Chapter 7

10.4K 876 35
                                    

Happy Reading🍃

******

"Bagaimana ini? Dimana aku akan menemukannya?" frustasi Lucas dalam pikirannya

Lucas memandang Ebert. Mengamati dengan lamat. Mencari kejailan melalui matanya. Namun hanya keseriusanlah yang ia lihat di mata Ebert.

"Lucas akan bawa mate Lucas. Tapi tidak dalam waktu dekat ini ya"

Ebert memiringkan kepalanya. Tidak mengerti apa yang dimaksud Lucas.

"Gini Bert....gimana ya jelasinnya...."

Belum sempat Lucas menyelesaikan kalimatnya. Ebert telah memotongnya terlebih dahulu.

"Jelasin aja Ebelt bakalan ngelti kok" kata Ebert dengan polosnya

Lucas menimang-nimang. Mungkinkah dia akan mengatakannya pada Ebert? Tapi ia merasa tak tega jika memberikan kebenarannya pada Ebert. Memang sih kebenaran yang sesungguhnya ia juga belum tahu. Namun perspesi setiap anak kecil siapa tahu, kan?

"Nggak ah..nanti kamu pusing Bert" Jelas Lucas

Ebert kini merasa pusing. Bukan karena informasi tentang mate Lucas. Namun karena perkataan Lucas lah yang kurang jelas apa maksudnya. Terkadang Ebert bisa paham akan kata-kata orang dewasa. Terkadang juga sebaliknya.

"Tuhkan Ebelt jadi pusing benelan. Lucas ngomongnya belbelit-belit sih. nggak jelas!"

Lucas tertawa mendengar kekesalan Ebert. Rasanya ia sangat puas bisa melihat Ebert seperti itu. Jarang sekali Ebert merasa kesal. Karena biasanya Ebert lah yang membuat orang lain
kesal.

"Hahah mukamu tambah jelek,Bert. Nggak sia-sia ibu lahirin aku" kata Lucas dengan percaya dirinya

"Mana ada sepelti itu. Ibu biasa aja tuh. Nggak gimana-gimana" balas Ebert tak mau kalah dengan Lucas

"Terserah padamu saja. Dasar bocah!"

Setelah mengatakan itu dan menonyor kepala Ebert. Lucas langsung berlari keluar. Tak peduli dengan teriakan nyaring Ebert yang memenuhi ruang kerjanya.

"Sepertinya mengoda Ebert akan menjadi kebiasaan baruku"

                           🐺🐺🐺🐺

Siang telah berganti malam. Menampakkan sang rembulan sebagai pengganti raja siang. Semilir angin berhembus pelan. Menyapa dedaunan yang bergoyang.
Di balkon kamar maskulinnya Lucas menegadah memandang bintang-bintang. Memikirkan cara untuk bertemu dengan mate nya, kembali.

Andai saat pertemuan pertama waktu itu ia menghampiri matenya. Mungkin saat ini ia tidak akan susah-susah berpikir seperti itu. Kesal, marah, menyesal bercampur menjadi satu. Namun ia juga sadar jika terlalu terburu-buru maka tidak akan baik. Mungkin inilah jalan dari moongoddes. Membiarkan Lucas memahami matenya terlebih dahulu meskipun dari jauh.

Saat Lucas ingin ke kamar mandi. Tiba-tiba saja Beta nya mengetok pintu kamarnya.

"Luc apa kau didalam?" Tanga Darell dari luar kamar Lucas

"Ya. Masuk saja"

Pintu terbuka dengan lebarnya. Menampilkan Darell yang sedang tersenyum garing. Entah apa yang membuatnya terlihat sebahagia itu. Lucas duduk di pinggiran ranjangnya. Sembari menunggu Darell yang tengah menutup pintu yang sialnya terlalu pelan, menurut Lucas.

"Ck. kalau nutup pintu emang harus gitu? " tanya Lucas kepada Darell yang berjalan kearahnya.

"Hehe...nggak harus sih. Tergantung yang nutup"

My Mate Is Psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang