Part 32

408 54 6
                                    

[Irene POV]

--- "Aku mengerti kalau aku mungkin menjadi manusia paling kamu benci di dunia, kamu tidak ingin melihat ku lagi kan? Lalu kenapa selama ini kamu terus bersikap baik di depan ku? Kamu bisa kan hanya diam, menjauh dari ku, tidak perlu memedulikan aku, itu akan membuat ku lebih mudah untuk menjalani hidup ku dari kamu terus berada di sisi ku, membantu ku di semua kondisi. Seharusnya kamu berhenti mengkhawatirkan aku. Jangan berpikir dengan kamu menolak ku, kamu tidak memberi ku harapan sama sekali, selama ini kamu sudah melakukannya, setiap kali aku menjahilimu, melukai mu, kamu selalu membuat ku berpikir kalau kamu memang selalu ada untuk ku, itu memang kenyataannya, tapi kalau kamu sebenarnya mau kita tidak perlu bertemu lagi, seharusnya kamu melakukan itu sejak dulu, menghindar dari ku," Ucap Sehun. ---

"Irene, kamu kenapa sih? Apa Sehun mengatakan sesuatu yang mengganggu mu?" Tanya Wendy. Wendy membuyarkan lamunan ku, kalimat yang di ucapkan Sehun benar-benar masih terngiang di kepala ku.

"Tidak Wen, aku hanya sedang berpikir untuk besok, aku tidak tahu apa aku akan lolos atau tidak, aku benar-benar tidak bisa pelajaran olahraga." Ucap ku. Untung saja aku bisa mengalihkannya. Ini adalah masalah ku. Lebih baik aku tidak menyeret Wendy ke dalam masalah ku.

"Besok? Ujian olahraga? Semoga besok hujan, jari ujian praktik kita bisa saja bermain bulu tangkis atau voli, kamu bisa kan?" Tanya Wendy.

"Ya sepertinya, aku tidak se jago itu dalam olahraga, tapi setidaknya aku bisa bermain bulu tangkis dan voli." Ucap ku.

"Tapi aku tidak sabar ingin melihat mu memakai baju olahraga baru mu." Ucap Wendy. Aku baru ingat, ini akan menjadi pertama kali nya aku menggunakan seragam olahraga baru ku itu. Itu benar-benar sangat berbeda dengan baju olahraga lama ku.

"Apa akan terasa panas? Dulu aku hanya memakan kaos olahraga dengan celana olahraga, tapi kenapa golongan biru memakai kaos, jaket dan celana panjang?" Tanya ku.

"Itu untuk berjaga-jaga bila cuaca dingin, dan juga jaket nya terlihat keren kok." Jawab Wendy. Memang aku akui, jaket nya terlihat bagus saat di pakai nanti. Tapi tetap saja, setelah olahraga aku pasti berkeringat, untuk apa memakai jaket lagi?

"Jika tidak mau boleh di lepas kan?" Tanya ku.

"Ikat saja di pinggang mu, jika kamu menaruhnya di lapangan, pasti jaket mu akan hilang, aku sudah sering kehilangan jaket olahraga." Ucap Wendy. Aku ingin tertawa saat melihat wajahnya kesal karena mengingat hal itu.

"Tapi jika punya mu hilang juga tidak apa-apa sih, kamu tidak akan menggunakannya lagi setelah ini." Ucap Wendy. Ya dia ada benar nya juga, hanya tinggal minggu ini dan minggu depan saja, lalu semua nya akan berakhir.

"Wen, kamu sudah memutuskan ingin masuk jurusan mana?" Tanya ku.

"Aku tidak yakin pasti, tapi aku memilih jurusan kedokteran, ayah dan ibu ku menyarankan ku menjadi dokter saja." Ucap nya.

"Kamu memang cocok jadi dokter, dan jika kamu sudah lulus, aku bisa berobat gratis kan ke tempat mu." Ucap ku. Dia melempar bantal yang ada di sebelah nya ke arah ku. Aku melempar balik dengan bantal yang sudah dia lempar.

"Bagaimana dengan kamu sendiri?" Tanya Wendy.

"Aku tidak yakin sama sekali, formulir nya bahkan belum aku isi." Jawab ku.

"Kamu harus cepat memikirkannya, Jumat ini harus sudah di kumpul atau kamu tidak akan terdaftar di kampus mana pun." Ucap Wendy.

"Aku sudah pasti akan meneruskan perusahaan ayah ku, jadi aku mungkin akan mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan bisnis dan sejenisnya." Ucap ku. Wendy mengangguk.

"Keluarga mu pasti sangat senang karena perusahaannya bisa kembali berjalan dengan normal, dulu orang tua ku juga begitu," Ucap Wendy.

"Aku sama sekali tidak pernah menduga nya, kalau selama ini mereka melakukan kecurangan." Ucap ku. Aku tidak tahu untuk apa mereka melakukan itu, padalah yang akan menang juga sekolah ini. Mungkin mereka hanya tidak ingin golongan putih seperti aku dan Wendy memenangkannya karena secara tidak langsung, harga diri golongan biru akan hilang karena di kalahkan oleh golongan putih.

"Sudah lah, tidak perlu di pikirkan lagi, semua sudah terjadi." Ucap ku.

"Hei, Irene, aku akan kuliah di Amerika, ayah ku sudah memasukkan ku ke salah satu kampus di sana." Ucap nya sambil tersenyum Wendy tidak terlihat benar-benar senang, dia lebih seperti berusaha menerima nya dengan senyuman.

Aku menatapnya.

"Kamu tidak menginginkan nya?" Tanya ku dengan hati-hati.

Wendy menggeleng sambil menundukkan kepalanya. Dia masih berusaha tersenyum. "Aku ingin berada di sini, kamu adalah satu-satu nya sahabat ku, dan aku juga tidak ingin meninggalkan mu dan ChanYeol." Ucap Wendy.

"Wendy, dengarkan aku, jika dengan kamu kuliah di sana bisa membuat hidup mu lebih baik, lakukan lah, jangan menyesal seumur hidup jika kamu melewatkan kesempatan bagus, kita bisa bertemu kembali setelah kita semua sukses nanti. Itu akan menjadi pertemuan yang sangat berharga." Ucap ku. Aku tidak ingin Wendy menangis. Matanya sudah memerah seperti dia ingin menangis.

"Tapi aku tidak ingin meninggalkan kalian." Ucap nya.

Sedikit demi sedikit suara isakan terdengar dari mulut Wendy. Wendy juga menghapus air matanya dengan punggung tangannya.

"Wendy, berhenti menangis, itu adalah kesempatan bagus, kuliah mu hanya sebentar kan?" Tanya Ku.

Dia menggeleng. "Aku akan berkuliah selama lebih dari 7 tahun di sana, apa menurut mu aku akan baik-baik saja? Aku akan kehilangan mu dan ChanYeol. Kita tidak mungkin saling mengenal setelah semua itu." Ucap nya lagi.

"Aku tahu ini berat untuk mu, tapi kemungkinan besar aku juga tidak berkuliah di sini, orang tua ku menyuruh ku mencari kampus yang bagus agar aku bisa belajar dengan baik." Ucap ku.

"Kamu tidak akan tetap di sini?" Tanya Wendy.

"Tidak, sepertinya aku akan pergi ke luar negeri juga." Jawab ku.

"Apa itu mungkin kita bisa bertemu kembali setelah semua itu?" Tanya Wendy. Aku mengangguk dengan yakin. "Kita tidak perlu kehilangan kontak, kita masih bisa bertatap muka dan mengobrol di malam hari setelah selesai kuliah, atau mungkin saat sedang liburan, kita bisa membuat rencana untuk berkumpul kembali di sebuah tempat." Ucap ku.

"Aku tidak yakin itu akan berhasil. Kita semua mungkin akan sibuk dengan urusan kita masing-masing, kamu juga mungkin akan mendapat sahabat baru di tempat baru." Ucap Wendy.

"Jangan menangis lagi. Semua akan baik-baik saja." Ucap ku. Kali ini Wendy mengangguk dan aku memeluknya agar dia bisa lebih tenang.

[Irene POV END]

TBC

Reverse [ 1 ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang