Ucapan Blevin yang begitu spontan namun tegas itupun membuat Zwetta tersenyum remeh.

"Cuih. Kau sungguh tak tahu diri!" ujar Zwetta dengan meludah kearah Blevin. Ia tak peduli dengan sopan santunnya terhadap kakak iparnya sendiri. Baginya Blevin telah mati!

"Kau sungguh berubah. Dimana sikap manja dan manismu itu? Apa Lucas yang telah membuatmu begini?"

"Jangan pernah menyalahkan orang lain. Apa kau tak sadar, hmm? KAU YANG TELAH MEMBUATKU SEPERTI INI!"

Napas Zwetta kembang kempis. Ia begitu emosi hanya dengan melihat Blevin. Bahkan rasanya ia ingin membunuh pria yang didepannya itu. Namun ia tak ingin membuat keluarga Lucas kecewa. Terlebih lagi, mereka baru saja bertemu dengan Blevin.

Dengan lancangnya Blevin memeluk Zwetta erat. Ia mengunci setiap pergerakan yang Zwetta lakukan. Namun sayang dia melupakan tangan kanan Zwetta. Hingga...

Syett.....

Satu sayatan ia dapatkan dipunggungnya. Merobek baju yang ia kenakan hingga menembus daging yang lumayan dalam. Darah dengan cepatnya merembes membentuk alur-alur sungai yang lurus. Zwetta tersenyum, ia berhasil menjebak Blevin. Air mata yang ia keluarkan hanyalah sebuah air mata kepalsuan.

"Satu sayatan untuk ibuku"

Syett...

"Dua sayatan untuk ucapan terimakasihku, karena kau telah mengajari aku bagaimana menjadi pembunuh yang handal. Hhahah"

Kini punggung Blevin seperti kebanjiran darah. Luka yang Zwetta buat bukanlah luka ringan. Bahkan lebih dalam daripada Lucas. Blevin menerima dengan lapang dada. Akar permasalahan ini memang berawal darinya. Jika dia melawannya lagi, hanya akan sia-sia. Zwetta telah dibutakan oleh dendam yang membara.

"Ada apa ini?!"

Suara itu, adalah suara yang sangat Zwetta kenali. Suara seseorang yang kini ia rindukan. Dengan kerasnya Zwetta mendorong tubuh kekar Blevin. Ia menoleh dan mendapati Lucas yang tengah menatapnya tajam.

"Hai, sayang. Apa kabar?" tanya riang Zwetta seperti tak ada beban apapun.

Lucas menaikan sebelah alisnya. Ia merasa ada yang janggal disini. Lantas ia pun maju menghampiri Zwetta dan memeluk pingangnya possesif.

"Aku nyariin kamu dari tadi,lho. Ternyata kamu disini sama kakak aku"

"Emm...cuma ngobrol doang kok. Bagaimanapun juga diakan kakak ipar aku"

Blevin yang diakui sebagai kakak ipar oleh Zwetta hanya tersenyum miris. Ada rasa bahagia namun bebarengan dengan rasa sakit ketika dia tidak bisa diposisi Lucas saat ini.

Lucas mangut-mangut menaggapi pernyataan Zwetta. Namun ia seperti mencium bau sesuatu. Bau yang begitu anyir dan sangat disukai oleh Zwetta.

"Kok bau darah ya?"

Zwetta gelagapan. Ia sebisa mungkin bersikap biasa dan tenang. Namun naas, Lucas lebih dulu menghampiri Blevin dan melihat darah yang terus merembes keluar dari balik baju Blevin.

"Astaga! punggungmu kenapa kak?!"

Blevin menyungingkan senyumnya. Ia tidak mengadu kepada Lucas perihal kelakuan matenya. Segitu cintakah Blevin kepada Zwetta? Hingga hal sebesar ini harus ia tutupi? Bodoh! Sangat amat bodoh!

"Apa ini ulahmu, sayang?" tanya Lucas yang memang mencurigai Zwetta.

Zwetta yang telah tertangkap basahpun hanya mengangguk dengan menyunggingkan senyum manisnya.

Lucas memutar bola matanya malas. Ia tak habis pikir dengan Zwetta. Padahal tadi pagi, Zwetta telah melukainya. Apakah itu tidak cukup?

"Sini!" pinta Lucas dengan lembut namun tegas.

Zwetta menurut. Ia melangkah menuju Lucas. Berdampingan disamping kekasihnya itu. Namun tiba-tiba telinganya terasa ditarik tinggi-tinggi seakan ingin lepas dari tempatnya.

"Aawwww.....sakit..Luc"

"Ini hukuman untukmu. Kalau kau ingin menyakiti orang, cukup aku saja. Jangan orang-orang disekitarku"

"Ta...tapi aku mencintaimu, Luc. Aku tak bisa jika terus-terusan menyakitimu" terang Zwetta yang malah membuat Lucas heran.

"Tak bisa apanya? Dia saja menyiksaku tanpa henti" bisik Lucas dalam hatinya

Lucas berpikir, penyelesaian apa yang bisa membuat Zwetta dan dirinya untung. Tanpa adanya orang yang tersakiti, kecuali memang pantas untuk disakiti.

"Lebih baik, Zwetta menyiksa para tahanan dibawah tanah"

Ide yang bagus! Saran dari Blevin itu mampu mencerahkan pikiran Lucas. Akan tetapi, mengapa Lucas tidak memikirkan itu dari dulu? ia malah rela menyumbangkan punggungnya untuk dimainkan oleh Zwetta!

"Aku setuju. Kau bebas melakukan apapun pada tahanan itu,sayang. Tapi kau harus berjanji padaku untuk tidak melukai orang-orang yang aku sayang. Bagaimana?"

"Baiklah aku setuju!"

"Good girl"

Lucas membelai rambut Zwetta sayang. Dengan terangnya ia mengumbar kemesraan didepan kakaknya. Tentu saja dengan melupakan fakta bahwa Blevin tengah terluka.

Sadar diri adalah posisi yang tepat untuk Blevin saat ini. Ia tak sanggup jika berlama-lama dengan pasangan yang sedang hangat-hangatnya. Lagi pula, cinta yang ia harapkan bukanlah untuknya. Cinta itu kini telah musnah. Namanya yang dulu tersemat kini tergantikan oleh nama Adiknya. Ikhlaslah yang harus ia lakukan. Karena tak baik juga mencintai tanpa dicintai balik. Hanya akan menguras emosi dan tenaga. Percuma jika Blevin tetap memperjuangkannya. Sedangkan hati Zwetta tak mau lagi berlabuh padanya.






TO BE CONTINUE

NEXT?

jangan lupa tinggalkan jejak ya😊

                               20 Oktober 2020

My Mate Is Psychopath (END)Where stories live. Discover now