Chapter 4

12.6K 1.1K 19
                                    

Aku mengejar vampir sialan itu hingga memasuki hutan. Tenaga ku sudah menipis namun aku tak akan gentar untuk mendapatkannya. Entah sudah berapa kilo aku berlari. Suasana hutan yang gelap dan dingin menambah semangatku dalam mengejarnya. Hingga akhirnya aku menemukannya. Didekat pohon yang besar. Tepatnya di atas pohon sampingku. Warna matanya yang semerah darah memudahkanku menemukannya. Tak ingin dia membaca pikiranku, aku berusaha mengalihkan segala pikiranku dengan berpura-pura tak melihatnya.

"Sialan! Aku kehilangan jejaknya. Aku rasa vampir itu benar. Dia bukanlah tandinganku"

Tepat saat aku ingin berbalik, aku merasakan Vampir itu berada dibelakangku. Tanpa menunggu waktu lagi, aku langsung mengarahkan eagle ke arahnya.

Dan yap....

Lengannya tergores. Dia merintih kesakitan. Aku semakin memperdalan tusukanku. Berharap dia merasakan apa yang aku rasakan. Pergerakan kakinya yang ingin menendangku tertangap oleh pandanganku. Langsung saja aku layangkan pisau ke arah kakinya. Mengunci setiap pergerakannya.

"Kau tahu, aku sangat membenci pembangkang. Jadi menurutlah, ikuti setiap permainanku dengan sukarela"

"Kau pikir aku takut? kau pikir aku akan mati ditangan gadis gila sepertimu? cih....Kau tak tahu kami bangsa immortal bisa menyembuhkan luka kami sendiri"

Sialan. Dia tersenyum devil ke arahku. Aku berpikir keras bagaimana cara membunuhnya. Ah, baru aku ingat. Pernah sekali aku membaca literasi tentang vampir. Dan cara paling ampuh membunuhnya yaitu Api. Vampir akan menjadi abu jika berdekatan atau didekatkan dengan api. Untungnya aku selalu membawa peralatan lengkap. Namun hanya barang-barang yang sekiranya tidak mudah di curigai orang.

Aku mengedarkan pandanganku mencari dahan kering yang bisa aku bakar. Tepat di belakang vampir ini banyak dedaunan dan dahan kering. Sangatlah tepat dan efisien. Tanpa aku harus mengumpulkan dan membuang tenagaku lagi.

Perlahan aku mendekat ke arahnya. Berusaha untuk memeluknya. Memberikan kehangatan untuknya.

"Aku berubah pikiran. Kau sangatlah tampan. Aku akan melepaskanmu"

Keterkejutan di wajahnya terlihat jelas saat ia menatapku. Aku menubruk tubuhnya. Memeluknya seakan dia lah kekasihku. Dia masih diam tak bergeming sedikitpun. Hingga setelah beberapa menit, aku merasakan dia membalas pelukanku.

Gotcha!! Aku berhasil menjebaknya. Tak sia-sia aku membaca literasi tentang vampir. Tanpa menunggu lagi, Aku langsung meyalakan dahan dan dedaunan kering yang berada di belakang vampir ini dengan alat pematikku. Seketika aku langsung mendorongnya. Api berkobar dengan besarnya. Melahap setiap inci tubuh vampir itu.

Sekilas aku melihatnya tersenyum simpul. Entah apa maksudnya. Aku juga tidak peduli.

"Good bay my ugly vampir"

Aku bersenandung ria menelusuri hutan gelap ini. Kembali ke rumah dengan suasana hati girang. Seingatku terakhir kali aku gembira sekitar 2 tahun yang lalu. Saat aku pertama kalinya berhasil membunuh secara diam namun jasad korban tak di temukan oleh keluarganya hingga sekarang. Bukankah aku hebat? Bermain-main namun orang tak tahu jika aku sedang bermain.

Betapa bodohnya korbanku. Terjebak dalam rayuan sesaat seorang psikopat. Licik itulah aku. Tak bersungguh-sungguh itulah sifatku. Segala yang aku janjikan kepada korbanku hanyalah bualan semata. Mana mungkin aku menjanjikan kepada orang yang bahkan mungkin berpotensi besar mengancam keberadaanku sebagai pembunuh berdarah dingin.

"Hahahah....aku merasa hidup kembali. Bahagiaku karena membunuhmu. Setiap inci tubuhmu adalah milikku. Mata nyalangmu sangat pas dengan garpuku. kaki dan tanganmu menari-mari mengoda kapakku. mulut nyinyirmu menarik jarum dan benangku untuk merapatkannya. Oh betapa girangnya hatiku.."

