Part 19

4.3K 137 4
                                    

*Irene POV*

Aku terkejut melihat pesan yang masuk di ponselku saat bangun tidur. Pesan dari Pak Donald yang mengatakan aku bisa datang agak siang hari ini hanya karna aku lembur 2 jam kemarin. Aku tahu, dia hanya sedang ingin mengantor lebih siang dan menggunakan ku sebagai alasannya.

"Irene, ibu bikin bumbu pecel. Ayah masih pergi giling kacangnya ke pasar. Kamu bawa buat makan siang, ya!" kata ibuku sudah berdiri di depan pintu kamarku.

"Iya, bu. Aku mandi dulu." jawabku. Ibu pun kembali ke dapur dan aku membiarkan pesan pak Donald tak terbalas lalu menelpon Adrian.

'Pagi sayangku!' sapanya dengan suara serak. Seksi, pikirku.

"Baru bangun? Kebonya, pak tua!" godaku

'Namanya juga ngantuk. Lagian baru jam setengah 6, sayang. Ehgmm.. kamu tumben telpon masih pagi gini?' tanyanya sambil meregangkan tubuhnya.

"Kangen!"

'Tumben lagi, nih. Ada maunya, ya?'

"Dikangenin nggak mau? Ya udah, aku kangen ke orang lain aja!"

'Jangan, dong. Aku juga kangen banget sehari doang nggak ketemu kamu, rasanya pengin aku peluk nggak pake dilepasin.' gombalan Ian dengan suaranya yang benar-benar seksi saat baru bangun tidur.

"Mau di peluk gak dilepas-lepas!" kataku manja.

"Oh iya, ibu lagi bikin bumbu pecel sendiri, aku mau bawain buat kamu, nanti ambil di lokasi ya!"

'Ambilnya gimana, sayang? Nanti ada Donald malah ditanyain.'

"Tadi malam pak Donald ada WA ke aku, katanya aku boleh datang agak siang karna kemarin udah lembur,"

"Dia juga katanya mau dateng siang, nggak tahu ada urusan apa gitu, nggak ngerti. Nggak mau tahu juga."

'Nggak biasanya.' kata Ian pelan.

"Apanya?" tanyaku lagi tak paham.

'Nggak kok. Oke nanti aku ambil. Jadi kamu berangkat jam berapa?' katanya tak memberi jawaban pasti.

"Ya kayak biasa aja. Kan aku pegang kunci cadangan. Lagian kerjaan banyak, ketimbang aku dateng siang terus ngelembur mending dateng normal, pulang normal."

'Hmm, oke! Aku mandi dulu ya nanti kamu aku jemput jam setengah 7, gimana? Ada yang pengen aku omongin juga sama kamu.' katanya serius.

"Wuih, apa tuh? Boleh, jadi pecelnya bisa kamu buat sarapan. Aku juga baru mandi. Nanti kabarin aja kalau kamu OTW!" kataku sebelum memutus panggilan telepon.

Aku bersiap mandi dan menyiapkan pakaian yang akan ku pakai hari ini. Terlihat cantik dihadapan Ian sepertinya kini menjadi hal wajib bagiku.

Pukul 06:25. Aku menyiapkan bekal untukku dan Ian. Aku tak bilang ibu untuk siapa ku siapkan bekalku yang satu lagi. Aku hanya bilang bahwa salah satunya akan ku makan untuk sarapan.

"Sejak kapan kamu bisa sarapan? Nanti sakit perut, lho!" kata ibu yang jelas tahu bahwa anaknya ini tak pernah bisa sarapan.

"Kalau sudah diatas jam 9 biasanya aku makan roti nggak sakit, kok." ujarku berbohong.

Apa menjadi kekasih seorang yang beristri akan membuatku rajin berbohong sekarang? Aku kan tidak mungkin mengaku memiliki pacar tapi tak ku kenalkan kepada ibuku. Bagaimanapun aku anak perempuan dan satu-satunya, jelas saja ibu akan perlu tahu segalanya. Bahkan beberapa kali aku pergi keluar untuk jalan atau kencan dengan Ian pun selalu ia pertanyakan. Jawabanku selalu sama, bersama teman.

Bekal ku sudah siap. Ian juga sudah mengabariku bahwa ia sudah dijalan menjemputku.

"Ayah, hari ini minta tolong motor Irene diganti olinya, ya?" pintaku pada ayah yang sedang asyik menonton berita pagi.

Burning DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang