1 || Brengsek

93.4K 2.5K 32
                                    

"Alin plis ya, temenin gue nonton balapan motor sport?" pinta Dita wajah memelas.

"Gue gak bisa Dita. abang gue lagi pergi, gue harus jagain rumah" ujar Alin menolak.

"Loh enak dong? Jadi lo gak perlu ribet banyak mikirin cara buat minta izin sama bang Jefri"

"Plis lah Lin... sekali doang kok, gue janji deh gak bakal nyusahin lo lagi. Plis... ya ya ya!!!" bujuk Dita dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Gak bisa Dita... " tolak Alin lembut.

"Lo mah sama aja kayak Indi, Denia sama Mita! kalian berempat tuh emang gak ada yang sayang sama gue! tadi mereka juga nolak pas gue ajak, padahal gue ngajaknya baik-baik"

"Gue emang gak berharga sama sekali didepan semua orang, bahkan sahabat gue sendiri pun sama" ujar Dita, air mata gadis itupun sudah meluruh deras dipipinya.

"Eh eh eh.... Kok lo jadi nangis gini sih?" tanya Alin gelagapan.

"Terus apa?! bilang aja semua yang gue omongin benerkan?! Lo sama mereka tuh gak sayang gue!!" teriak Dita menggebu-gebu.

Padahal Dita sudah rela pagi-pagi sekali datang kerumah Alin, hanya untuk mengajak gadis itu menemaninya nonton balapan motor sport favoritnya. tadi malam juga Dita sudah mendatangi rumah ke tiga sahabatnya yang lain, tapi mereka semua kompak menolak dengan alasan tak mendapatkan izin dari orang rumah.

"Oke, gue temenin lo nonton balapan. tapi lo harus janji hal ini gak boleh bocor sama siapapun, termasuk Indi, Denia, sama Mita. gimana setuju?" tanya Alin.

Bukannya apa-apa, hanya saja bisa gawat masalahnya jika Indi tau dia pergi menonton balapan malam-malam dan gadis itu pasti akan mengadukannya kepada Jefri. bisa-bisa dia akan dihukum untuk berdiam diri dirumah selama seminggu penuh oleh sang abang.

"Siap!!!" seru Dita antusias.

"Nanti malem gue jemput, lo cuma tinggal siap-siap aja" lanjutnya.

"Iya bawel!" sebal Alin.

"Yaudah gue pulang dulu, babay.... " seru Dita dan langsung melenggang pergi dari rumah Alin, benar-benar sahabat minus akhlak.

*****

"Wah acaranya udah mau dimulai tuh Lin, ayo buruan jalannya" teriak Dita yang melihat para pembalap sudah siap digaris start.

Memang mereka datang sedikit terlambat, karena jalanan Jakarta yang macetnya tidak tertolong. Dita menarik tangan Alin untuk duduk dikursi penonton paling depan, untung saja kursi disana belum penuh.

"Ih pelan-pelan dong Dita!" kesal Alin.

"Gak bisa! Acaranya udah mau mulai, lo gak liat apa itu pesertanya udah siap semua" ujar Dita, menunjuk barisan para pembalap yang sudah duduk diatas motor sportnya masing-masing.

"Iya deh terserah!" ketus Alin, lalu mendudukkan dirinya dikursi yang berada tepat disamping Dita.

Balapan dimulai, terlihat para pembalap sudah melajukan motornya masing-masing dengan kecepatan tinggi. mereka seakan-akan tidak merasa takut jika terjatuh dari motor, dan mendapati luka yang cukup serius ditubuhnya.

"Seru ya Dit?" ucap Alin, ikut bersemangat menonton jalannya balapan seperti Dita.

"Tuh kan! Apa gue bilang, gak bakal nyesel lo ikut gue kesini"

"Ck iya!!" ketus Alin.

Entah karena ada malaikat apa, tiba-tiba saja Alin teringat tugas sekolah yang diberikan oleh gurunya. ide cemerlang pun ikut muncul disaat balapan telah usai dan para penonton sudah mulai membubarkan diri mereka.

RENOVAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang