7. Menelisik

1.8K 240 17
                                    

"Berpura-pura seperti itu semua tidak menyakitiku...."
(aesteuticc)

***

Ayuna, Hasan dan Husein kini tengah berdiri mematung sambil menatap tubuh Irwan yang memeluk ketiganya secara bergantian. Mereka tengah berada di bandara untuk melepas kepergian Irwan.

Irwan memeluk Hasan dan Husein terlebih dulu dengan sedikit berlutut, mensejajarkan tubuhnya setinggi tubuh mungil kedua anak lelaki kembarnya untuk memudahkannya menatap lekat pada sepasang bola mata milik keduanya.

"Ayah berangkat dulu yaa, Hasan dan Husein harus jadi anak baik-baik. Ingat, nggak boleh apa, hayoo?" tanya Irwan sambil memandang jenaka kepada kedua anaknya.

Hasan dan Husein terlihat lucu sekali dengan raut wajah kebingungan seakan berpikir berat mengingat-ingat kata apa yang sudah dikatakan Ayahnya kepada mereka. Mereka berdua saling melempar pandang satu sama lain, mencari jawaban yang barangkali muncul tertulis di kening saudaranya, walaupun entah bagaimana menemukannya sebab mereka belum begitu tahu membaca.

"Hasan dan Husein nggak boleh na...." Irwan sengaja memenggal kata terakhirnya agar bisa dilanjutkan oleh kedua anaknya.

"Na...." ulang Irwan lagi menekankan penggalan kata terakhirnya.

"Ah! Aku tahu, aku tahu!" pekik Hasan riang karena merasa menemukan jawaban yang tepat untuk melanjutkan penggalan kata yang dilontarkan oleh Ayahnya.

"Nakal!" serobot Husein tanpa basa basi dan melempar jawabannya dengan lantang dan tegas.

"Iiih, kan aku yang duluan tahu!" celetuk Hasan kesal dengan Husein yang mendahuluinya.

"Kan aku juga tahu," celetuk Husein membela diri dan memasang wajah bersungut-sungut menggemaskan.

Ayuna cekikikan melihat tingkah lugu kedua anaknya. Namun ia segera menengahi sebab tingkah lugu itu berbatas dinding tipis dengan sikap menyebalkan. Bila tidak tepat waktu diakhiri, itu akan menjadi pertengkaran kecil yang bisa membuat kesal Irwan dan Ayuna nantinya.

"Iya, Hasan sama Husein sama pintarnya, 'kan saudara." ucap Ayuna menyejukkan suasana yang nyaris memanas.

"Iya, dua-duanya anak Ayah yang pintar, anak sholeh semuanya," ucap Irwan riang sambil mengecup kening keduanya secara bergantian.

"Nanti kalau Ayah pulang, Ayah belikan mainan yang bagus!" janji Irwan yang tentu saja langsung ditanggapi dengan lompatan kecil penuh kegirangan dari Hasan dan Husein.

Irwan kini bangkit dari posisi berlututnya, berdiri tegak dan mendekati tubuh Ayuna, mencuri kesempatan, beralih fokus pada istrinya setelah membuat kedua anaknya sibuk berlompatan kegirangan. Dipandanginya lekat-lekat perempuan miliknya yang menatapnya dengan guratan senyum lembut nan menyejukkan. Wajah itu selalu membuat Irwan merasa tenang dan damai meski tak pernah diutarakan secara gamblang kepada istrinya.

Ayuna menyambut punggung tangan milik suaminya, menciumnya dengan lembut, tak lupa mengucapkan beberapa kata untuk suaminya, "Semoga lancar urusan di sana yaa, Mas. Sehat selalu di sana, jangan tidur larut malam, jangan...."

Irwan memutus ucapan Ayuna dengan menarik tubuh istrinya ke dalam dekapannya, "Jaga diri baik-baik sampai aku kembali. Jaga anak-anak juga," pesan Irwan sedikit berbisik tepat di telinga Ayuna.
Irwan memberikan kunci mobil kepada Ayuna sebelum ia masuk ke dalam ruang tunggu keberangkatan.
"Hati-hati bawa mobilnya," pesan Irwan.

Ayuna hanya mengangguk dan kini merangkul kedua anaknya untuk tenang dan melepas kepergian Irwan hingga tulang punggung yang selalu lelah membanting tulang demi keberlangsungan hidup istri dan kedua anaknya itu menghilang dari pandangan.

DESIRANWhere stories live. Discover now