Part 26

5.9K 152 32
                                    

*Adrian POV*

Seminggu sudah sejak aku dan Irene bertengkar besar pertama kami. Begitu besar hingga ia memilih melakukan hal bodoh menghabiskan waktu bersama Donald brengsek. Menginap? Sepertinya Irene tidak sepolos yang ku kira. Ingin sekali ku tanyakan langsung dan memintanya memberikan klarifikasi. Tapi aku tidak ingin membuat hubungan kami makin renggang. Aku benci dengan Irene yang gegabah, namun aku juga mencintainya.

Sebenarnya aku tak tahu apakah omongan Donald tempo hari benar atau tidak, tapi ini bukan pertama kalinya aku mendapati ia bersama lelaki lain. Dulu ia juga pernah menghabiskan pagi bersama Dani, bukan? Entah berapa lama mereka bersama sebelum bertemu denganku. Jadi bukan tidak mungkin omongan Donald adalah kenyataan. Lagipula tidak ada alasan khusus untuk Donald memberitahukanku sebuah kebohongan tentang Irene. Ia kan tidak tahu tentang hubungan kami. Aku harus lebih memperhatikan Irene mulai sekarang. Aku tidak bisa mempercayai kata-katanya begitu saja.

Setelah kami berdamai, Irene kembali seperti dia yang sebelumnya. Manja dan sangat perhatian. Ia tak lagi membahas tentang Tiwi ataupun hal lain. Ku akui, Irene bukan tipe perempuan yang selalu membahas hal-hal yang sudah lewat atau membahas kesalahan yang pernah ku perbuat. Ketika ia merasa permasalahannya selesai, maka selesai. Ia tidak akan pernah mengungkit hal yang sama berulang kali.

Berbeda dengan Dian. Seperti halnya kemarin sore, ia menelponku saat aku sedang sibuk-sibuknya dengan berbagai laporan akhir bulan. Aku harus buru-buru menyelesaikan laporanku agar selesai setidaknya pukul 8 malam dan tak perlu lembur. Juga agar aku bisa mengirimkannya pagi ini. Tapi karna ocehannya kemarin membuatku harus lembur hingga pukul 2 malam. Hal yang dibahas sepele saja, tapi aku muak. Pembahasan yang sama sejak aku menikah. Hal yang tidak aku ceritakan pada Irene, dan terpaksa membohonginya.

Beberapa tahun yang lalu, saat aku pertama kali dikirim ke kota ini, aku bekerja bersama dua orang pekerja wanita. Namanya Farah dan Ariska. Iya, Ariska yang tempo hari bertemu denganku di mall saat bersama Irene. Saat itu aku senang menggoda keduanya, dan mereka pun menggodaku. Singkat cerita, aku akhirnya berhasil dekat dengan Farah. Ariska saat itu sudah memiliki tunangan, sehingga ia tak lagi menanggapiku.

Aku dan Farah sering menghabiskan waktu bersama. Terlebih ketika dikantor tidak banyak orang. Terkadang kami hanya berduaan saja. Meskipun kami dekat, aku tidak pernah mengajaknya berkencan. Masalahnya karna saat itu aku sudah memiliki Dian sebagai kekasih dan Farah juga memiliki pasangan. Seorang suami yang setia padanya. Bekerja di kapal selama 3 bulan dan hanya kembali ke daratan untuk waktu 3 minggu. Belum termasuk transit atau laporan kantor yang bisa sampai 3 atau 4 hari. Mereka belum dikaruniai anak saat itu.

Aku dan Farah menjalin hubungan yang lebih dari teman namun juga tidak kekasih. Apakah seperti aku dan Irene sekarang? Tidak juga. Karna bersama Farah, aku tak lebih hanya sekedar nafsu saja. Farah seorang lulusan S1 psikologi disalah satu Universitas terkenal di Jawa Timur. Usianya saat itu lebih muda 3 tahun dariku. Jika bicara penampilan, sebenarnya Irene jelas jauh lebih cantik. Tapi jika bicara tubuh, Farah kurang lebih dengan Dian. Tubuhnya sintal dan berisi. Meskipun tertutup oleh hijab yang biasa ia kenakan saat bekerja, tak pernah gagal untuk membuat siapa saja tertarik melihatnya.

Oh, tunggu dulu, jangan salah paham. Meskipun aku menyebutkan "nafsu" dan "tubuh" pada penjelasanku, bukan berarti aku hanya melihat Farah ataupun wanita lain dari tubuhnya saja. Jujur, saat itu aku memang tertarik pada tubuhnya, tapi lebih dari itu aku hanya kesepian dan butuh teman. Menjalin hubungan jarak jauh tidak mudah, kan? Tidak salah pula jika aku mencari teman untuk menemaniku disini, kan? Lagipula, apa yang tidak Dian ketahui tidak akan menyakitinya.

Akhirnya aku dan Farah menjadi sangat dekat. Beberapa kali kami jalan bersama. Teman-teman kerja lain pun tidak ada yang berani menegur kami bahkan ketika kami bermesraan di depan mereka. Padahal semua tahu bahwa Farah telah menikah. Bahkan saat Ariska mendapati aku dan Farah berpelukan di lantai 3, tempatku istirahat, ia hanya menegur kami agar tak kelewat batas dikantor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Burning DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang