Part 23

3.4K 109 3
                                    

*Author POV*

Tiwi terkejut melihat Donald, lelaki yang ia layani beberapa waktu lalu ternyata satu perusahaan dengannya. Donald yang awalnya sama terkejutnya dengan Tiwi kini mulai berpikir bagaimana memanfaatkan wanita itu.

Beberapa hari berikutnya Donald menghubungi Tiwi dan memintanya bertemu dihotel tempat terakhir mereka bertemu. Keduanya duduk di restoran hotel tersebut.

"Aku nggak tahu kalau kamu kerja di sana? Kok bisa?" tanya Donald tak berbasa-basi.

"Kak Irene yang bantu. Kenapa?" tanya Tiwi balik.

"Oh, pantes. Belum pernah aku lihat perusahaan nerima cewek panggilan. But, no offense!" kata Donald diiringi tatapan tajam Tiwi.

"Aku bukan cewek panggilan! Aku ngelakuin ini untuk seneng-seneng!" hardik Tiwi dengan suara nyaring. Pengunjung lain mulai memperhatikan keduanya.

"Calm down, honey! Aku nggak peduli kamu ngelakuin itu untuk apa, aku cuma mau berbisnis sama kamu."

"Bisnis apa? Jangan aneh-aneh, ya!"

"Aku mau kamu untuk godain si Adrian. Buat dia naksir berat sama kamu."

"Pak Adrian? Tapi kan beliau udah nikah, dan aku nggak suka sama dia!"

"Aku nggak suruh kamu untuk suka sama dia, aku cuma suruh kamu untuk bikin dia yang suka ke kamu! Tapi, kalau kamu nggak mau, terpaksa," kata Donald menghentikan ucapannya sebentar.

"Terpaksa apa?"

"Terpaksa aku bakal bilang sama Irene dan semua orang kantor, kalau kamu perempuan panggilan. Oh, perempuan yang ku bayar untuk tidur sama aku."

Mata Tiwi terbelalak lebar.

"Apa maksudnya? Heh, ini nggak ada hubungannya sama orang kantor!"

"Ada, dong! Kalau mereka tau soal kamu, sudah pasti Adrian akan cari admin baru lagi. Nggak mungkin dia ngebiarin nama perusahaan jadi kotor." ujar Donald menatap lurus ke Tiwi yang siap meledak.

Tapi, apa daya, Tiwi terlalu takut untuk membalas ucapan Donald. Dia memang melakukan ini semua untuk kesenangan dan memenuhi kebutuhannya untuk berfoya-foya. Namun bukan berarti dia mau semua orang tahu mengenai rahasia kecil hidupnya ini.

"Ayolah, kamu kan nggak bego. Aku akan bayar kamu, tenang aja!" kata Donald lagi tersenyum jahat. Tiwi bergetar menahan amarah dan tangisnya.

*Donald POV*

Aku tak mengerti ada apa denganku. Semua ucapanku pada Tiwi tadi sangatlah kurang ajar. Aku pasti menyakiti perasaannya dengan omonganku yang buruk dan bodoh. Tapi, aku melakukan ini semua demi Irene. Aku ingin Irene meninggalkan Adrian dan tidak hidup menjadi seorang gundik. Ia terlalu baik untuk lelaki brengsek itu.

Dan Tiwi, ia pergi tanpa memberikan jawaban padaku. Tentu saja aku tidak ada niatan untuk memberitahu semua orang tentang kehidupannya. Aku menghargai pilihannya untuk hidup seperti itu, karna siapa aku untuk menilai hidupnya? Tapi aku butuh dia. Setidaknya untuk hal ini. Dan ku kira hanya ini satu-satunya cara agar dia mau melakukan apapun yang perintahkan. Kuberi dia waktu 3 hari untuk memberikan jawaban pada ku. Tentu aku berharap dia setuju. Selain karna aku butuh, aku juga enggan membongkar kehidupannya kepada siapapun. Aku harap aku akan dapat kabar baik.

*Author POV*

Pertemuannya 2 hari yang lalu dengan Donald membuat Tiwi tak tenang. Ia hanya tinggal punya satu hari lagi untuk memberikan jawaban pada Donald. Jelas saja ia tidak mau menggoda bosnya yang baru saja menerimanya bekerja. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan Donald bermulut ember ke orang-orang. Terlebih kepada Irene. Bagaimanapun, Tiwi sangat berterimakasih pada Irene yang membantunya mendapat pekerjaan.

Burning Desireحيث تعيش القصص. اكتشف الآن