Twenty Eight

19.5K 1.1K 37
                                    

"Siap?" Genna menoleh ke sebelah kiri dimana Nadyne duduk di kursi yang berbeda.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hati Nadyne masih ragu. Terlihat jelas dari wajahnya yang pucat.

Nadyne menutup rapat matanya mengumpulkan setiap keberaniannya, tangannya yang dingin merasakan genggaman yang hangat. Dengan perlahan Nadyne membuka mata, yang pertama ia lihat adalah sebuah tangan besar yang menenggelamkan tangan mungilnya.

"Aku siap." Dia harus berani, ini hanya melihat rekaman cctv.

Tangan kiri Genna masih menggenggam tangan Nadyne, sedangkan tangan kanannya siap memutar rekaman cctv.

Dahi Nadyne berkerut, bukannya ini hanya rekaman perayaan di hari ulang tahunnya? Mengapa Genna seakan khawatir jika Nadyne ketakutan? Tapi mengapa juga Genna memperlihatkan rekaman di luar cafe?

Genna mengklik pause "Kamu liat?" Tanya Genna

"Orang itu." Tunjuk Genna

Nadyne menyipitkan matanya, begitu terkejut saat melihat orang yang sama dengan orang yang mengancamnya di tempat sepi setelah dia pulang dari minimarket.

Tangan kiri Nadyne menggenggam tangan Genna yang menggenggam tangan kanannya dengan erat. Napasnya tidak beraturan, matanya tertutup rapat seakan mengingat kejadian yang tidak menyenangkan.

"Aku takut." Cicit Nadyne. Satu tetes air mata lolos di pipinya.

Genna membawa Nadyne ke pelukannya, mempererat pelukannya. Mencium puncak kepala Nadyne dengan memejamkan matanya.

Hanya melihat reaksi Nadyne ketika melihat lelaki di rekaman itu, Genna sudah tahu jika pelakunya orang yang sama.

Pelukan ini seakan obat untuk Nadyne, disini dia menemukan kenyamanan dan seakan-akan hidupnya akan aman dan terjaga.

"Ada aku." Yakin Genna

Setelah dirasa Nadyne mulai tenang, dengan perlahan Genna melepaskan pelukannya. Dilihatnya mata sembab, hidung merah dan pipi Nadyne yang basah.

Genna menangkup kedua pipi tembam Nadyne, menghapus jejak air mata di pipi Nadyne menggunakan ibu jarinya.

Momen seperti ini jadi kacau saat ponsel Genna berdering nyaring.

Mengganggu saja!

Nadyne tidak sengaja melihat nama yang terpampang di layar ponsel Genna saat dikeluarkan dari saku jaketnya.

Bianca

Jelas itu adalah nama perempuan. Siapa yang suka pacarnya ditelpon oleh seorang perempuan ketika bersama dengannya maupun tidak.

Genna melirik Nadyne sekilas, kemudian mengangkat telpon. Dia tidak pergi dari hadapan Nadyne, dia tidak ingin ada kesalahpahaman antara dirinya dengan kekasihnya.

"Aku udah ada di Bandung loh. Aku jauh-jauh dari London kesini itu buat ketemu kamu."

"Gue gak minta." Sarkas Genna

"Ya emang kamu gak minta aku kesini, tapi aku kangen kamu, aku kangen Indonesia."

"Kenapa gak Jakarta?"

"Aku gak punya siapa-siapa di Jakarta, Oma sama Abang udah gak ada."

"Lo punya siapa di Bandung?"

"Aku punya kamu Genna." Mantapnya si penelpon

"Kamu seka-"

Belum sempat si penelpon melanjutkan omongannya tapi Genna sudah memutuskan sambungan telpon. Untungnya Bianca tidak tahu bahwa Genna ketua geng motor dan dia tidak tahu bahwa dimana cafe Skliros.

GENNAIOS ✓Where stories live. Discover now