Chapter 18

6.4K 596 5
                                    

Author pov'

Mentari menyingsing diufuk timur. Memamerkan semburat orange di hamparan bumantara yang menggantung. Menampakkan sang burung yang mengudara dengan seirama. Pohon-pohon berteteskan embun. Menambahkan keelokan dipagi yang cerah ini.

Begitu pula dengan penghuni di dunia immortal ini. Wajah mereka berseri-seri. Jelas sekali bahwa mereka tengah berbahagia. Dan semua itu karena sang Alpha telah menemukan Lunanya. Patah harapan lah bagi perempuan-perempuan yang menginginkan menjadi Luna sang Alpha. Karena sejatinya mereka tidak bisa melawan takdir tuhan.

Entah karena apa dan siapa sehingga rakyat bloodmoon pack ini mengetahui adanya Zwetta- Luna mereka. Bahkan Zwetta selama ini tidak pernah keluar kamar. Seperti hari ini. Zwetta duduk sembari menunggu tabib yang tengah memeriksa kesembuhannya. Hampir 2 minggu Zwetta tidak mengetahui lukanya sudah mengering atau belum. Lucas juga tidak pernah memberikan penjelasan kepadanya. Bahkan setiap ia bertanya hanya pengalihan pembicaraan yang ia dapat.

"Lukanya sudah tertutup dengan sempurna. Bahkan lebih cepat dari perkiraan saya. Sekarang Luna bisa kembali beraktivitas seperti biasa."

"Benarkah?!" tanya Zwetta penuh kebahagiaan

Tabib itu hanya mengangguk dan tersenyum menangapi pertanyaan Zwetta. Ia tak menyangka mate dari Alpha nya akan secantik dan seramah ini.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Luna"

Tabib itu keluar dari kamar Lucas. Menyisakan Zwetta yang tengah menari-nari diatas tempat tidur. Bernyanyi riang seakan dirinya adalah seorang bintang.

"Kini aku kembali. Terus melangkah hingga ku temukan dirimu. Wahai kekasihku. Aromamu sungguh membuatku rindu. Sekali tebas darah mengucur dari nadimu. Membasahi seluruh jiwa dan ragaku....."

Zwetta terus melantunkan lagu ciptaannya. Berulang-ulang dengan suara yang lantang. Tak menyadari akan adanya Lucas yang sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kau aneh!"

Dua kata namun mampu membuat Zwetta berhenti. Ia mematung setelah melihat Lucas yang tengah bersedekap menghadapnya.

"Se....sejak kapan kau disitu?"

"Sejak tadi"  jawab Lucas tenang.

Dengan gugupnya Zwetta turun dan menghampiri Lucas. Ia menundukkan kepalanya. Menghindari tatapan mata Lucas. Namun dengan sekali tarik pandangan keduanya bertemu. 

"Suaramu bagus,sayang. Tapi lagumu itu sangat mengerikan. Belajar darimana, hmm?"

Dengan cepatnya Lucas berganti mimik wajah. Dia tidak pernah serius jika cuek ataupun marah kepada matenya. Rasa cinta yang ia miliki sangatlah besar sehingga mampu menutupi segala perasaan marah dan kesalnya.

"Aku mengarangnya sendiri...hehhe"

"Ya ampun kau ini ada-ada saja!"

Lucas mengacak-acak rambut Zwetta. Yang diacak-acak pun hanya diam dengan mata yang saling bertemu. Senyuman terukir dibibir keduanya. Tangan juga tak tinggal diam. Bertautan seperti tak akan pernah melepaskan. Jarak keduanya juga sangat dekat. Satu langah lagi, bisa diyakinkan akan ada sebuah pertemuan yang menjadi candu bagi Lucas.

"Luc temani aku jalan-jalan ya, please..."

Lucas mengeram tertahan. Kali ini niatannya tak terkabul. Dia yakin Zwetta sengaja menghindar.

"Memangnya kau sudah sembuh?" tanya Lucas tak sesemangat tadi.

"Sudah!"

Lucas mengetuk-ngetuk dagunya. Berpura-pura memikirkan jawaban untuk matenya.

My Mate Is Psychopath (END)Where stories live. Discover now