Aku bernyanyi asal lagu ciptaanku. Membiarkan suaraku mengema di setiap sudut hutan. Mencurahkan betapa bahagianya aku.

Tak terasa aku telah sampai di jalan beraspal. Meninggalkan hutan tempatku memperoleh kebahagiaan. Menuju rumah untuk mengadakan pesta sebagai apresiasi pada diriku atas keberhasilan dalam membunuh vampir.

                            🔪🔪🔪🔪

"Mate....mate"

"Berhenti mengaung bodoh! kita sudah melihatnya kan tadi? jangan menambah pusing kepalaku,wolf!"

"Kau yang bodoh! kau meninggalkan dia!"

"Ya...ya..ya.."

Wolfku langsung memutus mindlink secara sepihak. Sepertinya dia merajuk karena aku gagal menemui mateku. Padahal bau nya sangatlah menyengat. Awalnya aku tak percaya jika bau mawar beserta lavender tadi berasal dari mateku. Karena samar-samar aku menciumnya. Namun semakin aku ikuti bau itu, semakin membuatku Tenang dan merasakan gejolak yang aneh. Maka dari itulah aku yakin bahwa mateku berada di luar castle ku. Karena bau yang aku cium berasal dari luar. Tepatnya berada di kawasan para rogue. Apakah mungkin mateku seorang rogue? Ah..tidak-tidak. Aku ini seorang alpha mana mungkin mate ku seorang rogue. Moon goddes pasti akan memberikan mate yang cantik dan tentunya asal usulnya jelas.

Aku kembali ke castle untuk menyelesaikan pekerjaanku. Terserah dengan wolf ku yang sampai saat ini masih merajuk. Kepalaku sangatlah pusing hanya karena tugas seorang alpha.

Setibanya aku di castle. Aku langsung menuju ke ruanganku. Mengabaikan setiap sapaan penjaga dan omega yang berseliweran.  Suasana hatiku sungguh tidak baik-baik saja. Di satu sisi aku sangat menginginkan mateku segera hadir dan menemani setiap hari-hari lelahku. Menyambutku ketika aku pulang. Ah, membanyangkannya sungguh membuatku mengila. Namun di satu sisi aku takut jika mateku tidaklah sesuai ekspetasiku. Bagaimana jika mateku seorang vampir? Rogue? atau parahnya malah seorang mermaid? Mana mungkin aku tinggal di bawah air. Dan mana mungkin juga dia hidup di darat bersamaku?

"Huh....tidak-tidak aku pasti akan mendapatkan mate cantik dan tangguh sepertiku. Aku harus yakin bahwa moon goddes telah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik dari ekspetasiku"

tok! tok! tok!

Suara ketukan dari luar membuyarkan khayalanku. Aku segera mempersilahkan masuk setelah aku tahu jika yang mengetuknya adalah Beta dari Blood moon pack ini sekaligus sahabatku.

"Ada apa?"

Dia menyengir,"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menemuimu"

Aku menatap horor ke arahnya. Apa maksudnya ingin menemuiku? bukankah setiap hari aku dan dia bertemu?

"Hei! jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku hanya ingin mengetahui apa yang terjadi padamu tadi. Mengapa tadi kau terburu-buru saat keluar?"

Oh rupanya tadi dia melihatku tergesa-gesa mengejar bau harum mateku. Tak kusangka dia megamatiku dengan jeli.

"Tadi aku mencium bau mateku. Makanya aku ikuti sebelum baunya semakin menghilang. Dan apa kau tahu yang sangat membuatku terkejut setelah mengikuti bau nya?"

"Tidak. memangnya apa?"

"Dia Berpelukan dengan seorang pria"



















TO BE CONTINUE

yeay akhirnya aku bisa update😭

Buat para readersku yang unyuk-unyuk yang manis-manis. Makasih atas partisipasi kalian dalam membaca cerita ku😭

Aku sungguh terhura. Meskipun yang baca baru dikit its okay. Aku juga jarang update. Jadi aku anggap ini sebagai timbal balik buat aku

Harapanku semoga aku bisa namatin ini cerita. Dan paling penting kalian nggak bosan dan suntuk dengan cerita absurdku ini😂
Semoga aja sih. Tapi kalau ada masukan, ayo teko lusske wae. Bilang sama aku, kita perbaiki cerita ini sama-sama ehe😂

Kalau mau feedback juga boleh, saling follow apa lagi. Yang penting bilang jangan diem-diem bae😆
karena aku bukan cenayang yang bisa tahu apa mau kalian☺

Ok cukup sekian ya ceramah aku😂 sampai ketemu lagi di chapter selanjutnya😉

jangan lupa vomennya ya💕

                                  9 September 2020







My Mate Is Psychopath (END)Where stories live. Discover now