XVIII. Kepingan Kenangan

734 74 0
                                    

Kemarin Alessia les piano dan hari ini Alessia les pelajaran untuk mengikuti ujian nasional. Les piano dua kali dalam seminggu, sedangkan les pelajaran tiga kali dalam seminggu. Jadi pada hari Sabtu dan Minggu, Alessia libur.

Sebenarnya, Alessia malas belajar pelajaran sekolah. Alessia merasa otaknya tidak mampu lagi menyerap ilmu-ilmu yang akan dia pelajari. Selama dua tahun, tepatnya selama berada di sana, Alessia tidak sekolah. Di tempat kawanan rouge, Alessia hanya diajarkan cara memasak, mengepel, dan menyapu.

Aslan sangat mementingkan pendidikan. Mengusung slogan, 'kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina'. Aslan menggebu-gebu saat memaparkan pentingnya pendidikan bagi kehidupan. Meskipun mereka setengah manusia, tapi tidak boleh kalah dengan manusia. Apalagi di zaman modern seperti sekarang. Banyak pencapaian yang berhasil manusia peroleh, contohnya menciptakan robot, pergi keluar angkasa, membuat matahari, dan segala hal luar biasa lainnya yang telah diciptakan oleh manusia.

Aslan bilang, impian dia semasa kecil adalah menjadi seorang astronot. Aslan ingin pergi ke bulan dan menjelajahi planet-planet yang ada di tata surya. Aslan juga tertarik untuk mencari keberadaan alien, tetapi sungguh disayangkan, Aslan memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang amat besar untuk menjadi seorang Alpha bagi Meteor Pack. Aslan juga sadar, dia bukan manusia sungguhan, dia merupakan manusia serigala. Walaupun Aslan dapat menutupi identitasnya, tapi dia takut. Tidak semua manusia dapat menerima kehadiran mereka.

Alessia tidak seperti Aslan. Dia sangat malas belajar. Dia hanya ingin bermain piano. Apalagi saat bertemu matematika dan fisika, pokoknya yang berhubungan dengan hitung-menghitung Alessia akan mengibarkan bendera putih.

Alessia terpaksa les pelajaran hanya demi mendapatkan sebuah ijazah, tanda bahwa dia telah lulus sekolah menengah atas. Ijazah yang memang sangat diperlukan, apalagi Alessia berkeinginan untuk melanjutkan sekolah musik di Perancis. Alhasil, Alessia belajar dengan giat untuk mengikuti ujian nasional tahun depan. Terserah nanti nilainya berapa, yang terpenting dia sudah berusaha.

Sekolah musik yang Alessia tuju memiliki tiga jalur pendaftaran. Pertama, direkomendasikan oleh sang guru atau memiliki keluarga yang berkecimpung dalam dunia musik. Tentunya tidak sembarangan, mereka dilihat prestasinya. Kedua, menunjukkan berbagai piagam yang telah ditoreh selama bermain piano. Ketiga, menunjukkan kebolehan dalam bermain piano.

Kata Cressa, bahkan Aslan membenarkan perkataan Cressa. Alessia memiliki kemampuan dalam mengingat setiap apa yang dia lihat dan dengar. Kelemahan Alessia ada pada hitung-menghitung, tiba-tiba otaknya seperti benang kusut yang tertimbun debu-debu.

Setiap makhluk pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Alessia akan menutupi kekurangannya dengan kelebihan yang dia miliki.

Jari-jemari gemulai Alessia memencet tuts-tuts piano secara perlahan yang membentuk sebuah melodi yang tersusun dari bait-bait lagu Marry Had a Lamb. Jarinya belum terlalu lincah, tapi setidaknya tidak kaku.

Sekitar satu jam lamanya Alessia bermain piano. Dia sedang menyegarkan otaknya setelah tadi belajar fisika. Baru hari pertama, Alessia disuguhi pelajaran fisika yang merumitkan.

Alessia teringat dengan mimpinya tadi malam, mimpi yang terasa seperti nyata. Di mimpi tersebut, Alessia sedang berdiri di depan toko roti dengan seorang perempuan yang mungkin temannya sewaktu sekolah dulu. Lalu ada kucing yang menghampirinya, Alessia langsung kocar-kacir meninggalkan temannya. Alessia berlari seperti sedang dikejar setan, sampai sekarang dia masih merasakan ngos-ngosan.

Sepanjang jalan Alessia berlari tak tentu arah, tanpa sadar dia menubruk seorang pria yang baru saja keluar dari mobil di depan sebuah restoran. Alessia dan pria tersebut tersungkur di aspal, dengan posisi Alessia berada di atas tubuh pria tersebut. Alessia segera bangkit berdiri dan meminta maaf, tetapi pria itu justru terdiam, matanya menatap Alessia lekat. Lalu tidak tahu apa alasannya, pria itu memeluknya. Alessia yang terkejut, refleks melepaskan diri dan melayangkan tamparan yang lumayan keras di pipi pria tersebut. Sadar akan apa yang telah dia lakukan, Alessia langsung lari tanpa meminta maaf.

You Are Mine, My Luna (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora