20. Menghindari

1.5K 189 9
                                    

"You want to say goodbye, I'll give you farewell...."
(@anonymousyoghurt)

***

Bagas tengah memacu mobil kesayangannya melalui lintasan yang berjarak lebih jauh dari tempat tujuannya untuk pulang. Meski biasanya setiap hari jumat sepulang kerja Bagas suka mengitari kota lebih dulu sebelum akhirnya pulang untuk beristirahat, tapi kali ini ia terpaksa melakukannya sebab sebelum pulang kerja, Mbak Diah sudah lebih dulu menerornya dengan memberi tugas untuk menjemput Alif yang sedang mengikuti kegiatan di resto cepat saji, KFC MT. Haryono.

"Hah, ke tempat itu lagi...." Bagas menghela nafas panjang dan pikirannya mulai melalang buana pada malam di mana ia menghabiskan waktu bersama Ayuna sembari tetap berusaha fokus mengendarai mobilnya.

Jika Bagas tidak salah ingat, mungkin sudah hampir seminggu atau dua minggu lebih sejak ia melepas Ayuna untuk pulang sendiri ketika mereka terjebak masalah di kota sebelah. Lebih tepatnya Bagas secara kebetulan ikut terjebak masalah Ayuna dan mungkin tidak tepat juga jika dikatakan Bagas melepas kepergian Ayuna, karena Bagas sendiri sebenarnya masih berniat untuk menawarkan diri menemani Ayuna hingga sampai rumah dengan selamat kalau saja tak ada drama perempuan marah tidak pada tempatnya.

Perempuan dengan segala temperamennya yang ajaib.

"Dikasih tahu hal yang baik buat dirinya, marah. Dicuekkin palingan lebih marah. Dasar, wanita!" rutuk Bagas, bicara sendiri di dalam mobilnya.

Bagas menyadari bahwa tujuannya kali ini kemungkinan besar akan menuntun langkahnya untuk bertemu dengan Ayuna kembali. Ia masih menimbang-nimbang akan bersikap seperti apa jika nanti ia harus bertatap muka dengan Ayuna.

Masih segar di dalam ingatan Bagas tatapan tajam berselimut amarah yang ditujukan Ayuna untuknya. Dan, sebenarnya Bagas sangat tahu bahwa kepergian Ayuna secara terburu-buru berpisah dari Bagas karena Ayuna menyimpan rasa sesak di dadanya yang harus segera ia lepaskan, tidak lain dan tidak bukan satu-satunya cara yang bisa ia lakukan hanyalah dengan cara menangis.

Yaa, Bagas sangat tahu bahwa Ayuna pasti menangis sesenggukan bahkan mungkin meraung-raung membebaskan kepiluan dalam hatinya sepanjang ia mengendarai mobilnya melintasi jalan antar kota sendirian.

Bagas benci menjadi peka. Mengetahui hal itu membuat Bagas merasa....

Bersalah!

Tetapi tidak ada gunanya berpikir berat. Bagas harus tetap menghadapi kenyataan. Jika memang kedatangannya saat ini untuk menjemput Alif membuatnya bertemu kembali dengan Ayuna, maka hadapi saja. Barangkali perempuan itu perasaannya sedang baik, bahkan mungkin lupa dengan kecanggungan terakhir yang terjadi di antara mereka berdua.

Lalu buat apa Bagas repot-repot memikirkannya?

"Mendingan juga mikir pesan menu apa yang pas buat perut yang sudah dangdutan!" celoteh Bagas, lagi-lagi bicara dengan dirinya sendiri. Namun kali ini ia sembari mengelus penuh kasih sayang pada perut tunggalnya yang sedang berteriak minta jatah asupan gizi.

"Sabar yaa, Bos! Sampai sana, kita makan-makan!" celoteh Bagas lagi, tentu saja hanya bicara sendiri, bicara pada perut tunggalnya lagi.

***

Bagas telah sampai di tujuan, ia memarkir mobilnya dengan rapi sebelum akhirnya pergi terburu-buru memesan makanan lebih dulu untuk dibawa ke lantai atas, tempat di mana Alif sedang asyik bermain.

Rencana Bagas adalah membiarkan Alif bermain sepuasnya sembari ia sendiri memuaskan diri dengan kenikmatan ayam goreng tepung kriuk yang akan memanjakan seluruh rangkaian sistem pencernaan pada tubuhnya. Makan itu penting untuk menyambung hidup.

DESIRANWhere stories live. Discover now