Seventeen

27.1K 1.7K 23
                                    

Nishad dan Nadyne sudah sampai di markas Skliros, mereka langsung memasuki rumah yang berwarna putih tulang tersebut.

"Genna mana?" Tanya Nadyne setelah berada di kerumunan anak-anak geng Skliros. Anak geng yang biasanya ramai dengan candaan tapi sekarang mereka semua diam membisu. Sedangkan Nishad sudah duduk bergabung

"Ada di ruangan inti, gue anter?" Tawar Aileen

Setelah mendapat anggukan dari Nadyne, Aileen mengantarkan Nadyne ke lantai dua dimana ruangan inti berada.

Setelah sampai di depan pintu "daritadi gak ada yang berani ganggu dia." Beritahu Aileen

Nadyne menatap pintu di depannya nanar, ada perasaan prihatin di dalam hatinya. Nadyne menarik napas dalam-dalam dan menutup matanya, kemudian menghembuskannya pelan.

Tok tok tok

Nadyne mencoba mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban. Kemudian menatap Aileen yang tersenyum sambil mengangguk pelan mencoba memberi semangat kepada Nadyne.

Tok tok tok

Ketukan kedua kalinya sudah diketuk oleh tangan Nadyne tapi masih tidak ada sahutan dari dalam.

"Buka! Ini aku Nadyne." Kata Nadyne yang menaikkan nada bicaranya

"Aku boleh masuk?" Tanya Nadyne yang menatap Aileen

"Kayaknya biarin Genna sendiri dulu buat nenangin dirinya." Kata Aileen

"Aku khawatir, dia belum makan dari kemaren." Kata Nadyne yang kembali menatap pintu dengan sendu. Pasalnya setelah dari mall Nadyne tidak melihat Genna makan, saat Nadyne kembali dari kantin rumah sakit membawa makanan ayah Genna dalam keadaan yang kritis. Mana mungkin Genna mau makan sedangkan ayahnya sedang melawan penyakitnya.

Aileen mengangguk mengerti "Coba aja, siapa tau gak dikunci." Kata Aileen

Nadyne mencoba memegang knop pintu kemudian membukanya pelan, untungnya pintu tidak dikunci. Di sana Genna sedang berdiri dengan menatap kosong arah pintu kaca balkon, membelakangi Nadyne.

"Aku mau minta tolong beliin makanan boleh?" Tanya Nadyne membalikkan badannya menghadap Aileen. Aileen mengangguk

"Ini uangnya." Kata Nadyne yang membuka tas kecilnya

"Gak usah Dyn." Tolak Aileen halus

Nadyne mengerutkan keningnya membuat lipatan di dahinya "pake duit gue aja." Aileen yang mengerti, Nadyne hanya mengangguk daripada harus berdebat.

"Genna." Panggil Nadyne, tapi tak ada pergerakan sedikit pun

Nadyne tidak bisa menahan air matanya saat melihat punggung tegak milik Genna-nya. Kini Genna berada di titik paling menyakitkan, jika Nadyne menjadi Genna mungkin dirinya tak akan pernah sekuat ini.

Dengan bercucuran air mata Nadyne berlari, tangan kecilnya dengan perlahan mencapai bahu Genna, kemudian mengusapnya dengan ibu jarinya.

Aileen yang berada di ambang pintu merasa terharu dengan apa yang dilihatnya. Nadyne benar-benar perempuan yang baik, dia ada ketika Genna terpuruk. Dia mencoba membangunkan Genna dari keterpurukannya. Dia ada di sisi Genna saat Genna berada di titik terendah.

Setelah lama dengan pikirannya Aileen meninggalkan mereka berdua.

Setelah beberapa menit dari merasakan ada sentuhan lembut di bahunya Genna membalikkan tubuhnya, dia masih menatap datar Nadyne. Tak disangka Genna memeluk Nadyne, memejamkan matanya, menenangkan pikirannya dan mencari tempat senyaman mungkin. Nadyne membalas pelukannya dan mengusap pelan punggung Genna.

GENNAIOS ✓Where stories live. Discover now