41. Let's Play

203 11 0
                                    


"Gua ingin ajak lu untuk kerja sama" ujar seorang perempuan disebuah cafe, dia sedang menemui seorang pria.

"Kerja sama? Dalam hal apa?"

"Gua tau. Lu ada perasaan sama Raya kan? Gua juga masih ada rasa sama Raga jadi, lu tau kan maksud gua?"

"Gak! Gua gak mau"

"Ayolah. Gua tau lu sebenarnya juga ingin, kan hubungan mereka berakhir? Jangan munafik sama perasaan sendiri"

"Gak, dari kemarin rencana lu gak ada yang beres. Gua udah gak mau lagi, gua nyerah"

"Itu karena lu kurang usaha, berjuang lagi lah. Cowok bukan?" Pria itu berdecak agak kesal dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh perempuan tersebut.

"Oke, gua terima kerja samanya. Tapi kalo gagal lagi, gua bakalan berhenti"

"Gua yakin kali ini berhasil" Pria itu hanya mengangguk, sedangkan Perempuan tersebut tersenyum penuh arti.

•R&R•

Sore telah tiba, dan Raya sudah diperbolehkan pulang. Ia sangat semangat untuk pulang dan sudah mengganti baju rumah sakitnya menjadi pakaian santai.

"Rumah wait me, im coming! Ayo pulang!" ucap Raya dengan semangat.

"Heboh benar, astaga" ujar Kevin sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan tingkah absurd adiknya.

"Diam Ray astaghfirullah, baru sembuh juga. Bentar ya gua ambil kursi roda dulu" ujar Raga.

"Hah? Buat apaan?"

"Buang ngangkut barang, ya buat lu lah sayang" seketika kedua pipi Raya berubah menjadi kemerahan. Raga tak melihat itu, ia sudah keluar ruangan untuk mencari kursi roda.

"Dih, bullshing" goda Kevin. Raya hanya memukul lengan Kevin saja tak membalas perkataannya, kalau dia balas sampai besok pun berdebatannya takkan ada habisnya.

"Ray, ini ada obat dari dokter. Jangan lupa di minum, jangan sampai gak ya" Raya mengangguk.

"Iya, Pah" Fado tersenyum dan memasuki obat tersebut kedalam tas yang sudah berisi pakaian Raya.

Tak lama kemudian, Raga datang dengan kursi roda. Raya segera turun dari ranjangnya dan duduk di kursi roda yang dibawa oleh Raga dengan semangat membuatnya menghela nafas. Punya pacar berasa punya adik kecil, gak bisa diam.

"Ray, pelan-pelan. Jangan pecicilan gitu kayak anak kecil, ntar kalo jatoh gimana hm?" khawatir Raga.

"Gua udah sembuh, Ga. Biasa aja, gak usah lebay"

"Ye, di khawatirin malah begitu"

"Iya Raga sayang," Raga sontak bungkam. Raya sangat jarang memanggilnya 'sayang' seperti itu.

"Apa? Tadi lu bilang apa?" tanya Raga yang pura-pura tidak mendengar ucapan Raya.

"Iya Raga, ke-kenapa sih?" jawab Raya malu-malu.

R&R [COMPLETED]Where stories live. Discover now