15. Hari yang menyebalkan

17.5K 1.1K 10
                                    

Happy reading !

.

.

Karena merasa jengah di telfon terus-terusan oleh Yara, Ardana memilih untuk memblokir kontak itu dan menghapus chatnya, ia membawa jaket serta tasnya dan mulai melesat menuju rumah Alya, pacarnya. Untung saja Ibu Kota sedang tidak macet, jadi ia bisa menghemat waktu lebih banyak dari biasanya.

Tok tok tok.

"Alya!" Alya yang mendengar suara ketukan pintu serta seseorang yang memanggil namanya, langsung saja menuju pinyu dan membukakan pintu tersebut.

Senyumnya merekah melihat siapa orang yang datang, segera ia mengajak Ardana untuk masuk bertemu dengan keluarganya yang sedang sarapan bersama.

"AH AKHIRNYA AKU BISA KENALIN KAK ARDAN SAMA ABANG BARA!!!" Semua yang mendengar teriakan tersebut lantas menutup telinganya yang terasa berdengung akibat suara melengking Alya.

"Gausah teriak, tenggorokannya nanti sakit!" Tegur Ardana sambil menyentil dahi gadis itu, Alya terkekeh lalu mengangkat jarinya membentuk huruf 'V'

"Nah bang! Kenalin ini pacar Aya, ganteng kan? Oh iya dong jelas! Pacar aku mah ganteng, gak kaya abang!" Ejek Alya sambil menjulurkan lidahnya, Bara yang nendengar hal itu langsung memutar bola matanya malas lalu duduk di meja makan.

"Emang abang kenapa?" Tanya Jihan.

"Burik." Semua orang tertawa kecuali Bara, ia jengkel sekali adiknya mengatainya seperti itu, kalau yang lain ya gapapa, lah ini burik?! Perasaan ia gak burik-burik amat.

"Udah ayo sarapan, Ardana juga ya." Mendengar perkataan Jihan, Ardana menganggukan kepalanya, Alya langsung mengoleskan selai coklat di roti Ardana lalu memberikannya pada laki-laki itu.

10 menit mereka habiskan untuk sarapan, akhirnya Ardana dan Alya berpamitan untuk pergi ke Sekolah.

~~~

Yara masuk ke dalam kelas dengan senyuman yang mengembang, Fiona yang melihat hal itu hanya bisa berdecak, pasti akan ada hal yang membuatnya kesal di Pagi hari ini.

"Ih kalian tau gak? Tadi aku di anter kak Ardana dong! Omg aku seneng bangett!" Ujar Yara setelah ia duduk di kursinya, Fiona memutar bola matanya malas, benar saja kan hal yang ia duga, gadis di sampingnya ini menjengkelkan.

"Bukannya kak Ardana berangkat sama Alya, ya?" Tanya Safira sambil menatap Yara dengan bingung, Fiona yang mendengar hal itu langsung terkekeh kecil, siap menunggu jawaban dari Yara.

"Eh? E-enggak kok! Kak Ardana emang bener sama aku!" Kekeh Yara, jantungnya terasa berdegup lebuh cepat dari sebelumnya, pertanyaan Safira benar-benar membuatnya mati kutu.

Di tengah keheningan yang terjadi, Alya datang dengan senyum khasnya, ia langsung duduk tepat di samping Safira lalu menyapa seluruh orang yang ada disana, "Hai! Selamat pagii."

Safira sempat melirik kearah Ardana namun sesaat kemudian, atensinya beralih menatap Alya, menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah ia ketahui. "Kamu berangkat sama kak Ardana, Al?"

Mendengar pertanyaan tersebut, langsung saja Alya mengangguk sambil menatap Safira, Fiona, serta Yara dengan bingung. "Iya, kaya biasa.. Emangnya kenapa?"

Fiona semakin tersenyum sinis kearah Yara saat mendengar perkataan Alya, "Oh gapapa Al, tadi soalnya ada yang ngaku-ngaku berangkat bareng sama Ardana." Sinis Fiona sambil sesekali melirik Yara yang menundukan kepalanya, Ardana yang paham dengan perkataan Fiona langsung saja berdecih.

ARDANA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang