XXVII. Iris

452 46 0
                                    

Aroma wangi sup yang berisi jagung, kentang, dan wortel itu menyerbu indra penciuman serta membuat perut Alessia keroncongan. Padahal dulu Alessia sangat tidak menyukai sayuran, tetapi semua ini karena Aslan yang setiap hari mencekokinya dengan berbagai macam sayuran. Dari sekian banyaknya sayuran, Alessia hanya menyukai jagung, wortel, dan kentang.

Alessia menunggu Aslan yang tak kunjung datang. Mate-nya itu sedang ada urusan dengan Sage. Alessia sedikit banyak mengetahui tentang permasalahan yang melanda pack ini. Betapa sibuknya para warrior menjalankan tugas yang diperintahkan oleh Aslan.

Alessia memandang keluar jendela yang berada di belakangnya. Hatinya gelisah. Masa lalu yang tidak dia ingat, entah kenapa sekarang dia tidak ingin mengingatnya. Kalau Shelly berhasil membuat ramuan untuk melenyapkan sihir hitam yang ada pada dirinya. Berarti Alessia harus menghadapi masa lalu yang kemungkinan hanya akan menambah luka di hatinya?

Tentang ayahnya yang menikah lagi setelah ibunya meninggal. Tentang Faolan yang sepertinya membenci ayah mereka. Alessia juga penasaran. Apakah dia masih memiliki keluarga yang lain? Seperti kakek? Nenek? Kenapa Faolan maupun Aslan tidak pernah bercerita apa pun. Alessia merasa hanya Faolan keluarga yang dia punya, setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi.

Apakah tidak ada yang mencarinya? Apakah ayahnya tahu, kalau Alessia sempat dinyatakan meninggal karena terbawa arus sungai?

Apakah hubungan Faolan dan ayah terjalin dengan baik? Kalau iya, kenapa Faolan tidak pernah mengatakan kalau ayah ingin meneleponku? Atau ingin bertemu denganku? batin Alessia berkecamuk. Tangannya yang berada di atas paha memegang sendok, kepalanya tertunduk, dan matanya menekuri sepatu kets putih yang dia kenakan.

Alessia tidak pernah mengatakan kepada siapa pun. Kalau sebenarnya Alessia ingin bertemu dengan ayahnya. Melihat wajah ayahnya yang dia lupakan. Mulutnya terasa sulit untuk bergerak serta tenggorokannya terasa kering, kala Alessia ingin mengungkapkan hal itu pada Faolan dan Aslan. Kenapa selama ini tidak ada yang pernah bertanya, apakah Alessia ingin bertemu dengan ayahnya atau tidak?

"Alessia." Alessia terkesiap kaget ketika merasakan tepukan ringan di pundaknya. Dia mengulas senyuman manis ke Aslan yang duduk di sebelahnya.

"Ayo, makan." Aslan mengamati Alessia lekat. Ada yang aneh, bukan, setiap hari dia selalu merasakan keanehan. Alessia sering menunduk dan ketika mata mereka bertemu, Alessia seperti ingin mengatakan sesuatu. Aslan menunggu, tetapi tidak ada satu patah katapun yang terlontar dari bibir mungil itu. "Ada apa?"

Alessia yang hendak memasukkan sendok berisi kuah sup ke mulutnya, menoleh cepat ke arah Aslan. "Apa?"

Aslan mengubah posisi duduknya menghadap Alessia, agar dapat leluasa melihat ekspresi yang ditunjukkan mate-nya itu. "Ingin mengatakan sesuatu?"

Alessia mengerutkan keningnya bingung. Kemudian dia memutuskan untuk menyeruput kuah sup yang masih panas itu. Alessia melirik sekilas, Aslan menatapnya intens. Alessia berdeham guna mengurangi rasa gugup. Dia memikirkan pertanyaan Aslan, 'ingin mengatakan sesuatu?'. Apakah Aslan dapat membaca pikiran? Tidak mungkin. Shelly yang seorang penyihir saja tidak mempunyai kemampuan membaca pikiran.

"Hmm." Alessia menyapu pandang sekitar. Di ruang makan ini hanya ada dirinya dan Aslan, tersisa delapan kursi kosong. Alessia menatap balik Aslan. "Memasak?" Alessia mengatakan hal yang berbeda dari isi hatinya. "Aku ingin memasak. Dulu saat di sana aku menjadi maid, aku harus bisa memasak. Molly yang mengajariku dan dia selalu memuji masakanku." Alessia tersenyum sangat lebar.

Aslan mengamati wajah Alessia yang seperti menyembunyikan sesuatu? Tetapi mendengar Alessia yang pandai memasak gara-gara tinggal di sana. Apakah Alessia mengalami hal yang buruk selama belajar memasak? "Kamu ingin meminta izin padaku untuk diperbolehkan memasak?"

You Are Mine, My Luna (TAMAT)Where stories live. Discover now