22. Terror

13.4K 821 68
                                    

Happy reading !

.

.

"Ahhh, kenyang gue," Angkasa mengusap perutnya lalu berbaring di lantai dingin rumah Reynald.

"Inget, di dunia gak ada yang gratis!" Angkasa dan Angga mendelik.

"Ga ikhlas lo?" Tanya Angga, Reynald menggeleng.

"Terus?"

"Lo cuciin tuh piring! Sama sekalian piring yang 2 hari lalu," Angkasa dan Angga membelalakan matanya, ini dia jadi babu? Atau pembantu?

"Sial ini Donald bebek, liat pembalasan gue nyet, gue suruh bersihin kandang ikan piranha lo ntar!" Batin Angkasa dengan senyum manisnya, heleh senyum manis tapi dalem hati mah sumpah serapah lancar teros ye.

"Oke ayok Angga, kita cuciin piringnya, kan kita tamu jadi harus tau diri," Angga mendelik, nape ni Angkasa senyum mulu.

"Lo jangan senyum mulu ya nyet! Kesurupan lo?" Angkasa mengubah mimik wajahnya datar, salah terus.

Sesampainya di dapur, Angga dan Angkasa mematung melihat tumpukan piring yang menjulang tinggi, gila ini mah! Masa rumah gede gak mampu sewa pembantu?!

"Sumpah? Banyak banget! Ini keluarga kaga bayar orang apa ya buat beberes?" Heran Angkasa.

"Gue jadi ragu kalo ini rumah Reynald, bisa aja dia numpang terus sok-sok an jadi orkay." Angga bergidik ngeri lalu mencuci piring itu satu-persatu.

~~~

Alya belum pulang, ia masih duduk di taman sendirian, entahlah ia hanha ingin sendiri. Hingga ada seorang anak kecil menghampirinya sambil membawa kertas berlogo mawar putih.

"Ini ada yang suruh aku kasih ke kakak!" Anak kecil itu pergi, Alya menatap bingung surat itu lalu membolak-balikkannya.

Ia membuka kaitan tali, lalu membaca tulisan dengan tinta merah, badannya menegang, matanya mengerling mencari siapa sosok yang mengiriminya pesan seperti ini.

---------------‐----------------------------------------
Halo, Alya.

Gue gak mau bertele-tele.

Gue cuma mau bilang kalo gue ada di dekat lo! Cepat atau lambat mungkin identitas gue bakal ketauan, tapi sebelum identitas gue kebongkar, lo harus mati terlebih dahulu.

Gak usah takut gitu dong hahahaha, gue tau lo lagi celingukkan cari gue A.K.A penulis surat ini. Tapi sayangnya lo gak bakal bisa nemuin gue, Alya.

Your enemy? haha.
--------------------------------------------------------

Alya berusaha menetralkan degup jantungnya, berusaha meyakinkan diri kalau ia akan baik-baik saja, berdiri dari duduknya lalu menghampiri taksi yang sudah ia pesan terlebih dahulu.

"Paling cuma orang iseng,"

Sesampainya di rumah, Alya langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Namun saat Alya ingin bercermin, ada kotak aneh di sana, Alya saja belum pernah melihat kotak dengan warna perak itu.

Karna rasa perasaan yang memuncak, Alya membuka kotak itu lalu menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca menatap kotak itu tak percaya. Penasaran? Isi kotaknya itu bangkai hewan (dengan nama Alya) yang baru aja di bunuh, jadi masih ada darahnya dan setangkai bunga mawar putih.

ARDANA (END) Where stories live. Discover now