Chapter 11

8.9K 804 12
                                    

Zwetta pov'

"Tolong jangan tinggalkan aku lagi, Zwetta Wyle Laurels"

Hah? apa maksudnya? apa yang dimaksud itu Grisy? eh tapikan namaku yang dia sebut.

"Maksud bapak?" tanyaku dengan tetap mempertahankan sikap dinginku. Namun lain dalam hatiku yang tidak mengerti apa maksudnya.

Dia berjalan ke arahku dan Grisy. Memegang tanganku. Aku terkejut bukan main karena ulahnya. Aku berusaha sekuat mungkin agar bisa terlepas darinya. Namun tenaganya sangatlah kuat.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" batinku mengebu-gebu karena memang aku merasa dia ini aneh

Aku mendongak menatap ke arahnya. Berniat ingin protes dan siap mengeluarkan makian. Bodo amat dengan status dia yang jelas-jelas adalah guruku. Aku sudah risih dengan sifatnya semenjak dikelas tadi.

Deg!

Seakan mataku terkunci hanya dengan tatapan matanya. Dia menatapku dengan teduh dan tersirat kerinduan.

"Tolong jangan pergi lagi" Hanya itu yang dia katakan. Aku tidak tahu apa maksudnya. Bahkan sebelumnya aku tak mengenal siapa dirinya dan dari mana asalnya. Yang ku tahu dia hanya lah guru baru di sekolahku.

"Maaf pak. Bisa lepaskan saya? saya ingin pulang" Sebisa mungkin aku tetap sopan padanya. Menahan jiwa phsycoku untuk tidak menusuknya.

Sial! Dia tidak menanggapi ucapanku. Dia hanya berdiam diri dengan terus menatap ke arahku. Apa dia tidak tahu? Aku risih dengan sifatnya!

"Jangan mengumpat! Aku tidak ingin bibir manismu ternodai"

Apa dia bilang? Bibirku manis? apa dia pernah mencobanya? Memangnya bibirku ini permen. Enak saja dia berkata seperti itu!

"Cukup sudah pak! sedari tadi saya berusaha untuk tidak mengeluarkan makian! tapi sikap bapak sungguh keteraluan! tolong lepaskan saya!"

Aku memberontak. Bisa terlepas darinya sangatlah tidak mudah. Dia memiliki lengan kokoh yang kuat. Sedangkan aku? tak sebanding dengannya. Andai ini di hutan, aku pasti sudah menghabisinya.

"Aku akan melepaskanmu. Tapi ada syaratnya" Ujarnya sambil tersenyum devil ke arahku.

                            🐺🔪🔪🐺

Disinilah aku berada. Bersama pria pemaksa yang sangat membuatku naik pitam. Berdua didalam mobilnya tanpa Grisy yang menemani. Dengan teganya dia menyuruh Grisy pulang. Dan membawaku entah kemana untuk ikut bersamanya.

-Flashback on-

"Aku akan melepaskanmu. Tapi ada syaratnya" ujarnya sambil tersenyum devil ke arahku.

Tak ingin berlama-lama dengannya. Akhirnya aku menjawab

"Apa syaratnya?"

Dia semakin melebarkan senyumnya. Mungkin Grisy yang melihat senyumnya seakan melihat dewa. Namun tidak bagiku. Menurutku dia tidak jauh berbeda dengan orang-orangan sawah.

"Ikut bersamaku dan biarkan Grisy pulang" ucapnya lembut namun tersirat ketegasan dan ketidakbantahan. Dengan berat hati aku menoleh ke arah Grisy. Aku tak tega membiarkan Grisy pulang sendiri. Namun perkataan Grisy membuatku yakin dan akhirnya ikut dengan Lucas.

"Tak apa, Ett. Ikutlah dengan pak Lucas"

-Flashback off-

"Mengapa diam saja,hmm?" tanyanya padaku yang tak aku tanggapi

Ku dengar dia menghela napas. Mungkin berusaha sabar atas segala sikapku padanya. Tapi semua ini berawal darinya. Jika dia tidak bersikap seperti tadi aku juga tidak akan seperti ini. Sudah terlalu jengkel aku padanya.

"Sweetheart....Hey dengarkan aku. Aku terpaksa bersikap seperti tadi padamu. Bertahun-tahun aku menunggumu. Dan rasa senang ini sudah tidak bisa aku bendung lagi" jelasnya

"Masa bodo dengan sikap bapak. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin pulang" kataku berharap dia mengerti bahwa aku telah muak dengan semua ini.

Tiba-tiba aku merasakan tanganku digengam. Tanpa aku menolehpun aku tahu siapa yang melakukan ini semua. Aku tak berusaha melepaskannya. Karena aku tahu dia akan menahannya seperti tadi.

"Please....don't hate me. I will do anything for you. Sekalipun dengan mengorbankan nyawaku"

Aku tidak mengerti lagi apa maksudnya. Otakku sedang tidak sejalan dengan situasi ini. Kata-kata permohonannya masih terngiang dengan jelas ditelingaku.

"Maksud bapak apa?" Hanya kata itu yang bisa aku lontarkan setiap dia bersikap manis padaku.

"Kau tak mengerti apa maksudku, Sweetheart ?"

Apalagi ini? Sweetheart? Mengapa dia terus memanggilku dengan panggilan romantis itu? Jangan tanya mengapa aku bisa tahu itu panggilan romantis. Tentunya dari Grisy, yang tidak pernah ketinggalan akan segala hal yang berbau romantis dan cinta. Cih, mendengar kata cinta saja aku sudah muak bukan main. Aku tidak percaya dengan cinta! Cinta hanya memberi luka! Segala yang aku tampilkan ini hanyalah sebuah topeng. Aku tidak ingin kedokku sebagai psikopat terbongkar begitu saja.

"Sweetheart mengapa kau diam lagi?" ucap Lucas yang membuyarkan lamunanku.

"Stop! jangan panggil aku Sweetheart! itu sangat membuatku risih!" Akhirnya aku bisa mengeluarkan unek-unek yang tertahan ditenggorokkanku.

Kulihat dari ekor mataku. Dia hanya tersenyum. Kupikir dia akan marah. Nyatanya dia tak seperti yang aku duga.

"Baiklah jika itu maumu. Namun percayalah suatu saat kau akan rindu dengan panggilan itu"

Ini maksudnya apa lagi? Berulang kali aku dibuat bingung olehnya! Sebenarnya dia itu siapa? Apa dia bisa melihat masa depan? Sehingga dengan mudahnya dia berkata seperti itu? Aish...dia sungguh membuatku pusing.

Tak lama kemudian mobil ini berhenti. Entah dimana aku juga tidak tahu. Tapi...tunggu bukankah ini rumahku? Bagaimana dia tahu? Aku menoleh kearahnya untuk bertanya mengapa dia tahu alamat rumahku. Seakan tahu akan maksud dari tatapanku. Dia pun menjelaskan kepadaku.

"Aku tahu dari wali kelasmu. Sudah sana masuk. Atau kau menunggu ciuman dariku?" katanya sambil menaik turunkan alisnya.

Apaan coba? Cium? Mencium apa? wajahku? Apa dia tidak waras? Berbagai pertanyaan terngiang dikepalaku. Namun karena aku sudah lelah dan pusing dengan sikapnya. Tanpa berpamitan terlebih dahulu aku langsung membuka pintu dan keluar. Namun sebelum benar-benar keluar aku berkata kepadanya

"Jangan ganggu saya lagi, atau saya akan benar-benar membenci bapak!" Tegasku kemudian langsung keluar dari mobilnya

Aku berjalan cepat menuju rumah. Setelah aku sampai didepan pintu. Aku langsung memasukkan kunci dan kembali mengunci rumahku. Ku lihat dari jendela, Pak Lucas belum juga pergi dari depan rumah. Aku menghela napas. Kejadiaan ini membuat ingatanku kembali ke masa lalu yang pahit. Sikap manis Pak Lucas seolah mengingatkanku kepada seseorang.

"Hikss....ibu...."




TO BE CONTINUE

Gimana nih Gimana? partnya ngebosenin atau ngehebohin?

Aku nggak akan bosen buat nanya gitu, karena evaluasi dari kalian itu penting bgt gues.

Aku nggak tahu gimana perasaan kalian setiap baca cerita ini. Tapi aku cuma berharap semoga kalian suka. Udah gitu aja.

Satu lagi aku mau bilang. Jangan Lupa vote, komen, and share cerita ini ke teman kalian💕

Pernah sih aku narget buat tripel update tpi klau vote sama komennya nembus 100. Tapi aku sadar cerita ini belum banyak yang tahu. Makanya aku hapus tu targetannya😭

Aku selalu inget dari beberapa tips buat pemula seperti aku.
Intinya aku harus ikhlas dalam memberi urusan Vote pikir keri😂
kata-kata itu aku pegang dengan teguh pokoknya🔥
Karena aku tahu mempertahankan readers itu tidak semudah mencari readers❤

                                22 September 2020

My Mate Is Psychopath (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora