"Bimo, ngapain?" tanya Ica dengan nafas ngos-ngosan.

"Lagi lari," jawab Bimo menyengir.

Ica terkekeh, "Gue tau, tapi maksud gue bukan itu."

"Gue nemenin lo, biar larinya gak kerasa aja," balas Bimo santai.

Ica mengangguk, laju larinya memelan. Ia berhenti lalu membungkuk, mengatur nafas agar teratur.
"Lo gak apa-apa?" tanya Bimo ikut menghentikan langkahnya.

"Gue... Gak apa-apa, Bim. Lo duluan aja."

"Tapi, Ca..."

"Udah gak apa-apa," potong Ica.

Bimo mengangguk melanjutkan larinya, ia bisa melihat Ica yang begitu kelelahan setelah berlari 4 kali putaran lapangan.

Ica mengelap peluh dikeningnya, ia mulai melanjutkan larinya yang tinggal satu putaran lagi. Matanya tidak sengaja melihat Gilang keluar dari ruang osis sambil tertawa bersama seorang perempuan, dada Ica tiba-tiba berdenyut. Ada rasa tidak suka melihat Gilang tertawa bersama orang lain, Apa lagi orang itu berjenis kelamin perempuan.

Karena terlalu asik dengan pikirannya, Ica tidak melihat jika didepannya ada Santi yang sedang berjalan bersama Ami, Ica menabrak punggung Santi hingga badannya terjatuh ke tanah.
__

Gilang keluar dari ruang osis berbarengan dengan Nilam, gadis tomboi yang memiliki jabatan sebagai bendahara.

"Gue denger lo udah gak jomlo lagi sekarang, udah berani pecah celengan ya, Lang?" ucap Nilam sambil tertawa.

"Bahasa lo, Nil. Gue kagak ngerti!" balas Gilang seadanya sambil tertawa.

Gilang menoleh ketika terdengar teriakan dari arah lapangan. Butuh beberapa menit untuk Gilang memahami situasi, ia melihat Santi berada disana. Langkah kakinya dengan cepat menghampiri kerumunan, takut jika yang ia bayangkan itu benar.

Mata Gilang membola, dengan gerakan secepat kilat Gilang membopong tubuh Ica yang tidak sadarkan diri menuju UKS.
"Bangun, Ca! Ica?" panggil Gilang berulang kali dengan panik.

Gilang meletakkan tubuh Ica ke atas brankar UKS, ia memanggil Feby selaku penjaga UKS.

"Lang, mending lo bawa ke klinik atau gak ke rumah sakit," cetus Feby sambil mengoleskan minyak angin dibagian tertentu.

"Emang separah itu, Feb?" tanya Gilang gusar.

"Gue gak tau, tapi dari tadi Ica gak sadar-sadar."

"Bentar, tungguin bentar." Gilang keluar dari UKS lalu menghampiri Jamal yang kebetulan hari ini membawa mobil.

"Pinjem mobil Lo." Gilang merampas kunci mobil dari tangan Jamal, "oh iya, izinin gue juga hari ini," ucap Gilang kembali masuk.

Dengan perasaan resah, Gilang membopong tubuh Ica menuju parkiran, ia mendudukkan Ica disamping kemudi dengan ia yang menyetir.

"Mau ditemenin gak, Lang?" tanya Jamal yang berada di dekat mobil.

"Gak usah, Mal. Ntar gue kabarin aja."

Jamal mengangguk, mobil itu keluar dari parkiran sekolah yang saat ini terlihat ramai karena teman-teman sekelas Ica yang ingin mengetahui keadaannya.

__

Ica terbangun ditengah perjalanan kerumah sakit dan hal itu sempat membuat Gilang terkejut.
"Alhamdulillah, mana? Mana yang sakit?" tanya Gilang terlihat cemas.

Ica mengernyit, pandangannya menatap sekeliling, "Kak, kenapa kita di mobil?" tanya Ica.

Gilang menghembuskan nafas pelan, "Kita mau ke rumah sakit."

"Ngapain?"

"Lo pingsan, kita ke rumah sakit bentar," ucap Gilang fokus menyetir.

"Jangan! Ica gak mau."

Gilang menoleh menatap wajah Ica yang terlihat pucat, ia tetap kukuh dengan pendiriannya untuk membawa Ica ke rumah sakit, sekedar memeriksakan keadaan. Gilang tidak ingin Ica pingsan seperti tadi.

Ica merengut ketika mobil berhenti di halamam rumah sakit, dengan terpaksa ia mengikuti langkah Gilang. Ica tidak takut dengan rumah sakit, tapi Ica tidak suka minum obat dan saat ia periksa nanti otomatis ia akan diberi obat.

Gilang bersedekap dada menatap Ica yang berbaring diatas brankar, Dokter bilang Ica mengalami darah rendah, itulah sebabnya Ica mudah pingsan. Dokter memberikan resep agar Gilang menebusnya di apotek.

"Kak, gak usah ditebus ya obatnya," rengek Ica memegang tangan Gilang.

Gilang melirik Ica dengan ujung ekor matanya, "Biar darahnya balik normal, Ca."

"Ica gak suka minum obat," Ica berhenti dan melepaskan tangan Gilang. Ia benar-benar tidak ingin meminum obat.

"Tebus aja dulu obatnya, diminum enggaknya itu belakangan."

Ica mengangguk, mereka berjalan keluar dari rumah sakit dengan bergandengan. Gilang menghentikan langkahnya ketika melihat sekelabat perempuan yang ia kenal.

"Ibu?"

_____
Hey yooowww.... Vote dan commentnya ditunggu😁

GILANG FALLS [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now