Fifty Three

11.6K 673 10
                                    

Ada yang nungguin gaaaa niiihhh??

Happy reading 🐼

"Gimana nih? jadi gak?" Teriakan Nishad memang tidak baik untuk kesehatan telinga.

"Jadi dong!" Balas teriak Singgih, dua anak ini tidak boleh disatukan. Bisa-bisa manusia di bumi mengalami gangguan telinga.

"Nanti malem kan nge-game nya?!" Mereka berencana main game sampai pagi.

"Kalo mau teriak di hutan." Siapa sangka ucapan dingin ini berasal dari sang wakil.

"Udahlah jangan galau kayak gini." Timpal Singgih, dia duduk di sofa berdampingan dengan Aileen.

Genna dengan Rully hanya menyimak saja, mereka terus menatap Aileen yang wajahnya sudah seperti mayat hidup.

"Welcome back Bang Yunda!" Seru Nishad melihat Yunda datang.

Yunda hanya menundukkan kepalanya, dia terus berjalan hingga menghadap Genna.

Dengan perlahan dia menatap wajah Genna "G-gue, G-gue minta maaf."

Genna tersenyum tipis, kemudian berdiri dan menepuk pundak Yunda, terakhir dia memeluk ala lelaki kepada Yunda.

Genna melepas pelukannya "Gue cuman mau kalian semua cerita masalah apapun itu, kalo gue bisa bantu, pasti gue bantu." Ucapan Genna bukan hanya untuk Yunda, tapi juga untuk seluruh anggotanya.

Genna beralih menatap anggota inti "Gue perlu ngomong sama kalian."

"Gue tunggu di ruang atas!" Lanjutnya, kemudian berjalan menjauh dari kerumunan.

Mereka semua saling menatap satu sama lain terkecuali Aileen yang diam sedari tadi. Apa Genna akan memarahi mereka? Tapi mereka salah apa? Wajah Genna kan memang begitu bukan?

"Siap Bos!" Teriakan Singgih dan Nishad membuat Genna terhenti sejenak dan menghembuskan napasnya kasar.

"Ah bego!" Kata Singgih menjitak Nishad.

"Berapa kali Genna bilang kalo dia gak mau dipanggil Bos?!" Marah Singgih meninggalkan mereka.

"Dih kok dia yang sewot, padahal dia juga manggil Bos." Kata Nishad menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Rully dan Aileen yang tidak minat langsung saja mengikuti perintah Genna untuk berkumpul.

"Ada apa sih Gennaaaa?" Tanya Nishad dengan nada yang menjijikkan jika didengar, dengan mata yang mengedip-ngedip manja.

"Gue butuh pendapat kalian." Ucapan Genna yang serius membuat mereka memperhatikannya dengan seksama.

"Menurut kalian siapa yang cocok jadi ketua?" Lanjut Genna bertanya.

"Kenapa Lo ngomong gitu?" Tanya balik Rully.

"Gue mau kuliah."

"Ya kita juga mau kuliah." Balas Nishad cepat.

"Di luar negeri." Lanjutan Genna membuat mereka menatapnya tidak percaya, Genna tidak pernah cerita ataupun sekedar bilang kalo dia akan kuliah di luar negeri.

"Gak bisa gitu dong, Lo kenapa tiba-tiba mau keluar negeri?" Tanya Nishad tidak terima.

"Bokap gue yang nyuruh."

"Terus Bu Pres?" Tanya Nishad.

"Kalo Nana nanti juara, pasti Nana bakal terima tawaran kuliah di Harvard university. Itu impian dia dari dulu." Jawab Genna.

GENNAIOS ✓Where stories live. Discover now