Chapter 2

17.6K 1.3K 15
                                    

Embun pagi berangsur menghilang, Tergantikan oleh seberkas cahaya mentari. Menembus celah-celah jendela, memberi kehangatan di tengah-tengah kota Forks.

Ironinya kota ini kebanyakan dijamah oleh guyuran air hujan. Ah bukan, tepatnya kota ini memiliki curah hujan yang tinggi. Banyak pepohonan yang menjulang tinggi serta pegunungan yang mengelilinginya.  Tak heran jika di kota Forks senantiasa dikelilingi kabut tebal dan jarang mendapatkan cahaya mentari.

Namun siapa sangka, dikota yang terbilang kecil ini, terdapat psikopat kejam yang tak memandang bulu dalam bermain. Bermain dalam artian yang berbeda bagi psikopat,tentunya.

Dan disinilah psikopat itu berada. Berbaur layaknya manusia normal seperti biasanya. Tanpa merasa takut akan perbuatan yang dilakukannya sewaktu-waktu diketahui banyak orang.

Zwetta duduk dengan tenangnya diantara hamparan makhluk yang berdebat hanya untuk secuil makanan. Tak peduli dengan image yang biasanya mereka junjung tinggi demi kekenyangan yang haqiqi.

Dalam diam ia makan. Tak mengindahkan setiap ocehan dari Grisy, sahabatnya. Bahkan hanya untuk menanggapinya saja, ia lebih memilih untuk bungkam. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. 

Hal itu pun yang membuat Grisy menatap Zwetta.

Deg

Tak disangka Zwetta juga tengah menatapnya. Entah karena cuaca atau penampakan wajah Zwetta didepannya, namun Grisy merasa bulu kuduknya meremang. Tatapan Zwetta sangatlah berbeda. Tak ada tatapan teduh nan indah seperti biasanya. Hanya ada tatapan dingin dan menusuk. Bahkan Grisy merasakan aura yang berbeda disekitar Zwetta.

Tak ingin berburuk sangka, Grisy mencoba memanggil Zwetta. Namun tak ada sahutan,bahkan sudah lebih dari 5 kali ia memanggil Zwetta.

Grisy mencoba menelan salivanya. Entah mengapa tatapan Zwetta semakin lama semakin menusuk. Seakan akan hanya dengan tatapannya saja bisa menembus kulit bahkan hingga ke tulang-tulang. Tak ingin berlama-lama dengan keadaan yang mampu membuatnya bergidik ngeri. Grisy akhirnya menepuk pundak Zwetta.

"Astaga....kau mengejutkanku Gris!"

Grisy melonggo dengan perubahan Zwetta yang begitu cepat. Bahkan aura yang sempat ia rasakan disekitar Zwetta, kini telah pergi entah kemana.

"Kau tak apa?"

Zwetta yang masih dilanda rasa terkejut pun kini merasa bingung dengan tingkah sahabatnya.

"Ha? Aku? memangnya aku kenapa?"

"Kau tak sadar?" Tanya Grisy dengan raut wajah tak terartikan.

"Aku sadar Gris. Buktinya mataku terbuka dan aku bisa duduk bersamamu disini"

Grisy berdecak. Raut wajah yang ia tunjukan tadi seketika hilang tergantikan dengan raut wajah kesal yang sangat dominan pas dengan bentukan rupanya.

"Bukan itu! Maksudku tadi kau menatapku dengan tatapan...err...dingin dan menusuk, Ett" Jelas Grisy

Zwetta semakin menautkan alisnya. Antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan Grisy. Bagaimana mungkin dia menatap sahabatnya sendiri dengan tatapan yang biasanya ia suguhkan didepan korbannya.

"Aku menatapmu dengan tatapan dingin dan menusuk? Hahaha apa Kau tengah berkhayal?" Tanya Zwetta disela-sela tertawanya. 

"Tidak Ett! aish kau ini. Ya sudahlah aku pergi kekelas saja, kau tak akan percaya karena kau tak melihatnya!"

Tanpa menunggu jawaban dari Zwetta. Grisy melangkahkan kakinya meninggalkan kantin yang masih dipadati oleh siswa siswi FHS. Zwetta hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tingkah sahabatnya itu. Setelah selesai makan, Zwetta menyusul Grisy ke kelas karena bel masuk akan segera berdering.

                            🔪🔪🔪🔪

Hari berlalu dengan cepatnya. Menanggalkan mentari yang mulai meredup. Menampakkan seberkas cahaya kuning di gumparan laut yang mengantung.

Begitu pula dengan hari hari Zwetta. Semuanya berlalu dengan cepat.

Kini Zwetta telah sampai di rumahnya. Menjalani hari-hari membosankan tanpa adanya teman maupun sanak saudara. Membiarkan kegelapan melingkupinya. Tak ada kebahagiaan yang begitu berkesan kecuali bau anyir darah.

"Ah...aku jadi rindu bermain. Tapi aku sangat lelah. Jika bukan karena botak idiot itu, tanganku saat ini pasti masih bisa menyayat, mencongkel, mencincang, meskipun hanya satu raga" Monolog Zwetta di dalam kesunyian di ruang tengah rumahnya.

Memang di sekolah tadi Zwetta mendapat tugas mencatat materi yang diberikan oleh Mr.Benardlo Cheney. Dimana sering di juluki dengan sebutan Botak idiot karena kemulusan kepalanya tanpa ada rambut sedikitpun yang menghiasi mahkota rajanya.

Jika Zwetta sudah gila, pasti kepala plontosnya itu sudah terhiasi dengan warna merah pekat sekaligus kental kesukaan Zwetta. Sayangnya Zwetta masih sedikit waras, mungkin bisa direncanakan untuk antisipasi jika sewaktu-waktu Zwetta berubah pikiran.

Tak ingin gejolak itu semakin kuat disaat keadaan dirinya lelah dan butuh istirahat. Akhirnya Zwetta memutuskan untuk berendam sejenak guna meredamkan segala penat yang ia rasakan.

                            🔪🔪🔪🔪

Di lain tempat, tepatnya didalam sebuah kamar yang begitu gelap tanpa adanya sumber cahaya yang menerangi.

Hanya hembusan angin dan sinar rembulan yang masuk melalui balkon kamar bernuansa maskulin milik seseorang yang kini tengah memandangi wajah rupawan nan ayu kekasihnya meskipun hanya melalui selembar foto.

"Aku sangat merindukanmu,honey"

Ingin rasanya dia bertemu kekasihnya. Menciumnya, memeluknya, melakukan hal indah bersama, melakukan quality time satu hari full. Seperti dulu saat mereka mendapat julukan coulpe goals. Segalanya indah hingga memunculkan harapan dihati mereka masing-masing. Yaitu bisa menua bersama.

Namun takdir berkata lain, sebuah insiden melanda mereka hingga merenggangkan hubungan yang terjalin diantara keduanya.

Memang tak ada satu orang pun yang tahu akan rencana tuhan. Semuanya berlalu diluar keinginan kita. Namun percayalah bahwa rencana tuhan lebih indah daripada manusia.

Membelai dan mengamati setiap pahatan yang terpatri diwajah ayu kekasihnya. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini untuk melegakan sedikit rasa rindunya kepada sang kekasih.

"Kau tahu, tanpa adanya dirimu di sisiku semuanya begitu hampa. Tak ada lagi pelangi dalam hari-hariku" ucapnya kepada foto sang kekasih, seakan akan yang didepannya saat ini adalah wujud nyata kekasihnya.

"Aku berjanji akan menjemputmu dan membawamu kedalam pelukanku lagi, Rels"








TO BE CONTINUE

Hula akhirnya bisa update juga:)
Setelah beberapa hari sibuk dengan kegiatan sekolah, tentunya wkwk😂

btw pada kangen aku nggak sih?
Hahaha ngarep ya aku😂 eh enggak deng.

Gimana nih sama ceritanya readers ku ter cintah?
Masih nungguin kelanjutannya atau malah ninggalain? eh😢

Udah ah gitu aja, emang cuma mau naya itu doang wkwk😂

Oh ya ojo lali Voment ne yo😉

Tak enteni pokokke😂 Luwih akeh Luwih semangat ngon e aku nulis eak😂

Sugeng ndalu sedoyo mawon🌚

                                    Rabu ,29 Juli 2020

My Mate Is Psychopath (END)Where stories live. Discover now