17.ONE STEP CLOSER

1K 64 0
                                    

Jangan berharap pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya karena itu akan membuat kita terus berharap tanpa tau kebenaran dan hal yang pasti

***


ZOU memandang langit-langit kamarnya dengan bingung, sebelahnya lengannya menopang kepalanya dan tangganya sejak tadi menggenggam erat ponsel.
Kilasan obralannya dengan Naya tadi sore berputar di kepalanya.
Apakah dia masih waras sampai dia berani mengungkapkan isi hatinya yang selama ini dia anggap tidak penting.

ARZOU
P

Tiba-tiba nafasnya memburu saat menyadari jempolnya malah mengirimkan pesan pada perempuan itu, dasar ceroboh terlihat sekali jika dia sedang memikirkan Naya.
Ketika Zou akan menarik pesannya Naya sudah terlanjur membacanya, melihat centrang biru membuat Zou membuang ponselnya sembarangan tempat.

Sial!

Berulang kali dia merutuki diri sendiri,bisa dibuly habis-habisan dia jika ketiga temannya sampai tau apalagi sampai ke telinga warga sekolah, yang nantinya akan pasti viral "seorang cowok yang jual mahal akhirnya bertekuk lutut juga"

Hell no!

Tapi jika dipikir lagi memangnya kenapa? Ada yang salah jika dia ingin merasakan cinta untuk  kedua kalinya, merasa nyaman bersama seseorang perempuan.

Zou melangkahkan kakinya keluar, meneguk air dingin guna menghilangkan keraguan dalam hatinya.

Zikri yang melihat putranya didepan kulkas langsung menghampirinya.
"Belum tidur,"tanyanya basa basi.

Melihat Ayahnya membuat Zou teringat dengan Marcell seketika, membuat moodnya langsung turun.

"Jadi cowok itu gantle Zou, jangan malah menghindar kalo ada masalah,"ujar papanya menyindirnya.

"Dan masalah itu diselesaikan bukan diteruskan,"lanjutnya lagi.

Membuat Zou memejamkan mata.

Zou yang hendak kembali kekamarnya berhenti sejenak dihadapan ayahnya,"akan beda urusannya kalo orang tersebut yang selalu mengungkit masa lalu pa."

***

Pagi yang cerah secerah perasaan Naya, dengan percaya diri diatas rata-rata dia berjalan menuju kelas Zou.
Tidak peduli tatapan para perempuan yang sedang duduk didepan kelas memandangnya sinis.

"Dasar enggak tau malu udah ditolak berkali-kali juga masih aja nyamperin."

"Iya, udah putus kali ya urat malunya."

"Padahal nggak pantes banget sama Zou."

"Bukan Naya namanya kalo punya malu."

Ya kurang lebih seperti itulah cibiran para perempuan yang dia lewati, hampir sepanjang koridor membicarakannya.
Bukanya marah atau menimpali seperti biasa dia malah tersenyum dan balik menyapa mereka.

"Udah gila kali ya,"ujar Mora yang papasan dengannya.

Mereka belum tau saja jika kemaren Zou sudah mulai berubah, entahlah sementara atau selamanya yang jelas tidak ada yang bisa menandingi bahagianya.

"Zou,"panggilnya saat melihat cowok itu sedang duduk sendiri didepan kelasnya.

Zou hanya menoleh sebentar tapi tidak menghindar.

"Lagi apa,"tanyanya yang langsung duduk disebelah Zou.

"Enggak ada."

Naya sedikit was-was apa Zou akan meninggalkannya atau bahkan mencacinya seperti biasa,tapi jika dilihat sampai detik ini masih aman.

Alnaya ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora