37. Kembalinya Alter Ego

658 83 22
                                    

37

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

37. Kembalinya Alter Ego











Bel pulang sekolah menggema di seluruh penjuru sekolah. Ara mengemasi buku-buku dan alat tulisnya lalu ia masukkan ke dalam tas. Tujuan Ara sekarang bukan pulang ke rumah, melainkan menjenguk Iqbal. Tadi selama jam pelajaran berlangsung cewek pendek itu uring-uringan di bangkunya. Membuat para sahabat Ara menggelengkan kepala heran.

Bucin jangan dilawan. Apalagi yang sudah tingkat akut seperti Ara. Beuh...

“Gue duluan ya, kalian hati-hati!” Ara beranjak keluar dari kelas dengan langkah tergesa.

“Hati-hati juga Ra!” seru Resha ketika Ara melewati pintu kelas. Ia terkekeh geli melihat Ara. Sesaat kemudian badannya terhuyung karena Cleo, Leo dan Arza berlari keluar dari kelas untuk adu cepat siapa duluan yang sampai di parkiran. Jangan heran, setiap pulang sekolah ketiga remaja itu selalu berlomba lari sampai parkiran. Tidak peduli bahwa mereka menubruk badan siapa saja yang menghalangi jalan.

Resha berdecak pelan. “Ngegas amat pengin sampe parkiran,” ujarnya terheran-heran.

“Ayo Bun,” ajak Zara sambil berjalan menuju Resha. Ketika melewati meja Ara, cewek jutek itu mengernyit ketika melihat sebuah kotak kecil di laci Ara. Tanpa basa-basi Zara mendekati meja Ara lalu meraih kotak tersebut.

“Punya Ara ya, Zar? Tuh kan saking mau cepet ke rumah Iqbal sampe ada yang ketinggalan,” ujar Resha.

Zara mengangguk singkat, lalu membolak-balik kotak itu karena penasaran. Jadi daripada dia tidak bisa tidur karena kepo, Zara membuka langsung kotak itu yang ternyata berisi obat yang Zara tidak tau obat apa.

“Obat apa nih, Bun?” tanya Zara sambil menyodorkan kotak tersebut pada Resha membuat Resha maju dua langkah mendekati Zara, lalu ikut melihat isi kotak tersebut. Ekspresi Resha seketika berubah.

“Ini beneran punya Ara?” tanya Resha memastikan.

Zara mengangguk. “Di tutup kotaknya juga ada nama Ara,” ujar Zara.

Resha terdiam, seolah sedang memikirkan sesuatu.

“Bunda tau ini obat apa?” tanya Zara lagi.

Anti depresan. Namun Resha hanya mampu mengucapkannya di dalam hati. Ibunya seorang dokter, jadi Resha cukup mengenal jenis obat-obatan.

“Gak tau Zar. Bawa aja entar hilang lagi kalau ditinggalin di kelas,” ujar Resha menyarankan.

Zara ragu-ragu mengangguk meskipun masih ingin tau itu obat apa. Sedangkan Resha berpikir keras, untuk apa Ara meminum obat anti depresan?



*****



Iqbal melirik sekilas dengan wajah datar kepada seorang gadis yang kini sedang duduk di sofa sebelah kasurnya. Dari tengah hari tadi Dinda sudah berada di rumah Iqbal. Jangan tanyakan mengapa ia bisa pulang lebih awal dari murid-murid lainnya. Itu semua berkat bantuan Pak Sam yang memberikan Dinda surat izin, jadi Dinda tidak perlu repot-repot untuk memanjat tembok agar bisa keluar dari ruang lingkup sekolah ketika jam pelajaran.

ARayaWhere stories live. Discover now