Part 22

3.6K 110 10
                                    

*Irene POV*

Sudah beberapa hari lewat sejak aku bertemu dengan mantan adminnya Ian. Tapi entah kenapa hatiku tetap tidak tenang. Sepertinya wanita itu bukan wanita rese yang hanya mencoba membuatku merasa rendah di depan Ian. Omongannya waktu itu sepertinya sangat personal.

Begitu juga Ian, ia selalu saja mencoba mengalihkan pembicaraan kami setiap aku membahas wanita itu. Memang ia sudah menjelaskan bahwa ia tidak pernah selingkuh sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa aku adalah yang pertama yang membuatnya jatuh cinta selain pada istrinya. Tapi itu tidak membuat perasaanku lebih baik.

"Irene?" tegur pak Donald menyentuh pundakku. Aku terkejut tak menyadari ia memanggilku beberapa kali.

"Iya, pak?" jawabku sedikit terbata. Pandangannya aneh, pasti dia merasakan keterkejutanku.

"Kaget amat, ngelamun jorok, ya?" katanya lalu terkekeh.

"Jangan samakan otak saya dan otak anda, tolong!" ujarku menepis tangannya yang masih nangkring santai di pundakku.

"Nggak ada akhlak emang anak buah satu, nih!"

"Kenapa, pak? Mau ngomong apa?" jawabku lagi santai.

"30 menit lagi saya rencana mau ke head office, ada yang mau saya bahas sama pak Ian dan Dani. Kamu ikut, ya? Nanti kita langsung pulang aja." kata pak Donald.

Lumayan juga bisa bertemu Ian disana. Sudah lama sejak terakhir aku melihatnya bekerja. Ian terlahir tampan, apapun yang ia lakukan memang selalu terlihat tampan. Tapi, saat ia sedang fokus bekerja, tak hanya tampan saja, ia juga terlihat seksi. Ah, aku rindu melihatnya bekerja dihadapanku.

"Boleh, pak. Tapi kantor gimana?" kataku berusaha tak terdengar excited.

"Kasih sign aja di depan pintu kalau kantor kosong. Kalau nggak salah dulu sempat buat tapi saya lupa adminnya simpan dimana. Kamu cari dilemari di belakang, coba!" kata pak Donald menunjuk lemari di belakangku.

Lemari itu berisi beberapa berkas dan barang lama yang jarang terpakai. Sejak awal kedatanganku juga aku hanya sekali dua kali saja membuka lemari ini. Aku melihat bagian sign plastik tebal berwarna biru dibagian bawah lemari. Tidak terlalu berdebu dan kotor tapi terlihat cukup lama berdiam disana.

Sign-nya tidak terlalu besar, cukup terlihat jika digantung didepan pintu kantor. Tulisannya berbunyi sederhana, "KANTOR SEDANG KOSONG".

"Kok kepikiran bikin sign begini, pak?" tanyaku heran. Baru ini aku tahu ada kantor yang punya sign khusus seperti itu.

"Oh, dulu saya nggak betah di kantor. Dateng, duduk sebentar ngerjain kerjaan. Kalau udah bete ya keluar. Nanti baliknya pas adminnya udah pulang." jelas pak Donald mengambil sign itu dari tanganku dan membersihkannya dengan tisu.

Aku jadi ingat kata Ian, pak Donald dulu tidak pernah datang pagi padahal jam kerjanya sama seperti admin, dimulai jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Tapi pak Donald selalu datang sesukanya. Yang penting ia menyelesaikan 9 jam kerja dalam sehari. Kadang ia akan datang jam 2 siang dan pulang jam 12 malam. Sesekalinya ia datang pagi adalah ketika ada meeting atau admin sedang tidak masuk.

"Kenapa nggak betah?" tanyaku.

"Nggak tau juga, males aja saya ketemu sama admin waktu itu. Mereka ganjen, suka caper." jawabnya tertawa kecil sambil masih membersihkan sign itu secara teliti.

"Mereka yang caper atau bapak yang terlalu ge'er?" ejekku pada bosku yang sok ganteng itu. Walau memang dia ganteng, sih.

"Eh, saya nggak pernah ge'er kali! Saya bisa tau, cewek yang mau deketin saya sama yang nggak. Contohnya kamu," katanya menyerahkan sign yang sudah bersih itu padaku. Keningku berkerut menunggu ia melanjutkan kalimatnya.

Burning DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang