31. Rumah hantu

10.4K 687 6
                                    

Happy reading !

.

.

Melihat namanya saja sudah membuat siapapun merinding, begitupun dengan Angkasa. Laki-laki itu sudah pasrah, berusaha menghilangkan rasa takut namun tak bisa.

Di depan ada Nayra dan Reynald memimpin, lalu ada Fiona dan Lyani, Xavier yang memeluk pinggang ramping Safira, dibelakang Xavier ada Ardana yang menggenggam tangan Alya dengan erat, terakhir Angkasa dan Angga.

Musik horror melantum dengan jelas, Angkasa sudah was-was, ini masih pembukaan saja suasananya sudah menyeramkan. Angkasa menatap setiap dinding dengan ngeri, dalam hati ia selalu merapalkan do'a agar hantu wanita tak menyukai dirinya.

Tiba-tiba saja ada sesuatu yang terjatuh tepat di punggung Angkasa, dengan wajah pucat pasi, Angkasa berteriak.

"ARGHHHH!!!!" Semuanya menatap Angkasa dengan bingung sedangkan Angkasa tak mau membuka matanya, keringat dingin bercucuran di kening pria manis itu.

"Apasih anjir! Ini masih pembukaan dan lo udah teriak-teriak?! Liat noh pintu utama masih di depan!!" Sarkas Nayra, ia menatap Angkasa dengan jengkel.

Angkasa, laki-laki yang tak takut dengan benda tajam tetapi takut dengan hantu.

"Ini doang padahal!" Angga mengambil sesuatu yang berada di punggung Angkasa, akhirnya laki-laki itu mau membuka matanya dan bernapas lega.

"Gue kira apaan! Taunya cuma tali," Angkasa merapikan bajunya lalu mengangkat dagunya, yang lain hanya menatap Angkasa jengkel.

"Tali pocong kayanya,"

Deg!

Jantung Angkasa kembali berpacu dengan cepat, keringat kembali bercucuran. Yang lain hanya menahan tawa melihat wajah ketakutan Angkasa.

"Tapi boong."

~~~

Hana tengah berada di ruang tamu, bosan. Ia bingung tak tau harus apa, alhasil ia menghubungi Ardana untuk menemaninya.

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi."

Hana membanting ponselnya hingga tak berbentuk, ia memikirkan kemana Ardana saat ini, kenapa Ardana tidak menghubunginya?!

"Ardana.. Lo kemana?" Hana duduk di sofa lalu merenungkan rencana selanjutnya, ia tak akan mundur sebelum Ardana berada di tangannya!

"BIBI!!!" Hana memanggil salah satu ART di kediamannya, dengan cepat ART itu menghampiri Hana dengan tergesa-gesa.

"A - ada apa, Non?" Tanya ART itu.

"Ambilin gue ponsel cadangan, cepet!" ART itu menghela napas lelah lalu berlari mengambil ponsel cadangan untuk Hana.

Bayangkan saja, ART itu baru selesai membersihkan rumah, ingin istirahat namun Hana memanggil. Ditambah ART itu sudah lansia, memang tak memiliki hati sekali kau Hana.

"I - ini, Non!" Hana mengambil ponsel itu, mengelapnya dengan sapu tangan lalu mengusir ART itu tanpa mengucapkan terima kasih.

Ia menghubungi Bunga, cukup lama ia menunggu balasan dari Bunga. Napasnya kembali memburu karna sudah lime menit Bunga belum membalas pesannya.

ARDANA (END) Where stories live. Discover now