dosa yang dilakukan.

493 109 21
                                    

Jeka melihat jam yang tertera di dinding kamarnya. Pukul dua dini hari, dengan segera ia bangkit dari tidurnya dan pergi menuju ke arah kamar mandi, dengan segera ia mengambil air untuk memasuh wajahnya dan langsung mengambil air kembali untuk berwudhu, setelah selesai ia pun akhirnya pergi menuju ke ruang khusus beribadahnya.

Jeka menunaikan sunnahnya untuk shalat tahajjud beberapa rakaat. Setelah beberapa rakaat terlampaui, ia memilih duduk dan mulai menenangkan hatinya dan merapalkan dzikir di dalam hati. Namun, saat ia baru saja hendak melakukan kebiasaan yang lain, yaitu membaca al-Qur'an, hal itu harus terhenti karena ponsel Jeka yang berbunyi dengan keras. Lelaki itu pun, memilih untuk mengambil ponselnya terlebih dahulu.

"Una?" Ya, ID Caller itu adalah Una, mengernyit sejenak sebelum akhirnya mengangkat telepon dari gadis itu.

"Permisi?" Jeka semakin mengernyitkan keningnya saat mendengar suara lelaki dari seberang sana dan juga dentuman music yang bergema.

"Ya?"

"Anda kenalan saudari Luna?"

"Iya, ada apa? Kenapa ponselnya ada di Anda?" Tanya Jeka dengan nada yang dingin.

"Begini, mas. Sebelumnya maaf saya dengan lancing membuka ponsel milik pacar, mas. Tapi, saat ini pacar mas sedang mabuk dan sepertinya ia terlalu banyak minum."

Jeka tertegun mendengar penjelasan yang di ucapkan oleh sang lelaki di seberang sana yang berkemungkinan besar adalah seorang bartender di bar atau club yang didatangi oleh gadis itu.

"Lokasinya?"

"Club XXX, Jakarta Selatan. Anda pasti tahu kan?"

Jeka dalam hati mengiyakan pertanyaan sang penelpon itu, dirinya menyuruh sang penelpon untuk menjaga Una dan dengan segera ia mengganti sarungnya dengan celana panjang jeans hitamnya dan juga menyambar jaket kulit hitam tanpa membuka baju koko yang tengah di pakainya.

Jeka benar-benar mengendarai mobilnya dengan cepat, ia kalap. Dan juga tak habis pikir dengan gadis itu, mengapa harus pergi ke sana. Sedari tadi pun Jeka tak henti-hentinya untuk memanggil Jeff. Namun mendengus mengingat kebiasaan sahabatnya yang pasti tertidur seperti orang mati. Memukul stir mobilnya dan dengan cepat menginjak pedal gasnya, menyetir bak kesetanan membiarkan orang lain berteriak.

Beberapa menit kemudian Jeka sampai, dengan segera ia turun dari mobilnya. Dan tanpa berpikir panjang masuk ke dalam Club seraya berlari kesetanan menuju bar yang ada. Sedetik kemudian, Jeka menyadari bahwa ini salah. Ia dapat melihat banyaknya orang-orang berkumpul sekedar untuk berjoget ria, bercumbu, bahkan meminum minuman haram.

Jeka ingin berbalik meninggalkan tempat itu, melupakan tujuannya tentang gadis itu. Namun, ia tidak bisa karena radar matanya menangkap gadis itu nyaris di giring oleh orang lain, pria paruh baya. Kembali lagi, Jeka mengeluarkan tenaganya untuk berlari menghampiri gadis itu. Menerobos kumpulan orang di depannya.

"Anda mau bawa dia kemana?" Tanya Jeka dengan nada dinginnya.

"Anda siapa? Ini urusan saya." Lelaki paruh baya itu melepaskan pegangannya pada tubuh sang gadis dan menatap Jeka dengan tajam.

"Dia pacar saya. Lebih baik Anda pergi." Setelah berbicara seperti itu, Jeka dapat melihat lelaki tua itu pergi dengan wajah yang menggeram kesal.

Jeka menatap dengan pandangan yang sulit di artikan ke arah Una. Entahlah, apa yang ia pikirkan.

"Mas? Mas yang tadi saya telepon?" Tanya sang bartender yang baru saja datang.

"Kenapa kamu meninggalkannya disini? Sudah saya bilang, bukan untuk menjaganya?" Tanya Jeka masih dengan nada dingin.

Jauh ; j.jk x j.ehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang