akhir cerita

954 115 89
                                    

7 tahun kemudian

Seorang anak kecil tengah berlarian disebuah taman yang terlihat sangat indah. Mantel tebal itu membalut tubuh kecil sang anak, dengan perasaan gembira sang gadis kecil itu berlari sembari bersenandung. Entah lagu apa yang ia senandungkan, maklumi saja karena usianya yang masih sangat kecil jadi ya, cara bicaranya pun kurang lancar.

"Adek, ih! Di cariin sama bunda, kamu malah disini. Kakak tahu yang diomelin." Seorang anak lelaki dengan mantel berwarna merah menghampiri gadis kecil yang tengah menunjukkan senyum tanpa dosa.

"Hehe, Ley thuka thalju, hehe." (Rey suka salju) Sang anak gadis itu berujar dengan penuh kekehan manis, membuat sang kakak yang tadinya hendak marah menjadi tidak jadi.

"Kakak tahu, kamu suka salju. Tapi, kalau mau pisah dari kakak, bunda, atau ayah. Kamu harus bilang oke?!" Seru sang lelaki dengan menunjukkan senyum terbaik yang ia punya.

"Euhm! Thiap, kak Yodha!" (Siap, Kak Yodha) Rey, anak kecil itu tersenyum senang.

"Nah kalau begitu ayok kita kembali ke rumah Oma. Makin lama, makin dingin, nanti Rey jadi beku."

Gadis kecil itu tampaknya mengerti, setelah menganggukan kepala dengan senang, gadis itu berlari meninggalkan sang kakak dibelakangnya. "Kak Yodha! Yang nampe duyuan, dapet kukis dali Bunda!" (Yang nyampe duluan, dapat kukis dari Bunda) Teriak anak gadis itu.

"Eh?! Tapi kamu jangan cepet-cepet larinya! Nanti ketabrak atau jatuh! Rey!" Sang kakak nampaknya sangat khawatir dengan adiknya itu.

Brugh!

Suara jatuh yang tak terlalu keras itu membuat Yodha menghela napas lelah, sang adik terjatuh menabrak orang dewasa karena tidak mendengarkan ucapannya. Dengan berlari sekuat tenaga, ia menghampiri sang adik dan juga orang dewasa yang tengah membantu adiknya membersihkan serpihan salju.

"Kamu gapapa?" Tanya orang dewasa itu sambal membantu Rey untuk berdiri.

"Ih, Rey! Kamu tuh aturan jangan lari cepet-cepet!" Yodha mulai mengeluarkan omelannya.

"Kakak belithik, ley kan nda papa." (Kakak berisik, Rey kan gak papa) Sahut sang adik.

Lelaki dewasa itu terkekeh melihat Kedua anak kecil itu yang malah beradu mulut. Ia dengan sigap beralih ke arah bocah lelaki. Ia dengan sigap mengelus surai hitamnya. "Hai, Yodha. Masih inget sama Uncle tidak?"

"Hng?" Yodha melihat ke atas dan nampaklah wajah pemuda tampan yang umurnya bias ia pastika nyaris sama dengan sang ayah. "Loh? Om Jeff?" Seru Yodha dengan senang dan melompat ke arah Jeffandra.

Jeff tersenyum melihat sang keponakan yang ternyata mengenalnya dan langsung menyambutnya dengan antusias. Ia lantas segera mengangkat Yodha ke dalam gendongannya. "Om Jeff kok tiba-tiba ke sini?" Tanya Yodha dengan wajah bingungnya.

"Om itu ada kerjaan di New York. Lagipula, Om udah lama ga ketemu ayah sama bunda kamu. Jadilah, Om ke sini." Ujar Jeff tersenyum. "Dan lagi, Om juga kangen sama keponakan Om yang bandel ini." Lanjut Jeff sembari memberikan kelitikan kecil pada tubuh kurus milik Yodha.

"Hihi, Om geli ih." Tawa Yodha pun akhirnya terdengar. Jeff pun menyudahi acara menjahili anak itu.

"Halo Reya! Kamu pasti ga inget Om, ya?" Kini Jeff berjongkok dan menyesuaikan tingginya dengan gadis kecil nan mungil itu.

Rey menatap bingung Jeff, kepalanya bertumpu ke samping dan mengeluarkan suara. "Om ganteng ini thiapa?" (Om ganteng ini, siapa?)

Jeff terkekeh gemas memilih tak menjawab pertanyaan dari gadis mungil itu, ia langsung menggendong Kedua anak itu dan berlari menuju salah satu rumah yang ada di dekat taman itu. Kedua anak berbeda umur itu tertawa dengan bahagia saat angina menghantam wajah mereka, berlahak layaknya seorang superhero yang bisa terbang. Hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk mereka bertiga berlarian seperti itu, ah ralat hanya Jeff yang berlari dan mereka berdua berpose keren.

Jauh ; j.jk x j.ehNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