Naufal Indra Gerhana [03] | Riwehnya anak BINGGO

Start from the beginning
                                    

Aku tertawa hambar. Tidak diperdulikan.

"PAL BELAKANG LO!" Anjas tiba-tiba berteriak membuatku menoleh saat kutemui wajah Leon tepat berada dibelakangku bersamaan dengan sebuah tusukan pisau mengenai perut sebelah kiriku.

Aku tersungkur menahan rasa perih serta rasa sesak sakit hati. Sampai sebuah umpatan terdengar samar-samar, lalu pandanganku menggelap sesaat aku melihat wajah (Namakamu) berlari kearahku sembari menangis.

Dia hanya simpati bukan benar-benar mengkhawatirkanmu Fal; Batinku tertawa sumbang lalu memejamkan mata pingsan.

***

Bau obat begitu menyeruak masuk ke dalam hidungku. Aku membuka mata, samar-samar wajah Anjas dan Ando duduk di sofa. Aku melenguh membuat dua orang itu bangkit dan mendekatiku.

"Akhirnya udah sadar lo! njir gue khawatir bangsat!" umpat Anjas membuatku meringis dengan mata setengah terpejam, efek bius mungkin.

"Gue kira lo bakal ko-it Pal--ASU! sakit Njas!" Ando memekik saat kepalanya digeplak kuat oleh Anjas.

"Sini gue bantu duduk," ujar Anjas membantuku duduk dengan punggung beralaskan bantal.

"Nyeri banget perut gue ya!"

"Lo lupa, kalo lo ditusuk sama Leon?" tanya Anjas menatapku kesal.

"Tau tuh. Lo tuh cowok pal, tugas lo nusuk bukan ditusuk!" ledek Ando membuat Anjas menahan tawa.

"Ambigu gue, tolol lo Ndo hahaha..."

"Benerkan tapi."

Aku tak menggubris ucapan mereka berdua. Sebab sebuah bayangan (Namakamu) yang diculik membuatku diam berpikir. Ucapan Leon yang mengatakan bahwa (Namakamu) adalah pacar Elang membuatku tak nyaman. Memang benar?

"Elang jadian sama (Namakamu)?" tanyaku tiba-tiba membuat Ando dan Anjas yang masih bercanda menatapku diam.

"Lo kesambet Pal?" Anjas menatapku aneh. Mungkin karena aku baru sadar dan langsung menanyakan kalimat barusan.

"Mereka jadian?" tanyaku lagi membuat Ando mengangkat tangan lalu berjalan mundur dan merebahkan badannya kembali ke sofa.

Aku tak menggubrisnya, masih menatap Anjas dengan tatapan penuh penjelasan.

"Njas..." lirihku pelan lalu meringis merasakan nyeri bekas tusukan tadi.

"Lo yang deket sama (Namakamu) kenapa malah nanya soal itu ke gue. Gue mana taulah Pal," jelas Anjas membuatku menatap Ando dengan tatapan penuh penjelasan.

"Napa liatin gue kek gitu lo? gue juga kagak tau ya."

Aku mendesah, mungkin bertanya langsung kepada (Namakamu) akan lebih jelas. Jika perempuan itu memang benar sudah berpacaran dengan Elang, aku akan berhenti mendekatinya. Sial! kenapa rasanya sakit gini sih?

"Yang lain udah pada pulang Pal. Tadi sih si (Namakamu) juga udah di anterin sama Elang. Dia shock banget keknya karena abis diculik. Bahkan dari tadi dia nempel terus ke El--"

"Gue haus nih, gada air putih apa ya?" selaku mencari alasan. Karena jika dilanjutkan, ucapan Ando barusan hanya akan membuatku semakin sakit hati.

