6. Amanah

1.9K 243 38
                                    

"Dia selalu berhasil membuatku terluka, dan aku selalu gagal untuk membencinya...."
(unknown)

***

Ayuna tengah duduk di mobil bersama dengan suaminya, Irwan, dan kedua anak-anaknya, Hasan dan Husein. Si kembar yang selalu memperebutkan kursi depan di samping kemudi kali ini sedang akur berbagi kursi yang seharusnya merupakan kursi untuk diduduki oleh satu orang. Mungkin karena tubuh mereka yang masih kecil, mereka tidak merasakan kesempitan sama sekali walaupun harus berbagi lahan duduk. Mereka berdua asyik duduk tenang sambil menonton siaran anak-anak yang sengaja diputar Irwan pada layar LCD di tengah dashboard mobil untuk membuat suasana kondusif. Hening, tenang.

Ayuna sendiri duduk melenggang bebas di kursi penumpang belakang yang seharusnya bisa digunakan untuk 3-4 orang untuk duduk bersama. Bebas, luas dan nyaman namun sesuatu sedang mengganggu pikirannya. Terhitung sudah dua hari sejak ia kehilangan buku catatannya yang tertinggal di salah satu meja  resto cepat saji. Ingin sekali Ayuna meminta Irwan menepi di resto cepat saji dimana ia selalu mengisi waktu setiap seminggu sekali, tepatnya hari jumat siang hingga sore untuk membersamai anak-anaknya dalam kegiatan chaki class, KFC.

Tapi, Ayuna merasa ragu untuk melakukannya. Mengingat rencana awal mereka keluar rumah pada hari ini adalah untuk menuju sebuah mall yang tak melewati jalur MT. Haryono tempat resto cepat saji langgganannya berada, Ayuna menjadi takut bila ia mengutarakan keinginannya malah akan membuat Irwan merasa direpotkan. Hanya saja, Ayuna selalu teringat buku catatan yang setia menemani hari-harinya, ia benar-benar merasa kehilangan. Pada akhirnya Ayuna mencoba memberanikan diri mengutarakan maksud isi hatinya.

"Mas Irwan, boleh nggak kita mampir ke KFC MT. Haryono?" tanya Ayuna pelan dengan nada takut kalau-kalau akan dibalas Irwan dengan ketus.
Benar saja dugaan Ayuna, Irwan mulai memperlihatkan mimik wajah berupa kernyit kerutan halus di keningnya yang menandakan ia tak senang dengan keinginan Ayuna. Ayuna bisa melihatnya dari pantulan cermin kecil  yang berada di atas dashboard mobil.

"Mau ngapain, sih? Kita kan nggak lewat situ," tukas Irwan ketus sambil tetap memandang lurus ke arah jalan untuk fokus menyetir. Irwan jadi agak kesal dengan permintaan Ayuna yang seakan tak melihat situasi dan kondisi.

"Itu, kemarin buku catatanku ketinggalan pas selesai kegiatan chaki class karena buru-buru turun setelah Mas Irwan bilang udah ada di parkiran," ucap Ayuna semakin berhati-hati memilih kata yang ia ucapkan. Hal kecil semacam ini cukup mampu membuat dadanya ketar-ketir jika memicu pembicaraan yang tidak sehat diantara mereka. Sebuah konflik.

"Nanti aja. Setiap jumat kan kamu di sana, tanya aja sama pegawai disitu, ada apa nggak? Kalau hilang yaa sudah," celetuk Irwan dengan entengnya, namun tentu saja itu bukan akhir kalimat Irwan. Masih berlanjut.

"Kok bisa sih kamu itu? Nggak diperhatikan dulu sebelum pergi?" celetuk Irwan lagi yang kali ini membuat Ayuna menyesal sudah mengutarakan keinginannya.
Benar, lebih baik tak usah saja bicara karena pada akhirnya hanya akan berbalik menambah perih di hati Ayuna bahkan meski itu sesungguhnya hanyalah  hal yang sepele.

"Ya sudah, Mas. Nanti aja, nggak apa-apa kok. Palingan disimpan sama Mbak Oki." ucap Ayuna singkat, menduga dengan asal-asalan agar tak ada pembicaraan lebih lanjut yang dipastikannya hanya akan mengintimidasi dirinya habis-habisan.

"Kita ini nggak santai, Ayuna. Kan kamu tahu sendiri besok saya berangkat. Kita mau cari barang-barang yang saya perlukan buat nantinya dikjur. Fokus dulu lah sama urusan saya, itu kan bisa nanti-nanti, lagian kita ini lewat jalan Ruhui Rahayu, muter lagi kalau ke jalan MT. Haryono," tukas Irwan lagi, masih berlanjut. Semua kalimat yang terus dilontarkan Irwan sebenarnya bukan untuk menggores luka di hati Ayuna terlebih lagi membuat keadaan tidak nyaman. Irwan tidak menghendaki itu semua, melainkan ini hanyalah cara Irwan melakukan pembelaan diri dari sisi egois yang melekat pada dirinya, yang tidak ingin menuruti keinginan Ayuna. Ia ingin Ayuna mengerti, bahwa ia tidak bisa menuruti Ayuna lantaran semua hal yang menjadi alasan beruntun Irwan adalah lebih prioritas dari apapun yang menjadi keinginan Ayuna saat ini.

DESIRANWhere stories live. Discover now