Part 20

4.5K 139 2
                                    

*before we begin, mau minta semua readers yang baca cerita nan halu ini, untuk baca note author dibawah ya. Penting. Important. Cuss*






*Author POV*

"Baru mau pulang, Pak. Kena shift malam." kata petugas itu lagi.

"Oh, kalau gitu selamat istirahat, cuacanya enak hari ini untuk tidur. Saya ke kantor dulu. Mari!" pamit Donald beranjak menuju kantornya.

"Pak Donald, kayaknya nanti siang ketua saya mau ketemu bapak, deh." sela petugas keamanan itu sebelum Donald berjalan ke kantor.

"Wah, kenapa?"

"Soal beberapa perumahan di belakang.." petugas keamanan menjelaskan beberapa hal pada Donald.

Donald dengan serius mendengarkan laporan yang diberikan. Sesekali menimpali dengan jawabannya.

"Oke, nanti Pak Ketua suruh temuin saya habis makan siang, ya! Biar kita omongin enaknya gimana. Terima kasih, Pak." pamit Donald. Petugas keamanan itu beranjak pergi.

Donald melangkah ringan menuju kantor sambil merogoh kunci dari tas kerjanya. Sesaat hendak memasukkan kunci kelubang kunci, pintu dihadapannya terbuka. Ia mendapati Ian berdiri disana memegang ponselnya hendak keluar ruangan. Irene duduk di depan komputer dimeja kerjanya menatap Donald.

"Eh, Donald! Telat lu?" sapa Ian ramah.

"Pak Ian ngapain disini? Kapan dateng?" tanya Donald bingung. Ia menatap Ian dan Irene bergantian.

"Barusan nyampe. Elu belum dateng, ya gua ngobrol sama Irene. Ini mau ke depan mau nelpon Dani dulu. Gua mau ngomongin soal rumah yang di belakang, banyak yang kosong terus mulai berlumut, kan?" kata Ian lagi.

"Oh, iya barusan security juga bahas itu." kata Donald tak curiga.

"Ya sudah, gua nelpon Dani dulu bentar. Kita ngobrol di depan aja, sambil rokokan." ajak Ian melangkah keluar kantor.

"Saya taruh tas dulu, pak." Donald masuk dan menaruh tasnya diatas meja. Pintu sudah tertutup dan Ian diluar menelpon Dani.

"Kamu kenapa datang cepat? Kan sudah saya WA semalam." tanya Donald kepada Irene.

"Nggak apa-apa, pak. Dateng siang nanti malah kerjaannya makin lama selesainya." jawab Irene.

"Untung saya dateng cepet, kalau nggak, pak Adrian nyampe duluan." lanjut Irene menghela napas.

"Terus kenapa WA saya nggak dibales?" tanya Donald berdiri disamping Irene.

"Kan ketemu juga hari ini, pak, jadi nggak perlu di bales, kan? Lagian katanya bapak ada urusan mau dateng siang, nggak jadi?" Irene balik bertanya.

"Oh.. anu.. iya! Nggak jadi." jawab Donald tergugup. Donald memang tak punya janji apa-apa pagi ini. Tujuan utamanya memang hanya menyuruh Irene agar bisa beristirahat. Ia lalu melangkah keluar kantor.

Irene menghela napas berat setelah Donald keluar. Ia merapikan make up dan pakaiannya yang sedikit acak-acakan. Membungkus tisu yang tadi digunakan untuk mengelap cairan putih milik Ian yang sempat keluar sebelum mereka mengakhiri pergumulan yang berakhir tanggung itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Seandainya tadi mereka tak mendengar tegur sapa petugas keamanan kepada Donald, mungkin mereka akan tertangkap basah. Kepalang tanggung, Ian menyuruh Irene mengulum miliknya sekali lagi dengan kuat, hanya agar menegang dan dapat klimaks.

Irene mengulum batang kejantanan itu dengan keras. Puting kedua payudaranya dimainkan Ian dengan ganas. Keduanya berusaha tak mengeluarkan suara sedikitpun. Ian mencapai klimaksnya dan memuntahkan cairan spermanya di lantai. Irene memalingkan wajahnya seraya mengambil beberapa lembar tisu diatas meja disampingnya dan menyerahkannya pada Ian.

Burning DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang