29. Klarifikasi

2.2K 185 43
                                    

"Put your hand in mine. You know that I want to be with you all the time. You know that I won't stop until I make you mine."
(Public - Make You Mine)

***

Senja nyaris menyapa, siang telah berangsur luruh hingga terlihat muncul semburat cahaya kemerahan dari sinar mentari yang berpadu lembut dengan lapisan atmosfer di ufuk barat. Begitu indah menciptakan jingga yang terasa hangat menyapa retina siapa saja yang tengah memandanginya.

Pria itu hanya duduk manis sembari mengaduk tanpa tujuan pada secangkir cappuccino di hadapannya. Sepasang matanya tampak tak menunjukkan rasa jenuh menatap jingga di luar ruangan meski hanya cukup dari balik kaca besar yang melingkupi hampir separuh ruangan yang tengah ditempatinya.

Minumannya sebenarnya tidak perlu diaduk lagi dan lagi, hanya dia saja yang tak tahu harus bagaimana setelah hampir dua jam lamanya tenggelam dalam dunianya sendiri yang begitu antusias untuk menunggu seorang perempuan yang sedang sibuk mengembankan tugas membersamai sekumpulan anak-anak prasekolah yang menjadi tanggung jawabnya setiap jumat sore.

Tak seperti biasanya, hari itu rutinitas perempuan yang masih ditungguinya tanpa lelah sedikit membutuhkan waktu lebih lama lantaran tengah mendampingi sebuah acara ulang tahun yang kebetulan adalah acara istimewa dari keponakan Bagas sendiri, Alif.

Yaa, hari itu Alif bertambah usianya sehingga Mbak Diah berinisiatif merayakannya secara sederhana bersama dengan teman-teman klub bermain dan belajar dari fasilitas resto cepat saji langganan mereka sebagai perayaan tahap kedua setelah paginya Mbak Diah juga merayakan ulang tahun Alif di sekolahan. Alif terlihat girang sekali membagikan kotak makanan satu persatu dibantu oleh ibunya juga neneknya yang juga ikut serta menyaksikan kebahagiaan cucu semata wayangnya. Kotak makan yang diterima dengan antusias lantaran semua tahu isinya merupakan menu istimewa dari resto yang mereka tempati saat ini dan terkenal dengan ayam goreng tepung kriuk yang menjadi favorit anak-anak.

Setelah tiga bulan lamanya Bagas menghabiskan waktu tenggelam dalam kesibukan yang dengan sengaja dinikmatinya untuk mengusir kehampaan hati dan kesendirian lantaran penolakan Maria yang pada akhirnya berujung mengenaskan dengan kehilangan pria terbaik dalam hidupnya, kini Bagas mencoba berani keluar dari zona nyaman yang membentenginya setelah ia menambah jangka waktu selama tiga bulan lagi sehingga genaplah enam bulan lamanya dijalani Bagas dengan mencintai kesendirian dari kehilangan-kehilangan yang membuatnya banyak merenung setiap malam.

Merenung bukan untuk meratap layaknya dirinya terdahulu. Bukan lagi tentang hati yang dipaksa mati hingga Bagas hanya melihat masa lalu dalam pelukannya sepanjang waktu.

Bukan tentang kepergian Maria yang membunuh asanya. Bukan pula tentang aksi tak terima atas takdir Tuhan lantaran mengambil pria yang berharga dalam kehidupan Bagas di saat Bagas merasa tak banyak waktu bersamanya. Tidak. Semua itu tidak lagi menjadi beban hidup yang menggerus jiwa Bagas hingga lelah dan ingin menyerah.

Bagas telah bangkit dari semua itu!

Malam-malam panjang pada akhirnya dinikmati Bagas dengan menunduk dan memohon kepada Sang Pencipta-Nya akan makna dari hidup yang dijalaninya dari waktu ke waktu. Mengharap ridho-Nya telah menjadi candu dari sekian banyak waktu yang selama ini hanya dilewati Bagas dengan menjadi sibuk terus menerus dan memeluk pilu yang bertalu-talu dalam hidupnya.

Kenapa baru sekarang?

Kenapa baru kali ini Bagas mengerti ada hal-hal dalam hidup yang tak bisa dijelaskan dengan teori terbaik manusia?

Perihal hati dan ketenangan batin yang rumit menyublim seketika bilamana Tuhan berkendak.

Sekali lagi, semua itu tentang menjadi hamba-Nya.

DESIRANWhere stories live. Discover now