ketemu lagi.

519 121 21
                                    

Vincent terdiam menatap ke arah laptopnya, ini adalah hari Sabtu. Seharusnya, dia tidak berada di depan laptop mengerjakan tugasnya. Seharusnya, ia kini berada di rumah menemani sang istri untuk sekedar menghabiskan waktu bersama. Namun, dia hanya bisa menghela napas mengingat tanggung jawabnya sendiri atas permintaan sahabatnya itu.

"Lo bukannya harus nemenin Kak Yerin check up kandungan, bang?" Lelaki berjas yang sedari tadi duduk di sofa ruangan Vincent dan berhadapan dengannya membuka percakapan setelah kurang lebih satu jam terdiam meneliti beberapa dokumen dan file.

"Harusnya sih gitu sih, Doy. Cuma lo tau sendiri, atasan lo mana mau ngasih kerjaan yang ringan." Jawab Vincent dengan tenang.

"Lo bilang ke dia, kalo mau nganter Yerin?"

"Ngga sih." Cuek Vincent.

"Aturan lo bilang, anjir. Kalo lo bilang, siapa tahu dia ngerti. Kan dia bisa di bilang sohib lo." Ridho atau Idoy itu kini menjawab sambil memandang Vincent.

"Sohib?"

Ridho menganggukan kepalanya.

"Ngaco lo. Ya kali dah." Vincent menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat yang merangkap menjadi asistennya itu.

"Tapi kan lo ama dia deket gitu. Apalagi sama adeknya." Balas Ridho sambil memilah beberapa berkas yang sudah di periksa tadi. "Nah ini, berkas yang bakal di pake buat proyek minggu depan." Ridho menyerahkan sebuah map yang berisi kertas-kertas tersebut kepada Vincent.

"Wah, bisa-bisa puyeng otak gue." Sungut Vincent melihat setumpukan kertas didalam map itu.

"Yang sabar ya, asal aja jangan tiba-tiba lo ngilang. Kan, jadi gue yang gantiin lo." Dengus Ridho.

"Kita lihat nanti ya."

Vincent tersenyum miring dan Ridho yang melihat kelakuan temannya itu memuatr bola matanya malas.

♧♧♧

"Ayo, Kak. Aku temenin." Ucap seorang gadis kepada lelaki yang tengah mengambil kunci mobil itu.

"Kamu ga ada acara? Bukannya, hari Senin kamu ulangan ya?" Tanya Jeka kepada adiknya itu.

"Kan masih ada besok, Minggu, Kak." Meisya mengeluarkan cengiran lebarnya itu.

Jeka hanya menganggukan kepalanya dan akhirnya mereka berdua pergi menuju sebuah pusat perbelanjaan. Jeka ingin berbelanja bulanan, karena ini terhitung sudah akhir bulan. Pun, dia sekaligus ingin melihat bukunya yang terpampang di salah satu rak toko buku terkenal.

Jeka memilih tempat yang terdekat dengan rumahnya saja, karena ia tidak ingin terlalu lama di jalan. Lagipula, pusat perbelanjaan yang dekat dengan rumahnya itu lumayan lengkap dan besar.

Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit mereka telah sampai ke pusat perbelanjaan. Dengan segera keduanya turun dari mobil dan masuk kedalam super market yang berada di dalam mall itu.

"Aku yang nyari bahan makanannya, kakak cari camilan aja." Ujar Meisya sambil mendorong troli menuju rak berisi sayur, buah, dan juga daging.

Jeka mengernyit heran, "Kok kamu yang nyari? Kan kakak yang mau belanja."

"Soalnya, kalo kakak yang nyari pasti ga bisa milih. Udah gitu, main ambil aja ga ngeliat harga dulu. Mentang-mentang punya uang." Sungut Meisya dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

Jeka meringis kecil, dalam hati ia membenarkan apa yang diucapkan oleh sang adik. Selama ini, memang ia tidak memilih bahan makanan apalagi memeriksa harga suatu makanan.

Jauh ; j.jk x j.ehWhere stories live. Discover now