53. Sad End?

347 15 3
                                    

Haloo kembali lagi bersama cerita R&R.
Jangan lupa untuk votenya ya
Happy reading

•R&R•

Entah sudah berapa lama Raya dengan yang lainnya mencari pendonor ginjal yang cocok untuk Raga, tetapi tak kunjung ditemukan.

Raya sampai terpikirkan untuk mendonorkan ginjalnya untuk Raga, karena ia merasa itu kesalahan dirinya juga yang buat Raga seperti sekarang. Tetapi yang lain tidak setuju dengan itu, lalu Raya harus bagaimana?

Sekarang, seperti biasa. Setiap sehabis sekolah Raya selalu pulang kerumahnya lalu pergi lagi menuju rumah sakit setelah berganti pakaian.

Sekolah sudah mulai dua minggu yang lalu, dan ini sudah hampir 1 bulan Raga tak kunjung sadar dari komanya membuat Raya semakin gusar.

"Ga? Kamu gak bosan apa tidur terus? Gak pegal? Aku aja yang liat pegal loh, Ga. Ayo dong bangun, mana Raga yang aku kenal? Yang selalu isengin aku, suka konyol sendiri tapi kadang manis. Aku kangen dengar suara kamu, Ga"

Ya, Raya jadi sering mengajak Raga bicara dengan memakai 'aku-kamu', serta tangannya yang mengenggam jemari Raga menaruh di pipinya. Tak tau mengapa. Hanya saja, Raya merasa nyaman dan mulai terbiasa.

"Lebih baik kamu isengin aku terus daripada diam begini, aku jadi makin merasa bersalah. Sampai sekarang kamu gak kunjung sadar. Aku harus gimana, Ga? Hm? Tolong bangun" tanpa sadar, air mata Raya sudah jatuh begitu saja sampai ia terisak.

Raya takut, takut akan kehilangan. Raya tidak mau sampai terjadi sesuatu kepada Raga. Kalau sampai itu terjadi, Raya tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Ray, makan dulu yuk. Kamu belum makan siang lho" Ujar Alviro ketika memasuki ruang rawat Raga yang masih menggunakan pakaian kantornya. Tampaknya Alviro baru pulang dari kerjanya.

"Raya gak lapar, Pah. Papah duluan aja"

Raya sekarang memang dibiasakan memanggil Alviro dengan sebutan 'Papah'. Itu permintaan Alviro sendiri, katanya biar terkesan lebih dekat saja.

"Jangan gitu dong, kamu mau Raga sedih? Raga sudah sakit, nanti kamu gak makan terus sakit juga gimana? Yang jagain Raga siapa?" Raya pun berpikir lagi.

Benar. Kalau ia tidak makan dan akhirnya ia ikutan sakit juga, yang menjaga Raga ketika tidak ada yang bisa menjaga selain dirinya siapa?

"Yaudah Pah, ayo makan" Alviro tersenyum dan langsung mengajak Raya untuk duduk di sofa yang berada di ruang rawat Raga, Alviro membawa makanan cukup banyak.

"Papah sengaja beli banyak biar kamu juga bisa makan banyak, Raya sekarang kurusan. Jelek tau" ledek Alviro.

"Ish, Papah mah" Raya cemberut membuat Alviro tertawa geli.

Raya dan Alviro memakan makanannya dengan khidmat diselingi obrolan ringan.

"Pah, gimana? Udah dapat pendonor?" Alviro seketika diam dan menggelengkan kepala.

"Papah dan yang lainnya akan terus berusaha buat mendapatkan pendonor ginjal yang cocok untuk Raga, kamu tenang aja. Terus berdoa dan yakin kalo Raga gak akan kenapa-kenapa" Raya hanya bisa mengangguk pelan.

R&R [COMPLETED]Where stories live. Discover now