34. Dinda Kanaya

593 71 2
                                    

Preng teng teng teng teng...

Preng teng teng teng teng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

34. Dinda Kanaya













Leo dan Arza saling berbisik sambil menyenggol satu sama lain. Kedua manusia tengil itu melirik pada Ara dan Iqbal lalu terkikik geli. Tidak peduli dengan tatapan galak Ara dan pandangan membunuh dari Iqbal. Cleo, Resha, Zara dan Dipta yang tidak tau apa-apa hanya diam menatap Leo dan Arza secara bergantian.

Leo tersenyum tengil. “Cie yang ciu—”

“Diem anjing,” sahut Iqbal cepat dengan wajah datar.

“Diem, Le. Entar kita digeprek sama mereka. Au atut,” ujar Arza cengengesan. Sedangkan Cleo, Resha, Zara dan Dipta masih menyimak.

“Kalau gue jadi ceweknya ya, Za. Auto jungkir balik sampe ke Korea,” ujar Leo menggebu-gebu.

“Kalau gue jadi ceweknya ya, Le. Langsung terbang sampe ke Pluto,” balas Arza. Teman-teman mereka masih menyimak.

“Sebelum itu gombalin dulu kaya gini. Cintaku padamu melebihi tingginya gunung salak,” kata Leo lagi.

“Sayangku padamu mengalahkan luasnya jagat raya,” sahut Arza menimpali.

Leo tersenyum jahil. “Abis itu baru deh,” ujar Leo lalu menyatukan kedua tangannya membuat Ara dan Iqbal semakin kesal.

“Diem bangke!” seru Ara sambil menjambak rambut Leo dan Arza. Membuat teman-temannya yang sudah bingung semakin bingung.

“Gimana rasanya, Ra?” tanya Leo semakin jahil. Cowok itu tidak kapok dengan jambakan maut Ara.

Ara membungkam mulut nyablak Leo menggunakan satu tangannya. Jambakan dari Ara masih belum terlepas. Cewek pendek itu merasa geram dan malu dalam satu waktu.

Ia juga bingung kenapa Leo dan Arza selalu berada di mana-mana. Mengintai sana-sini untuk mencari gosip terbaru. Ara jadi curiga kalau Leo dan Arza adalah admin Lambe Turah.

“Susu cokelat punya lo gue minum ya, Ra?” ujar Zara pada Ara. Tanpa menunggu jawaban Ara, cewek jutek itu sudah meraih susu kotak di laci Ara lalu meminumnya.

“Minum aja Zar. Gue lagi ngurus ini dua anak tengil,” ujar Ara. Ia kembali menoleh pada Leo dan Arza. “Gak ada kerjaan lain apa ngikutin kita terus? Mendingan belajar daripada ngintip kita. Sekali lagi lo berdua kaya gitu gue banting beneran dah serius,” kata Ara lagi.

Cleo mengernyit. “Emangnya kenapa sih? Mereka ngapain, Ra? Oh, lo berdua maling ya?” tanya Cleo heboh.

“Iya kita maling, Cle. Maling pemandangan yang indah,” ujar Arza cengengesan.

“Pak Ajay naik atep
Anjay mantep,” sahut Leo lalu tertawa keras membuat Ara semakin mengeratkan jambakan.

Iqbal mendengus pelan. “Tau gitu mendingan di kamar,” gumamnya datar namun masih dapat didengar oleh teman-temannya. Hal itu sontak membuat para sahabatnya menoleh kecuali Ara. Cewek pendek itu langsung melepaskan jambakan lalu menelungkup kan kepalanya di meja karena malu.

ARayaWhere stories live. Discover now