12. Pemilihan

21.2K 1.2K 13
                                    

Happy reading !

.

.

Alya sudah sampai di rumah dengan selamat, ia segera membersihkan diri lalu memakai piyama doraemon kesukaannya.

Alya merebahkan diri lalu mengambil buku novel yang tadi ia beli di toko buku, membuka bungkusnya perlahan, takut tergores.

"Huahh! Pokoknya Safira harus tau buku ini!! Sampulnya aja keren, apalagi isinya!!!" Alya memutar musik lalu mendudukkan dirinya di sofa empuk, lalu mulai membaca buku itu lembaran demi lembarannya.

Ting!

Alya mematikan daya ponselnya lalu kembali fokus pada novel di hadapannya, gadis itu membaca novel hingga malam larut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alya mematikan daya ponselnya lalu kembali fokus pada novel di hadapannya, gadis itu membaca novel hingga malam larut.

Alya melihat jam dinding lalu menutup buku novelnya, beranjak ke tempat tidur lalu siap masuk ke dalam alam mimpi.

~~~

"KAKAKK!!!!" Meysa menimpuki Ardana menggunakan boneka bergambar sapi berukuran sedang yang ada di kamarnya.

"ADUH!!! UDAH UDAH WOYY SAKIT!!!" Meysa masih belum berhenti memukuli Ardana padahal laki-laki itu sudah mengaduh kesakitan.

"BALIKIN PULPEN GUE!!!" Ardana menahan pergelangan tangan Meysa dengan napas tersenggal-senggal.

"Iya! Lagian pulpen lo itu ngadet-ngadet tintanya, gembel amat! Besok-besok beli yang mahal dikit!" Ardana berjalan ke meja belajarnya, mengabil pulpen milik Meysa, lalu melemparkannya tepat di muka Meysa.

"Sakit, ogeb!" Ardana mengangkat bahunya acuh lalu mengusir Meysa dari kamarnya.

"Keluar lo! Kamar gue ga level sama suara berisik lo," Meysa menendang kaki Ardana lalu pergi ke kamarnya.

"Apaan tendangan begitu?"

Ardana merebahkan dirinya di atas kasur, saat ingin memejamkan mata, ia melupakan satu hal.

"Hp gue lupa di cas." Ardana segera men-charge ponselnya lalu merebahkan kembali dirinya di atas kasur dan memejamkan matanya.

Pagi harinya, Ardana sudah siap dengan seragam sekolahnya. Turun ke bawah untuk sarapan lalu langsung melesat ke rumah Alya.

Tok tok tok.

Ardana berdiri sambil bersandar di dinding sambil menunggu pintu besar milik Alya ini terbuka, sesekali ia melirik kearah jam di tangannya.


"Tung- eh? Cepet banget kak sampainya, mau langsung berangkat aja?" Ardana mengangguk lalu memberikan helm kepada Alya.

ARDANA (END) Where stories live. Discover now