan kalian. Karena kalian tengah dalam keadaan mabuk, tak bisa berpikir jernih dan lagi saya tidaklah bodoh." Jeka berujar dengan sedikit meringis karena merasakan perih di sudut bibirnya.

Tak lama, polisi pun akhirnya datang dan meringkus semua pemuda itu tak terkecuali. Polisi itu juga mengucapkan beberapa kalimat kepada Jeka dan tentunya berterimakasih karena sudah melaporkan kejahatan yang terjadi. Akhirnya, polisi itu pergi meninggalkan Jeka dan Una di tempat itu sendiri.

Jeka terdiam di tempatnya menatap ke arah Una yang kini berada jauh dari hadapannya, Una yang melihat keadaan buruk lelaki itu berlari menghampiri Jeka.

"Hiks... Makasih banget, tapi lo bedarah begini." Ucap Una yang hendak memegang luka Jeka, namun terhenti karena batasan yang dimiliki Jeka.

"Ini hanya luka kecil. Kamu gapapa?" Ujar Jeka singkat.

Seketika Una teringat akan dirinya yang digerubungi oleh lelaki mabuk tadi bak semut. Una pun kembali merasakan getaran pada tubuhnya, "Ta-tadi, gue..."

"Tenang aja, ada saya di sini."

Entah kenapa, ucapan Jeka bagaikan obat yang mujarap. Una tidak merasakan getaran di tubuhnya karena melihat sebuah senyuman yang tertera di bibir lelaki itu.

"Jek, gue–"

"Ayo pulang." Jeka berjalan menuju ke tempat dimana mobilnya berada, di ikuti oleh Una di belakangnya.

"Masuklah," Titah Jeka kepada Una, namun saat Una hendak membuka pintu mobil bagian belakang harus terhenti karena mendengar ucapan Jeka. "Jangan di belakang, di depan."

Jauh ; j.jk x j.ehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang