50. Skizofrenia

635 68 29
                                    

50

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

50. Skizofrenia







“Iqbal tunggu, Bal.” Ara terus mengejar Iqbal tanpa mempedulikan tatapan murid-murid padanya. Cewek itu agak kesusahan menyusul Iqbal karena langkah kaki Iqbal begitu lebar, belum lagi karena tubuh Ara sedang tidak sehat sekarang.

Ara menarik tangan Iqbal sampai langkah cowok itu terhenti. “Kamu jalannya cepet banget. Aku capek jadinya,” ujar Ara sambil mengatur napasnya yang tampak ngos-ngosan.

“Aku kan gak minta kamu buat ngejar aku,” ujar Iqbal dengan wajah datarnya.

“Kalau gak aku kejar kamu bakal terus-terusan kaya gini,” ujar Ara.

Iqbal diam. Cowok itu agak menundukkan kepala untuk menatap Ara.

“Kamu percaya sama aku kan, Bal? Bukan aku yang mukul Dinda,” ujar Ara. Cewek itu sangat berharap bahwa Iqbal mempercayainya.

“Di gudang kemarin hanya ada kamu sama Dinda. Kalau bukan kamu yang mukulnya terus siapa?” tanya Iqbal membuat Ara menghela napas berat.

“Sekali ini aja, Bal. Tolong percaya sama aku. Aku gak sejahat itu. Kamu udah kenal aku bertahun-tahun Bal. Kamu pasti tau gimana aku,” ujar Ara. Matanya berubah sendu.

Iqbal bergumam. “Tapi kemarin aku bener-bener gak kenal kamu, Ra. Dinda sampai takut ke sekolah gara-gara kejadian kemarin,” ujar Iqbal.

“Jadi kamu lebih khawatir sama Dinda?” tanya Ara. Ia tersenyum masam.

Iqbal diam, tidak menjawab. Ia menjadi kebingungan ketika melihat raut wajah Ara yang berubah. Siapa bilang Iqbal tidak khawatir pada Ara? Cowok itu mengkhawatirkan Ara. Sangat khawatir malahan.

“Aku pengin bahas semuanya, Bal. Aku gak mau kita jauh-jauhan kaya gini terus,” ujar Ara.

“Gak ada yang perlu dibahas.”

“Tentang hubungan kita,” ujar Ara. Cewek itu menatap Iqbal dalam-dalam. “Jangan buat aku bingung, Bal.”

Lagi, Iqbal kembali diam. Tidak ada sahutan dari cowok berbadan tegap itu. Iqbal malah berbalik badan lalu berjalan meninggalkan Ara. Membuat Ara yang melihat itu langsung mengejar Iqbal lagi.

“Aku belum selesai ngomong,” ujar Ara namun tak ada sahutan dari Iqbal. Cowok itu tampak tak peduli.

Ara menaiki anak tangga dengan susah payah. Saat hendak meraih tangan Iqbal tiba-tiba saja kepala cewek itu pusing dengan pandangan mulai menggelap, sebelum akhirnya cewek itu terjatuh dari anak tangga ke lima hingga badannya terhempas ke lantai. Ara pingsan.

Iqbal yang mendengar seperti ada yang jatuh langsung membalik badannya. Mata cowok itu melebar ketika melihat Ara sudah tergeletak di lantai dengan murid-murid yang mengerumuninya. Tanpa ba-bi-bu Iqbal turun dari tangga lalu mengangkat tubuh cewek itu menuju UKS. Wajah Iqbal terlihat panik.

ARayaWhere stories live. Discover now