14.KITA YANG BEDA

1.2K 62 0
                                    

Mengapa ada manusia seperti dirimu yang selalu mudah tuk cipta luka

****

                 LANGKAH Naya yang pasti harus berhenti seketika saat netranya melihat mamanya yang hampir jatuh saat mengambil minum dikulkas,itu terlihat dari gelas yang mamanya bawa.

"Hati-hati ma,"ujarnya seraya menopang tangan mamanya, mungkin jika dia tidak datang Sidar sudah limbun dilantai.

Temaram diruangan ini belum dihidupkan satupun,membuat Sidar tidak dapat melihat wajah Naya yang baru datang.

"Saya bisa sendiri,"ucapnya dengan angkuh dan menepis tangan Naya.

Naya hanya bisa menghela nafas, dengan ragu dia mengambil gelas ditangan mamanya lalu menuangkan air dari dalam kulkas.

"Kalo mau kekamar silahkan,tidak perlu mengkhawatirkan mama seperti itu,"tukas Sidar karena jengah Naya yang terus menatapnya iba.

"Tapi tangan mama sakit,nanti kalau mau pegangan gimana?"

Sidar diam sesaat, yang dikatakan putrinya benar adanya.Dia bisa sampai sini saja butuh perjuangan khusus, apalagi sekarang ditambah gelas yang berisi air, bisa-bisa dia jatuh dan kepleset.

Setelah menimbang akhirnya dia mengangguk, mengizinkan Naya memapahnya.

Senyum lebar langsung terbit dibibir Naya,merasa berhasil dengan bujukannya.

"Kalo mama butuh sesuatu panggil Naya aja,jangan sungkan,"ujar Naya sebelum meninggalkan kamar mamanya.

Antara bingung dan tidak percaya,kenapa selalu Naya yang ada saat dia sedang dalam kesulitan.
Kenapa bukan Nara?
Kenapa harus anak yang dia benci yang selalu membantunya?

***

"Cieee yang menang kemaren,"seru Diana saat tiba dikantin.

"Auranya beda,"tambah Riri yang menaik turunkan alisnya.

"Biasa aja,"jawab Naya yang masih fokus dengan baksonya.

"PM dong,"suara manja Riri membuat Naya memutar bola matanya.

"PM? Apaan PM?"tanya bingung Diana yang langsung duduk.

"PAJAK MENANG dong."

"Yeee enak aja,"reflek Naya melempar Riri dengan cuilan gorengan ditangannya.

"Hahaha sukirin lo,"teriak Diana heboh.

"Ih kasar banget si dedek sakit kak,"Riri mengaduh dibuat-buat.

"Eww." Diana menaikan sebelah bibirnya.

"Ya habis lo si.Boro-boro duit orang piala aja masih sama Mrs Carry, lagian ya gue makan aja dibayarin Martin kemaren,"sergah Naya tidak terima.

"Lo enggak berniat nikung Martin kan Naya?"

Byurr...

Sontak Naya menyemburkan minumannya saat mendengar ucapan Diana.

"Najis lo! Ya nggak mungkin lah,"omelnya dengan mata nyalang.

"Ohhh kirain ada bibit pelakor."

"Yang bibit pelakor itu noh."

Naya dan Diana langsung mengikuti arah telunjuk Riri yang tertuju pada Mora,Andin,Lisa,Jeli dan Cindy.

"Itu mah bukan bibit lagi tapi cikal bakal alias Ratunya,"seloroh Naya sangat tajam.

Mereka sama-sama tertawa,memang ya tertawa diatas penderitaan orang lain itu tidak ada yang bisa menandingi bahagianya.

Disela aktivitas menikmati makannya,Naya berhenti sesaat tiba-tiba dia kepikiran teman terbaiknya yang entah kemana.

Alnaya ✓Where stories live. Discover now