16. Angkat Bicara

1.4K 187 18
                                    

"And all this time I have been lying
Oh, lying in secret to myself
I've been putting sorrow on the farthest place on my shelf
La-di-da~"
(Aurora - Runaway)

***

Ayuna tengah menyimpan rasa yang begitu membara, membuncah tak tertahankan lagi di dalam dadanya. Sebuah rasa ingin memuntahkan habis-habisan seluruh tumpukan kata yang bersemayam berlapis-lapis, mengerak oleh rasa sakit yang mematikan rasa cinta di dalam hatinya.

Ayuna memastikan diri bahwa setelah selesai menidurkan Hasan dan Husein, ia akan bicara empat mata dengan Irwan, suaminya. Ia bahkan tak peduli bila harus menentang putaran waktu yang tengah memuja bulan purnama yang bertandang di langit gelap. Ayuna, tetap akan teguh pada keinginannya.

Ayuna.... Ingin.... Bicara!

Ayuna menyembunyikan kilat kemurkaan di balik topeng keceriaan yang sangat menyiksa batinnya. Ia masih harus berperan sempurna sebagai ibu peri pengantar tidur kedua buah hatinya. Ayuna mencoba bertahan sekuat tenaganya dan berharap emosi negatifnya tak sedikitpun tersalurkan kepada Hasan dan Husein yang masih bertingkah lugu tak mengerti apapun.

Ayuna, harus sabar.

"Hasan, Husein, ayo tidur." bujuk Ayuna setelah mengganti pakaian Hasan dan Husein menjadi piyama yang memiliki corak-corak kartun lucu menggemaskan.

"Bunda, baca cerita dulu," rengek Hasan diikuti oleh Husein yang bersorak gembira mendengar permintaan Hasan. Husein sangat setuju dengan usulan saudara kembarnya. Mereka berdua memang selalu antusias untuk menikmati momen mendongeng ala Ayuna.

"Udah malam, Bunda lagi capek, besok aja yaa," kilah Ayuna yang sebenarnya lebih karena ia mulai tak bisa menahan diri lebih lama lagi untuk bicara dengan Irwan.

Ayuna tak ingin mengulur waktu lebih lama lagi sebab ia takut Irwan nantinya sudah tidur sangat pulas di dalam kamar mereka. Ia takut tidak tega bila harus membangunkan Irwan.

"Mau baca cerita!" rengek Hasan bersikeras.

"Cerita! Cerita!" kali ini Husein pun menjadi latah melihat rengekkan saudara kembarnya, ia pun ikut memaksakan kehendak.

Ayuna menjadi kesal. Meskipun Ayuna mengerti secara teori untuk anak seusia Hasan dan Husein masih memiliki sisi egosentris yang tinggi sehingga tak dapat memaklumi keadaan ketika menginginkan sesuatu, namun karena Ayuna telah dikuasai oleh emosi yang begitu membuncah di dalam rongga dadanya, ia tak mampu lagi menahan diri.

Tak sanggup bersabar lebih lama lagi, amarah Ayuna pun lolos menjadikan Hasan dan Husein yang lugu tanpa dosa menjadi sasaran empuk, "Sudah! Diam! Bunda bilang tidur ya tidur!" hardik Ayuna dengan nada suara tinggi yang membuat Hasan dan Husein terperanjat.

Dua pasang mata milik Hasan dan Husein yang masih menatap dunia dengan keluguan itu berkaca-kaca, bersirobok lekat dengan sepasang mata Ayuna yang sama mendungnya dengan Hasan dan Husein. Ayuna seketika saja merasakan menyesal yang mendalam atas sikap kerasnya. Namun yang sudah terjadi tak mungkin ditarik kembali, terlanjur memberi kesan kepada kedua buah hatinya. Para pemilik jiwa-jiwa lugu itu kini mulai sesenggukkan sambil terduduk di atas tempat tidur mereka, tak dapat memaklumi atas apa yang sudah dilakukan oleh Bunda kesayangan mereka.

DESIRANWhere stories live. Discover now