40 || Masakan Lila

13.3K 956 304
                                    

"Aku anterin kamu pulang ya?" tanya Novan pada Lila yang baru saja keluar dari kelasnya, dengan wajah lesu.

"Iya ayo!" jawab Lila berseru senang, membuat semua siswa-siswi yang mendengarnya mengalihkan tatapan mereka pada Lila dan Novan, temasuk juga Alin dan keempat sahabatnya yang masih ada didalam kelas.

Novan tersenyum simpul menatap Alin, sebelum pergi bersama Lila yang mengapit lengannya.

"Cerai ajalah Lin gue dukung!!" ujar Dita frontal, terlanjur kesal melihat Lila yang semakin terang-terangan menunjukkan kedekatannya dengan Novan setelah kejadian dikantin tadi.

Mata Indi dan Denia langsung melotot mendengar ucapan Dita, "Huss! tuh mulut kalo udah ngomong, kagak pernah disaring!" ujar Indi.

"Lah emang apalagi yang perlu disaring?! yang gue omongin emang bener kok. laki kayak Novan tuh pantesnya dibuang aja ke selokan, untung-untung kalo ada yang rela nyemplung buat mungutin tuh curut!" sehut Dita emosi.

"Dita udah! nanti ponakan gue sawan lagi, gara-gara ngedengerin omongan lo tentang babenya!" sergah Denia ingin mengalihkan pembicaraan, gadis itu mulai menyadari raut wajah Alin yang sudah memerah karena menahan tangis.

"Pulang bareng gue ya? kita mampir ke caffe deh buat beli cake mangga kesukaan lo. gimana mau ya Lin?" ucap Mita berusaha membujuk Alin untuk pulang bersama.

"Gak deh Mita, Alin udah pesen ojek online tadi" tolak Alin tidak ingin merepotkan sahabatnya, sudah cukup masalah yang dia alami membuat para sahabatnya ikut terjerumus kedalam masalahnya.

"Tapi hari ini cuacanya lagi panas banget loh Lin, emang lo mau kulit lo yang glowing dan se putih tembok rumah bu Dedeh itu jadi item" ujar Dita bercanda, namun keempat sahabatnya sama sekali tidak ada yang tertawa. mereka semua malah melemparkan tatapan aneh kepadanya

"Ketawa dikit kek! biar gak cringe banget!!" sebal Dita menghentak-hentakkan kakinya kelantai.

"Bomat!!" sahut mereka berempat kompak.

*****

Saat sampai didalam kamarnya setelah menghabiskan waktu yang tidak sebentar dibawah teriknya matahari bersama abang-abang gojek, Alin melemparkan tas dan dasinya asal, kemudian langsung berbaring diatas kasur tanpa melepaskan sepatunya terlebih dahulu.

Seharusnya jika Alin tadi menerima tawaran Mita untuk pulang bersama, mungkin sekarang gadis itu tidak akan berakhir mengenaskan seperti ini. Alin sungguh menyesali keputusannya saat ini.

Alin meraba-raba nakas yang terletak disamping ranjangnya mencari remote ac, setelah mendapatkan apa yang dicarinya gadis itu langsung menyalakan Ac dengan suhu paling rendah agar ditubuhnya merasa dingin dan tidak kegerahan lagi.

Sudah sepuluh menit Alin menghabiskan waktunya hanya untuk rebahan, sampai akhirnya gadis itu merasa kehausan dan memilih bangkit untuk pergi kedapur mengambil minuman dingin didalam kulkas.

Drttt...

Bunyi dering ponsel yang sangat Alin hafal berbunyi, membuat Alin langsung berlari dari dapur dan kembali masuk kedalam kamarnya untuk mencari ponselnya yang seingatnya belum dia keluarkan dari dalam tas sekolahnya.

"Nih dia! ngilang mulu lo kerjaannya!!" ujar Alin setelah berhasil menemukan ponsel miliknya.

Sebelum mengangkat panggilannya, Alin terlebih dahulu membaca nama si penelpon. ternyata dari Novan, meski masih sangat jengkel pada cowok itu Alin tetap mengangkat panggilannya.

RENOVAN (END)Where stories live. Discover now