suara indah.

561 143 16
                                    

Una kini akhirnya berada di kafe milik kakak Jiho, sedari tadi ia mengelilingi kantor Jeff tetapi tak mengerti letak tepatnya dimana. Alhasil ia menemani Jiho saja di sini.

"Lo mau jadi kasir ga, Na?" Tanya Jiho sambil mengikat rambut panjangnya.

"Boleh deh. Kakak lo mana, omong-omong?" Tanya Una.

"Sama mas Theo, suaminya. Dia kan lagi hamidun lagi." Jawab Jiho memberikan Una celemek berwarna coklat dengan logo kafe.

Una menerima celemek tersebut dan memakainya. "Lah dia hamidun lagi? Bukannya kemarin dia baru ngelahirin anak kedua si Farhan?"

"Iya, padahal Farhan baru satu tahun. Tapi mbak Bona udah hamil lagi." Jiho pun turut memakai celemeknya.

"Anaknya yang pertama, yang ama mendiang suaminya siapa dah? Tian? Bian? Rian?" Tanya Una menerka.

"Lian oy. Kagak ada yang bener."

"Nah iya itu, udah usia berapa tahun?"

"Anaknya yang pertama mah udah tujuh tahun. Masuk SD bentar lagi."

Una menganggukan kepalanya mengerti. "Ini juga kafe dari mendiang suami kakak lo kan?"

"Iya, ini tuh tadinya kafe mas Mohan. Di jalanin bedua, terus mas Mohan meninggal. Ya jadilah kafenya punya mbak Bona." Jelas Jiho.

Una hanya menganggukan kepalanya paham.

"Gue mau kebelakang buat kopi lo di kasir aja. Kasian masa model gue di suruh ke dapur." Ledek Jiho lalu pergi ke belakang.

Sedangkan Una mendecakkan bibirnya. Ia pun akhirnya mulai fokus untuk melayani pesanan-pesanan yang ada. Hingga sampai,

"Kakak, kak Una ya? Yang selebrgram itu? Yang ada di majalah teenager sama Kak Maudy?" Seorang perempuan berseragam sekolah menanyakannya. Dan hanya Una balas dengan senyuman di wajahnya sambil menganggukan kepalanya.

"Wah, seneng banget ketemu kak Una di sini." Perempuan itu tertawa dengan senang dan dibalas tawa kecil oleh Una.

"Berapa kak, pesenan saya?" Tanya perempuan itu lagi.

"Semuanya, jadi lima puluh ribu, dek." Ucap  Una sambil tersenyum kepada perempuan itu.

"Ini, kak."

"Terima kasih dek, uangnya pas ya." Una pun tersenyum kepada perempuan tersebut.

"Sama-sama kak. Boleh foto ga?"

Una menganggukan kepalanya dan akhirnya ikut berpose di samping perempuan tersebut.

"Makasih ya, kak!"

"Sama-sama."

Perempuan itu pun akhirnya berlalu, ternyata bukan hanya perempuan itu saja yang menyadari bahwa ia adalah Una, sang model. Dan karena para pelanggan mengenali dia, ia pun menjadi sedikit kewalahan sebab tak sedikit yang meminta berfoto dengannya. Oh jangan lupakan antrian pesanan yang sudah panjang karena terhambat sedari tadi.

"ASTAGHFIRULLAH." Jiho yang baru saja datang dari dapur terkejut dan otomatis mengeluarkan teriakannya. "Ini kenapa panjang banget antriannya, Na?"

Una meringis dan mengkode Jiho supaya membantu nya yang tengah sibuk melayani dan menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh para pengunjung kafe. Jiho yang melihat itu pun memutar bola matanya, malas. Ia segera menarik Una dan menggantikan posisi kasir yang Una pegang.

"Silahkan kalian keluar, apabila kalian hanya ingin melihat Nona Una saja dan yang ingin memesan segera mengantri." Jiho berujar dengan nada dingin dan tegasnya membuat beberapa orang menyingkir dari antrian dan menyisakan beberapa orang saja.

Jauh ; j.jk x j.ehWhere stories live. Discover now