***

Sudah dua hari aku dirawat di rumah sakit. Anak-anak BINGGO bahkan sempat gantian menjagaku. Soal Ayah dan Bunda, mereka sudah tahu dan aku mendapat omelan dari Bunda. Sudah pasti itu.
Namun, perempuan yang kutunggu-tunggu tidak pernah hadir. Iya, dua hari sudah namun (Namakamu) belum menjengukku. Atau tidak?

Aku mendesah kasar, membuat anak-anak BINGGO yang sedang duduk bercanda menoleh ke arahku. Aku tak perduli dan lebih memilih menyenderkan punggungku melepas rasa pegal.

Mengenai Elang, Cowok itu juga datang menjengukku bahkan dia juga menjagaku.
Dan... tidak ada percakapan diantara kami. Lagipula Elang memang tidak pernah berbicara, dingin dan datar.

Klek!

Semua mata teralihkan menoleh ke arah pintu, Bahkan aku yang awalnya ingin memejamkan mata urung ikut menanti siapa yang akan masuk dari balik pintu.

Napasku hampir tercekat saat kulihat (Namakamu) yang masuk dengan senyum manisnya-- tunggu, aku tidak boleh terpesona. perempuan itu milik Elang. Sadarkan perasaanmu Naufal!

Aku menelan ludah saat mataku bertatapan dengannya, hanya dua detik namun efeknya luarbiasa. Lantas aku mengenyahkan pemikiran gila itu. Kembali aku menyamankan punggungku dan mulai memejamkan mata untuk melanjutkan tidur, meski nyatanya susah. Sial! kenapa susah sekali move on sih?

"Kak Naufal udah baikkan?"

Aku hampir terjatuh sebab terperanjat kaget, lantas meringis memegang bekas jahitan sebab nyeri.

"Eh- ma-maf. Kaget ya Kak?"

"Hah? engga kok," jawabku berlagak tidak gugup. Mati-matian aku tidak tersenyum melihat raut khawatir (Namakamu). Aku melirik Elang yang tengah menatap (Namakamu), lagi aku merasa sesak.

Gini amat nasib gue yak? suka sama cewek eh malah jadiannya sama temen. Mana ketusuk pula!

"Maaf ya Kak baru bisa jenguk--"

"Gapapa kok. santai kali hahaha... Lagian bodyguard gue banyak kok (Nam)," jelasku tertawa hambar, bahkan aku mengganti panggilan menjadi 'lo-gue'.
Karena rasanya sangat tidak sopan memanggil 'aku-kamu' sedangkan ada Elang yang notabenenya adalah pacar (Namakamu) ada disini.

"Makasih udah jengukin gue," ujarku tersenyum tipis. Elang masih saja menatap (Namakamu) membuatku tak nyaman.

"Ini aku bawain buah buat--"

"Tarok aja di meja (Nam), gue mau tidur ngantuk," potongku lalu memiringkan tubuh membelakangi perempuan itu. Mati-matian aku menahan perih saat membalik badan.

Sial! robek gak nih jahitan gue? berasa jadi emak-emak baru lahiran gue!

Samar-samar aku mendengar bisikan dari anak-anak BINGGO, namun tak kuhiraukan dan lebih memilih memejamkan mata. Namun mataku kembali melotot saat selimut yang kupakai terdapat bercak merah seperti darah-- tunggu, buru-buru aku menyibak selimut yang kupakai dan menjerit spontan saat baju pasienku pun ikut terkena darah.

"Jahitanku robek gaesssss!!!! Bunda, nopal takut darah!!!!"

"Darah coyyy darah!"

"Ember mana ember buat nadahin elah!"

"Nopal mau lahiran ya?"

"Asuu gini amat dah punya temen!"
Seketika ruangan menjadi ramai sebab panik.

✨❇✨

ASTAGA DRAGON RAME AMAT YAK ANAK-ANAK BINGGO WKWK
maap yak sebelumnya, karena ini lebih sering make pov si nopal soalnya ngalir aja gitu. intinya sama ajalah ya. hahaha

haven fun:)

IMAGINE BOYFRIENDWhere stories live. Discover now