VIII. Tentang Kamu

1.8K 158 1
                                    

Aslan memandangi Alessia yang sedang tiduran di atas brankar. Keinginan Aslan memang terkabul, Alessia masih hidup dan saat ini mereka kembali bersama, tetapi melihat kondisi Alessia yang sekarang, hati Aslan tersayat-sayat.

Terdapat luka sobekan yang menganga dan memanjang di lengan tangan kanan, leher, dan pinggang sebelah kanan yang mengharuskan dijahit. Luka-luka tersebut menyebabkan Alessia kehilangan banyak darah dan menerima transfusi darah dua kantong.

Bukan hanya itu, dokter juga mengatakan ditemukan luka sayatan di punggung. Dokter menduga, luka tersebut disebabkan oleh cambukan.

Rahang Aslan mengetat. Tangannya mengepal kuat-kuat hingga buku-buku tangannya memutih. Jikalau memang benar, luka yang ada di punggung Alessia disebabkan oleh cambukan. Apakah selama ini, Alessia sering dihukum cambuk? Atas dasar apa mereka sampai mencambuk Alessia?

Aslan marah. Dia harus mencari tahu tentang semua ini, terutama bagaimana bisa Alessia bersama kawanan rouge dan kehidupan seperti apa yang Alessia jalani selama bersama mereka?

"Kenapa kamu masih di sini?"

Iris bermata hijau Aslan menatap Alessia dalam. Satu lagi permasalahan dan tanda tanya besar yang bercongkol dalam benak Aslan. Alessia melupakan dirinya. Bukan hanya itu, Alessia bahkan melupakan siapa dirinya sendiri. Kesimpulannya, Alessia mengalami lupa ingatan.

Astaga, Aslan sangat frustrasi menghadapi segala kerumitan dari permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. Satu masalah belum selesai, ada lagi masalah baru, dan mungkin masalah lainnya siap untuk mendatanginya kapan pun.

"Alessia melupakan kita." Aslan bersedih. Dia berbincang dengan serigalanya untuk saling menguatkan satu sama lain.

Lui menghela napas panjang. Dia juga merasa bahagia dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Daripada berlarut dalam kesedihan, lebih baik bersyukur. Doa Lui dan Aslan telah terkabul, jadi mereka tidak pantas untuk mengeluh. "Jangan khawatir, Aslan. Apa pun yang terjadi, dia tetap milik kita."

Aslan perlahan mengulum senyuman. Benar kata Lui. Aslan dan Alessia telah ditakdirkan dalam ikatan jodoh. Untuk apa Aslan merasa takut? "Aku menemani kamu, Sayang."

Alessia, ya, setidaknya itulah keyakinan Aslan. Dia memandangi Aslan dengan kening mengerut. Sebenarnya, dia risi dengan kehadiran Aslan yang duduk di sini dengan dalih untuk menemaninya.

Alessia juga tidak mengerti dengan segala ucapan Aslan. Aslan bilang nama asli dirinya ialah Alessia Zenechka Lucardo, persis seperti kata wanita bertato bulan sabit di mimpinya. Apakah benar, nama dirinya ialah Alessia?

Iris—serigalanya—juga memanggilnya dengan nama Alessia. Bahkan seluruh werewolf yang ada di sini memanggilnya Luna Alessia, tetapi anehnya dia merasa nama Alessia tidak terlalu asing di indra pendengarannya.

"Aku mate kamu?" Alessia tidak percaya. Selama dua jam ini, Aslan selalu mengatakan bahwa dia merupakan mate lelaki itu. Tentunya Alessia tidak percaya. Bagaimana bisa wanita sepertinya, mate dari seorang Alpha?

Aslan mengangguk. "Benar, Sayang."

Alessia menatap Aslan tanpa berkedip. Wajah tampan, iris mata hijau, rambut hitam, dan tinggi badan Aslan. Alessia berusaha menggali ingatannya, tetapi hanya membuat kepalanya berdenyut nyeri. Alessia sama sekali tidak dapat mengingat apa pun.

You Are Mine, My Luna (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang