XXXVIII

277 35 0
                                    

Hujan mereda. Aroma bau tanah khas hujan selalu ditunggu kehadirannya dan butiran-butiran air menghiasi dedaunan.

Laki-laki berambut cokelat itu melangkah menelusuri kawasan hutan, matanya bergerak liar dengan sikap waspada. Takut ada binatang buas yang tiba-tiba menghampirinya dengan niatan ingin menerkamnya. Walaupun bisa dibilang dia bukanlah manusia asli, karena terdapat jiwa siluman serigala yang bersemayam di dalam tubuhnya. Dia dapat bertukar dengan jiwa itu kapan pun dia mau, dan dia akan berubah menjadi serigala.

Dia memetik beberapa tanaman yang tertulis di kertas yang ada di tangannya, lalu memasukkannya ke keranjang. Dia menyukai kegiatan ini, ketika temannya yang bawel itu, menyuruhnya mencari tanaman untuk menjadi bahan ramuan di hutan.

Hidungnya mengerut ketika aroma yang khas dan sekaligus membuatnya mual itu melambai-lambai di indra penciumannya.

Dia tahu, siapa pemilik aroma ini. Lebih baik dia segera pergi sebelum terjadi sesuatu yang membahayakan nyawanya. Dia juga harus memberi tahu temannya yang keras kepala itu tentang hal ini. Mereka harus waspada. Siapa tahu, pemilik aroma ini berniat buruk kepada mereka. Tetapi, bagaimana bisa orang itu menemukan tempat ini?

Baru empat langkah, dia bergeming. Rasa penasaran menyergapinya. Aroma khas ini semakin lama, semakin melemah. Apakah orang itu telah pergi meninggalkan hutan ini?

Kemudian dia berjalan mengikuti instingnya dalam berburu. Dia ingin memastikan, kalau orang itu benar-benar telah pergi. Kalau terjadi apa-apa padanya, dia akan berteriak sekencang mungkin, sebab di setiap sisi hutan ini dijaga oleh teman-temannya yang selalu bersiaga.

Matanya membulat penuh ketika menemukan seorang wanita berada di pinggir sungai, separuh badannya mengambang di permukaan air. Tubuh wanita itu dikerubungi oleh ikan-ikan kecil.

Dia mendekat secara perlahan, aroma khas itu semakin kuat menerpa indra penciumannya. Apakah aroma yang membuatnya muak ini berasal dari wanita itu?

Dia berusaha melihat wajah wanita yang entah sudah mati atau belum itu. Wajah wanita itu tertutup oleh rambut cokelatnya yang bergelombang. Dia bersikap waspada, takut kalau-kalau wanita itu ternyata pura-pura pingsan dan menyerangnya.

Sungguh terkejutnya laki-laki itu, ketika berhasil melihat wajah wanita tersebut. "Dia ....?"

Dia celangak-celinguk, tidak ada siapa pun. Hanya ada kawanan ikan yang berenang di sungai dan burung yang bertengger di dahan pohon. Kenapa wanita ini bisa berada di sini? Siapa yang membawanya ke sini?

Dia segera memeriksa apakah wanita itu masih bernapas atau tidak. Napasnya terputus-putus. Lalu dia mengecek urat nadi wanita itu, denyutannya begitu lambat.

Dia dilanda kebingungan. Apa yang harus dia lakukan terhadap wanita ini? Apakah dia perlu menolongnya? Apa yang terjadi bila dia membawa wanita ini? Apa reaksi teman-temannya nanti?

"Persetan!" Dia menggendong wanita itu. Kalau bukan karena tiba-tiba bayangan adiknya muncul dalam benaknya. Sungguh, dia akan meninggalkan wanita ini. Tidak peduli bagaimana nasibnya yang mungkin nanti akan dimakan oleh binatang buas.

**

"Kau ...?" Laki-laki yang mengenakan jubah hitam itu tersentak kaget melihat temannya membopong seorang wanita. "Kau suka wanita?" Matanya berbinar-binar. Dia kira selama ini temannya itu tidak menyukai wanita, ternyata dugaannya salah.

Laki-laki berambut cokelat itu berdecak sebal. Tidak memedulikan ucapan temannya. "Aku mengenal gadis ini. Aku menemukannya di sungai. Entah apa yang terjadi padanya. Dia bukanlah seorang rogue."

Laki-laki berjubah hitam itu memandangi wajah wanita yang dibaringkan oleh temannya itu di ranjang, ada luka gores menghiasi wajahnya yang pucat. "Kau mau aku melakukan apa pada gadis ini?"

You Are Mine, My Luna (TAMAT)Where stories live. Discover now