19. Gantung

1.5K 174 8
                                    

"Kupikir aku harus membaca ulang kisah kita. Lalu aku tersadar, kita belum usai...."
(@misswahee)

***

Ayuna tengah duduk termenung di tepi tempat tidur sembari terus menerus menatap nanar pada kertas putih kosong dan pena yang berada dalam genggamannya dalam keadaan membisu.

Berdiam diri sudah sepatutnya menjadi kegiatan yang lambat laun akan menjadi sangat membosankan, tapi tidak dengan yang Ayuna lakukan sekarang.

Berdiam diri seperti menjadi candu untuk Ayuna saat ini hingga ia tak sadar telah menembus waktu nyaris sepanjang malam dengan tetap terjaga dan mengabaikan metabolisme tubuhnya yang berteriak membutuhkan tidur nyenyak untuk memperoleh vitalitas tubuh yang kuat dalam menghadapi esok hari nan panjang.

Ayuna sedang menjadi manusia tega yang mengabaikan ritme sirkadian jiwa dan raganya.

Pikiran Ayuna begitu bergemuruh, mencari-cari jalan untuk menemukan penyelesaian terbaik dari pertengkaran singkatnya bersama Irwan yang telah bermuara pada dampak yang begitu serius setelahnya. Ayuna menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, mencoba meringankan beban yang menggelayuti rongga dadanya lalu menengadahkan kepalanya sembari menatap lurus pada jam dinding yang diam menggantung di dinding kamar. Ia sudah terlalu lama membuang waktunya untuk termenung kosong.

Kali ini Ayuna meraih gawai miliknya yang biasa ia letakkan di atas nakas tepat di samping posisinya kala tengah tertidur setiap malam. Ayuna sedang mencari-cari informasi mengenai cara membuat surat gugatan cerai dari situs internet.

Yaa, Ayuna sudah membulatkan tekadnya untuk membuat selembar surat gugatan yang akan dia serahkan pada Irwan esok hari.

Tidak ada pertimbangan lagi, tidak perlu berpikir ulang lagi. Ayuna tidak ingin terus-terusan berada dalam posisi yang sama, menenggak racun terus-menerus hingga kebal dan mati rasa.

Takut akan sifat dasar manusia yang mudah terbolak-balik keinginan hatinya, Ayuna tak mau membuang waktu lagi dan segera tenggelam dalam kegiatannya menulis surat gugatan cerai secara manual menggunakan pena di tangannya. Hatinya hanya berharap semoga apa yang dilakukannya saat ini memang keputusan yang terbaik untuk hidupnya, bukan sekedar terbawa emosi semata.

Tidak ada cinta lagi untuk Irwan, pun Ayuna tidak bisa sedikitpun memperbaiki hatinya untuk mencoba mencintai Irwan sekali lagi seberapa keras pun ia berjuang. Ayuna hanya memiliki satu hal yang membuatnya bertahan dalam pola hidup yang sama terus menerus lantas menggerus kebahagiaanya hingga sekarang, yakni tanggung jawab.

Sepasang jarum berbeda ukuran yang bergerak dinamis untuk saling dahulu-mendahului pada jam dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul tiga tepat dini hari. Itu adalah waktu yang membuat keimanan Ayuna bergerak mengetuk pintu hatinya dengan penuh kasih sayang dan menuntun langkahnya untuk meluangkan waktu sejenak bercengkerama dengan Pencipta-Nya.
Ayuna akhirnya menyadari, tidak ada tempat sempurna untuk mencari jalan atas kekalutan dan kebimbangan hatinya kecuali dengan mengadu pada-Nya.

Kau bisa berlogika setinggi langit.

Kau bisa bermain olah rasa seluas samudera.

Namun tak ada ketetapan yang paling sempurna dapat engkau harapkan dalam hidupmu tanpa campur tangan-Nya.

Maka memintalah pada-Nya.

Dalam keheningan malam yang seakan memaku waktu hingga semilir angin terasa enggan berhembus, Ayuna tengah mengisi sisa malamnya dengan bersimpuh, menengadahkan kedua telapak tangannya dengan penuh kerendahan hati, menitikkan air matanya terus menerus tanpa henti, dan menundukkan dirinya yang dilingkupi kehinaan dan kekhilafan sebagaimana fitrahnya penciptaan manusia.

DESIRANWhere stories live. Discover now